Perbedaan dan Persamaan Penafsiran Para Ulama Tentang Q.S. Al-
                                                                                Tidak  ada  sesuatu  yang  sia-sia  atau  bathil  dalam  wujud  ini,  sehingga penciptaan  pertama  dalam  kehidupan  dunia  pastilah  ada  tujuannya  yang
langgeng. Di sisi lain, keberadaan sistem tersebut menuntut adanya hidayah dan  petunjuk  untuk  segala  sesuatu  menuju  kebahagiaan  jenisnya.  Hidayah
untuk  manusia  menuntut  diutusnya  rasul,  penetapan  syariat,  pengarahan berupa  yang  tidak  dapat  terlaksana  secara  sempurna  di  dunia  ini,  tatapi
diakhirat kelak dan itulah penciptaan kedua.
Menurut  Al- Azhar  pada  ayat  ini  Allah  berfirman,  “Apakah  kamu
perhatikan  mani  yang  k amu  tumpahkan?”.  Apakah  kamu  yang  menciptakan
ataukah  Kami  yang  menciptakannya?.  Mani  keluar  dari  kemaluan  manusia apabila manusia telah bersetubuh. Lalu berpadu mani si laki-laki dengan mani
si  perempuan  jadi  satu,  itulah  yang  menjadi  Nutfah,  „Alaqah  dan  Mudghah. Yaitu air segumpal, darah segumpal  dan kemudian menjadi  daging segumpal.
Siapakah yang mempertemukan dan menciptakan campuran mani itu jadi anak, yang  manusia  tidak  dapat  mengatur  sama  sekali  mentang-mentang  mereka
sudah  bersetubuh  sudah  pasti  jadi  anak.  Bukankah  persetubuhan  itu  hanyalah harapan  belaka,  moga-moga  jadi  anak?  Bukankah  banyak  orang  bersetubuh
namun  tidak  menghasilkan  anak?  Telah  berahun-tanhun  bergaul  namun  anak yang ditunggu tidak juga datang. Sebaliknya ada orang yang telah merasa tidak
tahan lagi karena anak sudah banyak, berlima, berenam, bertujuh, berdelapan, sudah  mengharap  jangan  ada  anak  lagi,  namun  dia  masih  lahir.  Sebab  itu
jelaslah  bahwa  Allah-lah  yang  menciptakan  ada  anak  itu,  bukan  manusia. Meskipun  sekarang  sudah  ada  kep
andaian  baru  “bayi  tabung”,  namun  yang ditabungkan itu pasti mani buatan Allah jua. Zat lain tidak dapat dikumpul dan
ditabungkan, namun dia tidak akan jadi orang. Apabila  Allah  telah  menentukan  seseorang  mesti  mati,  tidaklah  dapat
sesuatu kekuatan pun dapat menahan. Mati tidak memandang umur. Anak kecil mati dan orang tua pun mati. Tuhan tidak dapat dikalahkan. Kita manusia yang
juga kalah. Dan setelah datang waktunya untuk mati di dunia ini, tidaklah ada sesuatu  yang  dapat  mengalahkan  Allah,  menghambat  Allah  akan  melakukan
berbuat sekehendak-Nya. Kemudian diakhirat pun kita akan dibangkitkan dari maut itu agar hidup kembali dalam rupa yang lain. Bagaimana kejadian dirimu
pada perulangan kedua kali itu, tidaklah akan kamu ketahui, apakah lebih indah
lebih bagus karena indah dan bagusnya perbuatanmu seketika kamu masih ada didunia,  atau  akan  dibuat  lebih  buruk  karena  perbuatanmu  seketika  hidup
buruk pula.
29
Persamaan  penafsiran  oleh  Al-Misbah  dan  Al-Azhar  pada  ayat  ini  ialah, Allah  memerintahkan  manusia  untuk  merenungkan  tentang  asal-usul  kejadian
manusia  dan  kehidupan  setelah  kematian.  Allah  bukan  saja  kuasa  mencipta, tapi  juga  kuasa  mengaur  ciptaan-Nya  dalam  hidup  ini  dan  setelah  kematian
mereka. Kesimpulannya,  Sudah  dapat  kita  memahamkan  dan  merenungkan
kejadian kita seluruh manusia ini, sejak zaman masih mulai percampuran mani seorang  laki-laki  dengan  mani  seorang  perempuan.  Kita  telah  lihat  perubahan
peringkat  hidup  itu  sejak  dari  mani  sampai  jadi  manusia,  sejak  bayi  sampai menjadi  manusia  tua  renta.  Allah  SWT  kuasa  mencipta  manusia  manusia
dalam bentuk yang berbeda-beda dengan bentuknya yang sekarang. Maka dari itu tidak satupun kuasa Allah yang dapat kita dustakan.
Ayat  63-67  Menurut  Al-Misbah,  setelah  ayat  yang  lalu  menguraikan
tentang  kejadian  manusia  dari  sperma  sebagai  bukti  kekuasaan  Allah membangkitkan  mereka  guna  memperoleh  ganjaran  dan  balasan,  kini
disebutkan salah satu kebutuhan pokok manusia yang mereka lihat sehari-hari dan  juga  dapat  mengantar  kepada  keyakinan  akan  adanya  hari  kiamat  yaitu
tanaman. Allah  menyampaikan  pertanyaan  kepada  manusia  untuk  dipikirkan  dan
direnengkan  menegnai  berbagai  tanaman  yang  ditanam  oleh  manusia,  baik tanaman  yang  di  sawah,  ladang  maupun  bibit-bibit,  pohon-pohanan  yang  di
tanam diperkebunan. Diungkapkan bahwa bagi semua tanaman tersebut diatas, kedudukan  manusia  hanya  sekedar  sebagai  penanamnya,  memupuk  dan
memeliharanya  dari  berbagai  gangguan  yang  membawa  kerugian.  Tetapi kebanyakan  manusia  lupa  terhadap  siapakah  yang  menumbuhkan  tanaman
tersebut?  Terang  dan  jelas  dan  tidak  ragu-ragu  lagi  adalah  bahwa  Allah menumbuhkan  tanaman  tersebut,  menumbuhkan  tunas  membesarkan  pohon-
29
Buya Hamka, Tafsir Al- Azhar juzu’ 27, Jakarta: Pustaka Panjimas,hal. 246-247
pohonnya,  menambah  dahan  dan  ranting  serta  memekarkan  bunga  sampai menjadi buah yang bisa dinikmati manusia.
Walaupun  tanaman  tersebut  sangat  baik  pertumbuan  dan  buahnya  yang menimbulkan  harapan  untuk  mendatangkan  keuntungan  berlimpah-limpah,
namun  apabila  Allah  menghendaki  lain  dari  itu,  maka  tanaman  yang diharapkan itu dapat berubah menjadi tanaman yang tidak berbuah, hampa atau
terserang  berbagai  macam  penyakit  dan  hama,  seperti  hama  wereng,  tikus, sehingga pemiliknya tertegun dan merasa sedih. Karena keuntungannya dalam
sekejap  mata  menjadi  kerugia  yang  luar  biasa.  Sedang  untuk  membayar berbagai  macam  pengeluaran  seperti  ongkos  mencangkul,  menanam,
menyiram, memupuk, dan memebersihkan rumput merupakan beban berat dan merugikan baginya.
Menurut  tafsir  Al-Azhar,  pada  ayat  ini  Allah  menyuruh  kita  untuk memperhatikan  tanaman  yang  kita  tanam.  Siapakah  yang  menumuhkannya?
Bagaimana  dia  bisa  tumbuh?  .  bahwasannya  tumbuh  dan  hidup  biji  yang ditanamkan  tadi  benar-benar  buan  bergantung  kepada  kuasa  manusia,
melainkan belas kasihan Allah. Bisa saja apa yang ditanamkan itu tidak hidup, artinya tidak ia berurat, tidak ia berakar, dan tidak tumbuh daunnya, tidak ada
perubahan  sejak  ia  ditanamkan  sampai  beberapa  lama  kemudian.  Dia  kering, dia kersang “Maka jadilah kalian tercengang”. Benar-benarkah tumbuhnya biji
itu  sangat  bergantung  kepada  belas  kasihan  Allah.  Kalau  dia  tidak  tumbuh, manusia  tidak  dapat  berbuat  apa-apa,  dia  hanya  tercengang-cengang  tidak
dapat bertindak. Semua yang diharap menjadi hampa. Sebab lupa bahwa bukan manusia  yang  berkuasa  menumbuhkan  atau  memberikan  buah  atau
mengeluarkan hasil sebagai yang kita harap. Pada  penafsiran  al-Misbah  dan  Al-Azhar  terdapat  persamaan  yakni,  pada
ayat  63-67.  Allah  mengajak  manusia  untuk  berfikir  tentang  tumbuhan,  Kuasa Allah nampak dengan jelas pada tumbuhan dan tanah yag ditumbuhinya. Sudah
jelas  bahwa  Allah  lah  yang  menumbuhkan  tanaman  itu  sampai  mereka  bisa tumbuh  dan  berbuah  hingga  bermanfaat  bagi  manusia  dan  memberikan
keuntungan yang besar.
Kesimpulan, tumbuhnya tumbuhan hingga menghasilkan banyak manfaat karena adanya rahman rahim Allah. Atas kasih sayang Nya, Allah menjadikan
tumbuhan  itu  berbuah  dan  menghasilkan  banyak  manfaat  kepada  manusia, memang  manusia  lah  yang  menanam,  merawat,  dan  memanen  namun  tanpa
kuasa  Allah  tanaman  yang  sudah  dirawat  secara  teratur  belum  tentu  bisa tumbuh dan berbuah dengan baik. Bisa saja Allah tidak mengizinkan tanaman
itu tumbuh dengan berbagai musibah misalnya tanaman tersebut diserang hama wereng,  maka  manusia  akan  tercengang  melihat  tanamannya  yang  tidak  bisa
tumbuh dan berbuah. Dan manusia akan mendapat kerugian yang besar. Maka dari  itu  tidak  sepantasnya  kita  bercongkak  hati,  karena  tanpa  kuasa  Allah  apa
yang kita inginkan tidak akan terwujud.
Ayat  68-70  menurut  Al-Misbah  setelah  ayat  yang  lalu  mempertanyakan
tentang  kuasa  manusia  dalam  menumbuhkan  tumbuhan,  selanjutnya  mereka
dipertanyakan  tentang  kuasa  mereka  menurunkan  hujan.    Air  hujan  itu
manakala  di  renungkan  oleh  manusia,  bahwa  ia  berasal  dari  uap  air  yang terkena panas matahari. Setelah menjadi awan dan kemudian menjadi mendung
yang  sangat  hitam  bergumpal-gumpal  maka  turunlah  uap  air  itu  sebagai  air hujan  yang  sejuk  dan  tawar,  tidak  asin  seperti  air  laut.  Air  tawar  tersebut
menyegarkan badan serta menghilangkan haus. Bila tidak ada hujan, pasti tidak ada  sungai  yang  mengalir,  tidak  akan  ada  mata  air  walau  berapa  meter  pun
dalam nya orang menggali sumur, niscaya tidak akan keluar air. Bila tidak ada air,  rumput  pun  tidak  akan  tumbuh,  apalagi  tanaman  yang  ditanam  oleh
manusia. Menurut  Al-Azhar  pada  ayat  ini  Allah  mengajak  manusia  untuk
merenungkan tentang air. Adakah kamu perhatikan air yang kamu minum?. Air ialah pokok yang mutlak untuk menentukan hidup manusia. “ kamukah yang
menurunkanya  dari  awan,  atau  Kamikah  yang  menurunkannya?  Hujan  yang akan  turun  ke  bumi  itu  lebih  dahulu  berkumpul  dan  berkumpul  dalam  awan,
setelah awan itu berat dan tebal, barulah dia turun ke bumi menjadi hujan. Ada hujan  itu  yang  mengalir  dari  gunung-gunung  dan  bukit-bukit  yang  tinggi  dan
setengahnya  lagi  menyelinap  ke  dalam  bumi  dan  menggenang  di  bawahnya.
Yang  mengalir  diatas  itulah  yang  membasihi  dan  menyuburkan  permukaan bumi. Lalu datanglah peringatan dari Allah: “kalau kami mau, Kami jadikanlah
dia asin”. Dan kalau itu yang kejadian, akan sengsaralah manusia karena tidak
dapat  minum.  Allah  memperingatkan  kepada  kita,  bahwasanya  Dia  Maha Kuasa  buat  membuat  asin  air  yang  tadinya  tawar.  Yang  diperlihatkan  kepada
kita  hanyalah  kasih  sayang-Nya  belaka. “Adakah  kamu  perhatikan  api  yang
kamu nyalakan?”. Bagaimana pula keadaan tumbuhnya api itu? Kamukah yang menumbuhkan kayu apinya atau Kamikah yang menumbukannya?. Diberi ingat
dalam ayat ini bahwa nyala api yang sekarang ini adalah peringatan kepada kita manusia,  bahwasannya  kelak  akan  ada  lagi  api  nyala  70  kali  dari  api  yang
sekarang. Pesamaan  penafisran  oleh  Al-Misbah  dan  Al-Azhar  adalah  tentang  kuasa
Allah  dalam  menurunkan  air,  air  adalah  salah  satu  anugerah  dari  Allah  yang paling  penting  bagi  makhluknya.  Kalau  Allah  berkehedak  maka  dijadikannya
air  itu  pahit  lagi  asin  sehingga  tidak  akan  bisa  memberikan  kehidupan  pada makhluknya.  Selain  air  dalam  ayat  ini  juga  menunjukkan  kuasa  Allah  dalam
menciptakan api. Sehingga dalam penciptaan air dan api terdapat perintah bagi manusia untuk berfikir akan kuasa Allah.
Kesimpulannya,  Allah  yang  Maha  Pengasih  lagi  Maha  Penyayang  yang telah  menurunkan  air  hujan  dari  langit,  Allah  menurunkan  air  yang  segar  dan
bersih  sehingga  dapat  menjadi  manfaat  bagi  makhluk  Nya.  Air  adalah  bagian penting  bagi  kehidupan,  tanpa  air  makhluk  Allah  tidak  akan  bisa  bertahan
hidup,  maka  dari  itu  atas  kuasa  Allah,  Allah  menurunkan  air  kepada  manusia dengan  berbagai  cara  agar  dari  turunnya  air  manusia  bisa  bertafakkur  kepada
Allah.  Selain  air  ada  juga  api,  Allah  menciptakan  api  dengan  segala  manfaat nya bagi kehidupan. Selain bermanfaat bagi kehidupan api juga sebagai tanda
peringatan  bagi  manusia,  peringatan  tentang  adanya  siksaan  api  neraka,  tidak terbayangkan  seberapa  panasnya  api  neraka  padahal  api  yang  ada  di  dunia
sangat  panas  dan  dapat  membakar  apa-apa  yang  ada  disekitarnya.  Adapun manfaat  api  bagi  kehidupan  manusia  yaitu  bagi  para  musafir  yang
membutuhkan  makanan  ditengah  perjalanannya,  ia  bisa  menggunakan  api  itu untuk memasak makanan yang dbutuhkannya.
Ayat 74
menurut tafsir Al-Misbah, Setelah ayat-ayat yang lalu mengangkat dari kenyataan-kenyataan yang dialami manusia- primitive atau modern- yang
dapat menjadi bukti kuasa Allah membangkitkan manusia setelah kematiannya, dan dalam  kenyataannya kaum Musrikin mekkah yang dihadapi oleh ayat-ayat
itu  masih  bersikeras  juga  mengingkari,  maka  Allah  SWT.  Mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan berfirman : jika kini telah
jelas  kuasa-Nya  membangkitkan  setelah  kematian,  maka  bertasbillah  yakni tingkatkanlah upayamu menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan bahkan
dari segala sifat kesempurnaan yang engkau bayangkan, karena kesempurnaan- Nya tidak dapat  terjangkau oleh makhluk. Sucikanlah dengan nama Tuhanmu
Pemelihara dan Pembimbing-mu yang Maha Agung.
30
Menurut  Al-Azhar,  pada  ayat  ini  Allah  memerintahkan  kita  untuk mengucapkan  tasbih  kapanpun  dan  dimanapun  kita  berada.  Hujan  lebat,  kita
ucapkan  Subhanallah  Api  nyala  pun  demikian  juga.  Tanaman  yang  kita tanamkan  dibumi,  lalu  memberikan  hasil,  pertama  yang  ditanam  tumbuh,
setelah  itu  dia  hidup  dan  membesar,  lama  kelamaan  memberikan  hasil, memberikan buah; Subhanallah Amat suci Allah, Tuhan sarwa sekalian alam.
Persamaannya,  Al-Misbah  dan  Al-Azhar  yaitu  pada  ayat  ini  Allah memerintahkan  manusia  untuk  selalu  bertasbih  dalam  keadaan  apapun  dan
dimanapun. Kesimpulannya, melihat tentang tanda-tanda  kuasa pada ayat  sebelumnya
yaitu  mulai  terbentuknya  manusia,  tumbuhnya  tumbuhan,  turunnya  air  hujan dan  danya  api  di  bumi,  mengingat  itu  semua  tak  sepantasnya  manusia
mendustakan  Allah  SWT,  karena  tanpa  kasih  sayang  Nya  kita  tidak  akan mendapat  ribuan nikmat dari-Nya. Maka tidak ada balasan  yang pantas  untuk
Allah kecuali kita sebagai manusia yang selalau beriman dan bertaqwa kepada Allah  swt.    Jadilah  manusia  yang  banyak  bertasbih  dengan  menyebut  nama
Nya yang Maha Agung dan Bijaksana.
30
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,Jakarta: Lentera Hati, 2002, hal.571
A.
Tafsir Per-Ayat
 
 
“Kami telah menciptakan kamu, Maka mengapa kamu tidak membenarkan?”, Pada  ayat  ini  Allah  menyatakan  bahwa  Kami  sendiri  yang
menciptakan kamu, padahal tadinya kamu tidak berwujud.
 
 
“Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan”. Pada ayat ini Allah memrintahkan manusia untuk memperhatikan tentang mani
yang telah dipancarkan.
 
 
 
“Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?”. Kamukah  yang  menciptakan?  Atau  Allah  yang  menciptakan?,  yakni
menetapkan kadarnya, menetapkan tetesan mana yang membuahi indung telur, dan mengantarkannya kedinding rahim, lalu berpindah dari fase ke fase hingga
lahir  manusia  utuh?.  Kamukah  yang  menciptakannya?  Atau  Kamikah  yang menciptakannya.
 
 
 
 
“
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan
,
Disamping  itu  kami  juga  telah  menentukan  kematian  diantara  kamu semua, yakni secara bergilir pada waktu dan tempat yang Allah tentukan  dan
itu  pasti  terjadi  pada  waktu  yang  Kami  tetapkan,  tidak  berlebih  dan  tida berkurang.  Kami  meyediakan  balasan  dan  ganjaran  sesuai  amal-amal  kamu
disunia dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan oleh apa dan siapapun.
 
 
 
 
 
Untuk  menggantikan  kamu  dengan  orang-orang  yang  seperti  kamu  dalam dunia  dan  menciptakan  kamu  kelak  di  akhirat  dalam  Keadaan  yang  tidak
kamu ketahui.
Kami tidak dapat dihalangi untuk menggantikan kamu dengan orang-orang seperti  kamu  dalam  kehidupan  dunia  dan  tidak  juga  satu  kuasa  yang
menghalangi  Kami  menciptakan  kamu  kembali  setelah  kematian  kamu  guna bangkit di akhirat dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.
 
 
 
Dan  Sesungguhnya  kamu  telah  mengetahui  penciptaan  yang  pertama,  Maka Mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran untuk penciptaan yang kedua?
Sesungguhnya kamu telah mengetahui kuasa Kami dalam penciptaan yang pertama,  yakni  sebelum  wujud  kamu  di  pents  bumi  ini,  bahkan  kamu
mempercayainya,  maka  mengapakah  kamu  tidak  secara  bersungguh-sungguh mengambil  pelajaran,  walau  sedikit,  untuk  meyakini  kuasa  Kami  dalam
penciptaan yang kedua pada Hari Kiamat nanti? 
 
Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Terangkanlah kepada-Ku Allah tentang benih yang kamu tanam,
 
 
 
Kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya? Kamukah  yang  menumbuhkannya  setelah  benih  itu  kamu  tanam,  sehingga
benih pada
akhirnya berubah
, ataukah
Kami Allah
yang menumbuhkannya?
 
 
 
Kalau  Kami  kehendaki,  benar-benar  Kami  jadikan  Dia  hancur  dan  kering, Maka jadilah kamu heran dan tercengang.
Jika  seandainya  Kami  kehendaki,  maka  benar-benar  Kami  menjadikan tanaman  yang  telah  tumbuh  itukering  tidak  berbuah  dan  hancur  berkeping-
keping sebelum kamu petik akibat terkena sengatan panas atau dimakan hama atas  perintah  Allah  SWT.  Maka  jika  itu  terjadi  kamu  akan  terus  menerus
sepanjang hari
menjadi heran
tercengang, menyesal,
dan saling
mempersalahkan.
 
sambil berkata: Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian, Dan kalianpun berkata: Sungguh kami benar-benar menderita kerugian waktu,
tenaga, dan harta benda, setelah kami bersunngguh-sungguh berusaha.
 
 
Bahkan Kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa. Bahkan  nasib  kami  buruk  sehingga  kami  menjadi  orang-orang  yang  tercegah
memperoleh sedikit hasil pun.
 
 
Maka Terangkanlah kepada-ku tentang air yang kamu minum. Hai  Manusia,  maka  terangkanlahkepada  Ku  tentang  air  yang  telah  kamu
minum?
 
 
 
 
Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? Kamukah  yang  menciptakannya  sedemikian  rupa,  antara  lain  tawar,  atau
kamukah  yang  mengatur  prosesnya  sehingga  menjadi  tawar,  lalu menurunkannya  dari  awan  yang  mengandung  air  dalam  keadaan  enak
diminum, ataukah Kami penurun-penurunnya?
 
 
 
Kalau  Kami  kehendaki,  niscaya  Kami  jadikan  Dia  asin,  Maka  Mengapakah kamu tidak bersyukur?
Kalau  Kami  menghendaki,  niscaya  Kami  menjadikan  air  yang  turun  itu, asin  lagi  snagta  pahit  membakar  perut  serupa  dengan  rasanya  sebelum
menguap dari laut sehingga tidak dapat kamu minum, maka mengapakah kamu
tidak  bersyukur  kepada  Allah  yang  menjadikannya  sedemikian  rupa  sehingga bermanfaat buat kamu?
 
 
Maka  Terangkanlah  kepadaku  tentang  api  yang  kamu  nyalakan  dengan menggosok-gosokkan kayu.
Pada  ayat  ini  Allah  mengajak  manusia  merenungkan  tentang  api  yang
dinyalakan dari gosokan-gosokan kayu.
 
 
 
Kamukah yang menjadikan kayu itu atau kamikah yang menjadikannya? Kamukah  yang  menjadikan  api  itu  atau  kayu  itu  mempunya  potensi
pembakaran atau kamikah pembuat-pembuatnya?
 
 
 
Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.
Kami  menjadikannya  untuk  peringatan  tentang  azab  neraka  yang  apinya jauh  lebih  panas  dan  dahsyat,  juga  agar  bermanfat  bagi  para  mufasir,
khususnya  dipadang  pasir,  seperti  memasak,  menjadi  alat  penerang, mengahngatkan badan, mengusir binatang  buas, dan lain-lain. Demikian juga
untuk orang miskin dan kaya dimanapun dan kapanpun.
 
 
Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar. Pada  ayat  ini  mengarahkan  pembicaraan  kepada    Nabi  Muhamad  SAW,
dengan  berfirman  bahwa:  Jika  kini  telah  jelas  kuasa-Nya,  maka  bertasbihlah, dan  tingkatkanlah  upayamu  menyucikan  Allah  dari  segala  sifat  kekurangan,
sucikanlah nama Tuhan memelihara dan Pembimbing yang Maha Agung.
                