Arti Kosa Kata Tafsir Surat Al-Waqiah Ayat 57-74

Sebenarnya kaum musyrik yang diajak berdialog ini percaya bahwa Allah adalah pencipta. Yang tidak percaya adalah kelompok ad-Dahriyin yakni para atheis. Al Biqai menduga bahwa terhadap merekalah ayat ini ditujukan. Atau bisa juga ayat di atas ditujukan kepada siapapun yang mengingkari kebangkitan, karena siapapun yang mengingkari kuasa Allah membangkitkan, bagaikan mengingkari kuasa untuk mencipta. Sebenarnya kebangkitan adalah pengubahan bentuk dan keadaan, bukan mencipta sesuatu yang baru, sebab kematian bukanlah ketiadaan. 26 Menurut Tafsir Al- Azhar,pada ayat ini Allah berfirman “Kamilah yang telah menciptakan kamu.” Bukan yang lain, bukan ayah dan bunda yang me nciptakan manusia: “Mengapa tidak kamu terima kebenaran itu?”. Kamilah yang mulai menjadikan kamu, padahal kamu tidak ada sama sekali. Tadinya tidak ada orang yang bernama si Fulan, kemudian dia Kami adakan. Segala sesuatu dalam alam ini diciptakan daripada tidak ada kepada ada, kemudian itu akan lenyap tak ada lagi. “Mengapa tidak kamu terima kebenaran?” yaitu sesudah tidak ada, kelak Allah Ta’ala akan mengadakan kamu pula kembali setelah kiamat datang? Persamaan pendapat dari Al-Misbah dan Al-Azhar bahwa pada ayat ini Allah menegaskan kepada manusia bahwa yang menciptakan manusia ialah Allah. Dan Allah-lah yang membangkitkan mereka setelah kematian. Kesimpulaan dari ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia-lah yang menciptakan manusia dan Dia pula yang mengatur segala apa yang ada di seluruh jagat raya ini, termasuk hari kiamat dan hari berbangkit. Penciptaan kedua bukan lah hal yang sulit bagi Allah, dimana Allah lah yang menciptakan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Ayat ini ditunjukan kepada siapa saja yang mengingkari hari kebangkitan dan mengingkari Kuasa Allah. Ayat 58-62 Menurut Al-Misbah Allah menyatakan bahwa: Jika kamu percaya kuasa Kami menciptakan kamu dari tiada, maka perhatikan dan camkanlah reproduksi manusia agar kamu mengetahui bahwa untuk 26 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Quran Volume 13 Jakarta: Lentera Hati, 2002, hal.563-564 menciptakan kembali makhluk serupa dengan memulai penciptaannya itu lebih mudah bagi Kami. Maka apakah kamu melihat dengan mata kepala atau hati, keadaan yang sungguh menakjubkan. Terangkanlah kepada-Ku tentang sperma yang kamu pancarkan . kamukah yang menciptakannya, menetapkan kadarnya, menentukan tetesan mana yang membuahi indung telur pasangan kamu dan mengantarkannya ke dinding rahim, lalu berpindah dari dari fase yang satu ke fase lainnya hingga lahir manusia utuh? Apakah kamu yang melakukan itu atau kamukah para penciptanya? Ya, Kami sendiri Penciptanya. 27 Kami juga telah menentukan kematian diantara kamu semua secara bergilir pada waktu dan tempat tertentu. Itu pasti terjadi pada waktu yang Kami tetapkan, tidak berlebih dan tidak berkurang karena kami menyediakan balasan dan ganjaran sesuai amal-amal kamu ketika kamu hidup di dunia dan Kami sekali-kai tidak dapat dikalahkan oleh apa dan siapa pun. 28 Pada ayat 60 dipahami oleh Thabatba’i sebagai uraian tentang kuasa Allah mengatur segala urusan ciptaan-Nya. Ayat itu menurutnya menjelaskan bahwa wujud manusia yang terbatas sejak awal kejadiannya hingga akhir saat dari kehidupannya di dunia dengan segala hal yang berkaitan dengannya, kesemuanya di takdirkan yakni di atur Allah. Kematian manusia serupa dengan kehidupannya adalah atas dasar pengaturan Allah. Bukannya kematian itu disebabkan kuasa Allah terbatas sehingga Dia tidak menciptakan manusia yang tidak disentuh kematian atau kematian disebabkan adanya faktor-faktor diluar kekuasaan Allah sehingga kehidupan yang dianugrahkan Allah kepada manusia menjadi binasa. Dapat disimpulkan bahwa kematian diteapan Allah atas keendak-Nya bukan karena ada yang mengalahkan-Nya. Kematian ditetapkan antar manusia secara bergiliran atau bersama-sama adalah karena kehendak dan ketetapan adalah merupakan ketetapan dari Allah. Menurut Thabathabai, sebagaimana dijelaskan M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah mengatakan bahwa: 27 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Quran Volume 13,... hal.565 Tidak ada sesuatu yang sia-sia atau bathil dalam wujud ini, sehingga penciptaan pertama dalam kehidupan dunia pastilah ada tujuannya yang langgeng. Di sisi lain, keberadaan sistem tersebut menuntut adanya hidayah dan petunjuk untuk segala sesuatu menuju kebahagiaan jenisnya. Hidayah untuk manusia menuntut diutusnya rasul, penetapan syariat, pengarahan berupa yang tidak dapat terlaksana secara sempurna di dunia ini, tatapi diakhirat kelak dan itulah penciptaan kedua. Menurut Al- Azhar pada ayat ini Allah berfirman, “Apakah kamu perhatikan mani yang k amu tumpahkan?”. Apakah kamu yang menciptakan ataukah Kami yang menciptakannya?. Mani keluar dari kemaluan manusia apabila manusia telah bersetubuh. Lalu berpadu mani si laki-laki dengan mani si perempuan jadi satu, itulah yang menjadi Nutfah, „Alaqah dan Mudghah. Yaitu air segumpal, darah segumpal dan kemudian menjadi daging segumpal. Siapakah yang mempertemukan dan menciptakan campuran mani itu jadi anak, yang manusia tidak dapat mengatur sama sekali mentang-mentang mereka sudah bersetubuh sudah pasti jadi anak. Bukankah persetubuhan itu hanyalah harapan belaka, moga-moga jadi anak? Bukankah banyak orang bersetubuh namun tidak menghasilkan anak? Telah berahun-tanhun bergaul namun anak yang ditunggu tidak juga datang. Sebaliknya ada orang yang telah merasa tidak tahan lagi karena anak sudah banyak, berlima, berenam, bertujuh, berdelapan, sudah mengharap jangan ada anak lagi, namun dia masih lahir. Sebab itu jelaslah bahwa Allah-lah yang menciptakan ada anak itu, bukan manusia. Meskipun sekarang sudah ada kep andaian baru “bayi tabung”, namun yang ditabungkan itu pasti mani buatan Allah jua. Zat lain tidak dapat dikumpul dan ditabungkan, namun dia tidak akan jadi orang. Apabila Allah telah menentukan seseorang mesti mati, tidaklah dapat sesuatu kekuatan pun dapat menahan. Mati tidak memandang umur. Anak kecil mati dan orang tua pun mati. Tuhan tidak dapat dikalahkan. Kita manusia yang juga kalah. Dan setelah datang waktunya untuk mati di dunia ini, tidaklah ada sesuatu yang dapat mengalahkan Allah, menghambat Allah akan melakukan berbuat sekehendak-Nya. Kemudian diakhirat pun kita akan dibangkitkan dari maut itu agar hidup kembali dalam rupa yang lain. Bagaimana kejadian dirimu pada perulangan kedua kali itu, tidaklah akan kamu ketahui, apakah lebih indah