Perbedaan dan Persamaan Penafsiran Para Ulama Tentang Q.S. Al-
Tidak ada sesuatu yang sia-sia atau bathil dalam wujud ini, sehingga penciptaan pertama dalam kehidupan dunia pastilah ada tujuannya yang
langgeng. Di sisi lain, keberadaan sistem tersebut menuntut adanya hidayah dan petunjuk untuk segala sesuatu menuju kebahagiaan jenisnya. Hidayah
untuk manusia menuntut diutusnya rasul, penetapan syariat, pengarahan berupa yang tidak dapat terlaksana secara sempurna di dunia ini, tatapi
diakhirat kelak dan itulah penciptaan kedua.
Menurut Al- Azhar pada ayat ini Allah berfirman, “Apakah kamu
perhatikan mani yang k amu tumpahkan?”. Apakah kamu yang menciptakan
ataukah Kami yang menciptakannya?. Mani keluar dari kemaluan manusia apabila manusia telah bersetubuh. Lalu berpadu mani si laki-laki dengan mani
si perempuan jadi satu, itulah yang menjadi Nutfah, „Alaqah dan Mudghah. Yaitu air segumpal, darah segumpal dan kemudian menjadi daging segumpal.
Siapakah yang mempertemukan dan menciptakan campuran mani itu jadi anak, yang manusia tidak dapat mengatur sama sekali mentang-mentang mereka
sudah bersetubuh sudah pasti jadi anak. Bukankah persetubuhan itu hanyalah harapan belaka, moga-moga jadi anak? Bukankah banyak orang bersetubuh
namun tidak menghasilkan anak? Telah berahun-tanhun bergaul namun anak yang ditunggu tidak juga datang. Sebaliknya ada orang yang telah merasa tidak
tahan lagi karena anak sudah banyak, berlima, berenam, bertujuh, berdelapan, sudah mengharap jangan ada anak lagi, namun dia masih lahir. Sebab itu
jelaslah bahwa Allah-lah yang menciptakan ada anak itu, bukan manusia. Meskipun sekarang sudah ada kep
andaian baru “bayi tabung”, namun yang ditabungkan itu pasti mani buatan Allah jua. Zat lain tidak dapat dikumpul dan
ditabungkan, namun dia tidak akan jadi orang. Apabila Allah telah menentukan seseorang mesti mati, tidaklah dapat
sesuatu kekuatan pun dapat menahan. Mati tidak memandang umur. Anak kecil mati dan orang tua pun mati. Tuhan tidak dapat dikalahkan. Kita manusia yang
juga kalah. Dan setelah datang waktunya untuk mati di dunia ini, tidaklah ada sesuatu yang dapat mengalahkan Allah, menghambat Allah akan melakukan
berbuat sekehendak-Nya. Kemudian diakhirat pun kita akan dibangkitkan dari maut itu agar hidup kembali dalam rupa yang lain. Bagaimana kejadian dirimu
pada perulangan kedua kali itu, tidaklah akan kamu ketahui, apakah lebih indah
lebih bagus karena indah dan bagusnya perbuatanmu seketika kamu masih ada didunia, atau akan dibuat lebih buruk karena perbuatanmu seketika hidup
buruk pula.
29
Persamaan penafsiran oleh Al-Misbah dan Al-Azhar pada ayat ini ialah, Allah memerintahkan manusia untuk merenungkan tentang asal-usul kejadian
manusia dan kehidupan setelah kematian. Allah bukan saja kuasa mencipta, tapi juga kuasa mengaur ciptaan-Nya dalam hidup ini dan setelah kematian
mereka. Kesimpulannya, Sudah dapat kita memahamkan dan merenungkan
kejadian kita seluruh manusia ini, sejak zaman masih mulai percampuran mani seorang laki-laki dengan mani seorang perempuan. Kita telah lihat perubahan
peringkat hidup itu sejak dari mani sampai jadi manusia, sejak bayi sampai menjadi manusia tua renta. Allah SWT kuasa mencipta manusia manusia
dalam bentuk yang berbeda-beda dengan bentuknya yang sekarang. Maka dari itu tidak satupun kuasa Allah yang dapat kita dustakan.
Ayat 63-67 Menurut Al-Misbah, setelah ayat yang lalu menguraikan
tentang kejadian manusia dari sperma sebagai bukti kekuasaan Allah membangkitkan mereka guna memperoleh ganjaran dan balasan, kini
disebutkan salah satu kebutuhan pokok manusia yang mereka lihat sehari-hari dan juga dapat mengantar kepada keyakinan akan adanya hari kiamat yaitu
tanaman. Allah menyampaikan pertanyaan kepada manusia untuk dipikirkan dan
direnengkan menegnai berbagai tanaman yang ditanam oleh manusia, baik tanaman yang di sawah, ladang maupun bibit-bibit, pohon-pohanan yang di
tanam diperkebunan. Diungkapkan bahwa bagi semua tanaman tersebut diatas, kedudukan manusia hanya sekedar sebagai penanamnya, memupuk dan
memeliharanya dari berbagai gangguan yang membawa kerugian. Tetapi kebanyakan manusia lupa terhadap siapakah yang menumbuhkan tanaman
tersebut? Terang dan jelas dan tidak ragu-ragu lagi adalah bahwa Allah menumbuhkan tanaman tersebut, menumbuhkan tunas membesarkan pohon-
29
Buya Hamka, Tafsir Al- Azhar juzu’ 27, Jakarta: Pustaka Panjimas,hal. 246-247
pohonnya, menambah dahan dan ranting serta memekarkan bunga sampai menjadi buah yang bisa dinikmati manusia.
Walaupun tanaman tersebut sangat baik pertumbuan dan buahnya yang menimbulkan harapan untuk mendatangkan keuntungan berlimpah-limpah,
namun apabila Allah menghendaki lain dari itu, maka tanaman yang diharapkan itu dapat berubah menjadi tanaman yang tidak berbuah, hampa atau
terserang berbagai macam penyakit dan hama, seperti hama wereng, tikus, sehingga pemiliknya tertegun dan merasa sedih. Karena keuntungannya dalam
sekejap mata menjadi kerugia yang luar biasa. Sedang untuk membayar berbagai macam pengeluaran seperti ongkos mencangkul, menanam,
menyiram, memupuk, dan memebersihkan rumput merupakan beban berat dan merugikan baginya.
Menurut tafsir Al-Azhar, pada ayat ini Allah menyuruh kita untuk memperhatikan tanaman yang kita tanam. Siapakah yang menumuhkannya?
Bagaimana dia bisa tumbuh? . bahwasannya tumbuh dan hidup biji yang ditanamkan tadi benar-benar buan bergantung kepada kuasa manusia,
melainkan belas kasihan Allah. Bisa saja apa yang ditanamkan itu tidak hidup, artinya tidak ia berurat, tidak ia berakar, dan tidak tumbuh daunnya, tidak ada
perubahan sejak ia ditanamkan sampai beberapa lama kemudian. Dia kering, dia kersang “Maka jadilah kalian tercengang”. Benar-benarkah tumbuhnya biji
itu sangat bergantung kepada belas kasihan Allah. Kalau dia tidak tumbuh, manusia tidak dapat berbuat apa-apa, dia hanya tercengang-cengang tidak
dapat bertindak. Semua yang diharap menjadi hampa. Sebab lupa bahwa bukan manusia yang berkuasa menumbuhkan atau memberikan buah atau
mengeluarkan hasil sebagai yang kita harap. Pada penafsiran al-Misbah dan Al-Azhar terdapat persamaan yakni, pada
ayat 63-67. Allah mengajak manusia untuk berfikir tentang tumbuhan, Kuasa Allah nampak dengan jelas pada tumbuhan dan tanah yag ditumbuhinya. Sudah
jelas bahwa Allah lah yang menumbuhkan tanaman itu sampai mereka bisa tumbuh dan berbuah hingga bermanfaat bagi manusia dan memberikan
keuntungan yang besar.
Kesimpulan, tumbuhnya tumbuhan hingga menghasilkan banyak manfaat karena adanya rahman rahim Allah. Atas kasih sayang Nya, Allah menjadikan
tumbuhan itu berbuah dan menghasilkan banyak manfaat kepada manusia, memang manusia lah yang menanam, merawat, dan memanen namun tanpa
kuasa Allah tanaman yang sudah dirawat secara teratur belum tentu bisa tumbuh dan berbuah dengan baik. Bisa saja Allah tidak mengizinkan tanaman
itu tumbuh dengan berbagai musibah misalnya tanaman tersebut diserang hama wereng, maka manusia akan tercengang melihat tanamannya yang tidak bisa
tumbuh dan berbuah. Dan manusia akan mendapat kerugian yang besar. Maka dari itu tidak sepantasnya kita bercongkak hati, karena tanpa kuasa Allah apa
yang kita inginkan tidak akan terwujud.
Ayat 68-70 menurut Al-Misbah setelah ayat yang lalu mempertanyakan
tentang kuasa manusia dalam menumbuhkan tumbuhan, selanjutnya mereka
dipertanyakan tentang kuasa mereka menurunkan hujan. Air hujan itu
manakala di renungkan oleh manusia, bahwa ia berasal dari uap air yang terkena panas matahari. Setelah menjadi awan dan kemudian menjadi mendung
yang sangat hitam bergumpal-gumpal maka turunlah uap air itu sebagai air hujan yang sejuk dan tawar, tidak asin seperti air laut. Air tawar tersebut
menyegarkan badan serta menghilangkan haus. Bila tidak ada hujan, pasti tidak ada sungai yang mengalir, tidak akan ada mata air walau berapa meter pun
dalam nya orang menggali sumur, niscaya tidak akan keluar air. Bila tidak ada air, rumput pun tidak akan tumbuh, apalagi tanaman yang ditanam oleh
manusia. Menurut Al-Azhar pada ayat ini Allah mengajak manusia untuk
merenungkan tentang air. Adakah kamu perhatikan air yang kamu minum?. Air ialah pokok yang mutlak untuk menentukan hidup manusia. “ kamukah yang
menurunkanya dari awan, atau Kamikah yang menurunkannya? Hujan yang akan turun ke bumi itu lebih dahulu berkumpul dan berkumpul dalam awan,
setelah awan itu berat dan tebal, barulah dia turun ke bumi menjadi hujan. Ada hujan itu yang mengalir dari gunung-gunung dan bukit-bukit yang tinggi dan
setengahnya lagi menyelinap ke dalam bumi dan menggenang di bawahnya.
Yang mengalir diatas itulah yang membasihi dan menyuburkan permukaan bumi. Lalu datanglah peringatan dari Allah: “kalau kami mau, Kami jadikanlah
dia asin”. Dan kalau itu yang kejadian, akan sengsaralah manusia karena tidak
dapat minum. Allah memperingatkan kepada kita, bahwasanya Dia Maha Kuasa buat membuat asin air yang tadinya tawar. Yang diperlihatkan kepada
kita hanyalah kasih sayang-Nya belaka. “Adakah kamu perhatikan api yang
kamu nyalakan?”. Bagaimana pula keadaan tumbuhnya api itu? Kamukah yang menumbuhkan kayu apinya atau Kamikah yang menumbukannya?. Diberi ingat
dalam ayat ini bahwa nyala api yang sekarang ini adalah peringatan kepada kita manusia, bahwasannya kelak akan ada lagi api nyala 70 kali dari api yang
sekarang. Pesamaan penafisran oleh Al-Misbah dan Al-Azhar adalah tentang kuasa
Allah dalam menurunkan air, air adalah salah satu anugerah dari Allah yang paling penting bagi makhluknya. Kalau Allah berkehedak maka dijadikannya
air itu pahit lagi asin sehingga tidak akan bisa memberikan kehidupan pada makhluknya. Selain air dalam ayat ini juga menunjukkan kuasa Allah dalam
menciptakan api. Sehingga dalam penciptaan air dan api terdapat perintah bagi manusia untuk berfikir akan kuasa Allah.
Kesimpulannya, Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah menurunkan air hujan dari langit, Allah menurunkan air yang segar dan
bersih sehingga dapat menjadi manfaat bagi makhluk Nya. Air adalah bagian penting bagi kehidupan, tanpa air makhluk Allah tidak akan bisa bertahan
hidup, maka dari itu atas kuasa Allah, Allah menurunkan air kepada manusia dengan berbagai cara agar dari turunnya air manusia bisa bertafakkur kepada
Allah. Selain air ada juga api, Allah menciptakan api dengan segala manfaat nya bagi kehidupan. Selain bermanfaat bagi kehidupan api juga sebagai tanda
peringatan bagi manusia, peringatan tentang adanya siksaan api neraka, tidak terbayangkan seberapa panasnya api neraka padahal api yang ada di dunia
sangat panas dan dapat membakar apa-apa yang ada disekitarnya. Adapun manfaat api bagi kehidupan manusia yaitu bagi para musafir yang
membutuhkan makanan ditengah perjalanannya, ia bisa menggunakan api itu untuk memasak makanan yang dbutuhkannya.
Ayat 74
menurut tafsir Al-Misbah, Setelah ayat-ayat yang lalu mengangkat dari kenyataan-kenyataan yang dialami manusia- primitive atau modern- yang
dapat menjadi bukti kuasa Allah membangkitkan manusia setelah kematiannya, dan dalam kenyataannya kaum Musrikin mekkah yang dihadapi oleh ayat-ayat
itu masih bersikeras juga mengingkari, maka Allah SWT. Mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan berfirman : jika kini telah
jelas kuasa-Nya membangkitkan setelah kematian, maka bertasbillah yakni tingkatkanlah upayamu menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan bahkan
dari segala sifat kesempurnaan yang engkau bayangkan, karena kesempurnaan- Nya tidak dapat terjangkau oleh makhluk. Sucikanlah dengan nama Tuhanmu
Pemelihara dan Pembimbing-mu yang Maha Agung.
30
Menurut Al-Azhar, pada ayat ini Allah memerintahkan kita untuk mengucapkan tasbih kapanpun dan dimanapun kita berada. Hujan lebat, kita
ucapkan Subhanallah Api nyala pun demikian juga. Tanaman yang kita tanamkan dibumi, lalu memberikan hasil, pertama yang ditanam tumbuh,
setelah itu dia hidup dan membesar, lama kelamaan memberikan hasil, memberikan buah; Subhanallah Amat suci Allah, Tuhan sarwa sekalian alam.
Persamaannya, Al-Misbah dan Al-Azhar yaitu pada ayat ini Allah memerintahkan manusia untuk selalu bertasbih dalam keadaan apapun dan
dimanapun. Kesimpulannya, melihat tentang tanda-tanda kuasa pada ayat sebelumnya
yaitu mulai terbentuknya manusia, tumbuhnya tumbuhan, turunnya air hujan dan danya api di bumi, mengingat itu semua tak sepantasnya manusia
mendustakan Allah SWT, karena tanpa kasih sayang Nya kita tidak akan mendapat ribuan nikmat dari-Nya. Maka tidak ada balasan yang pantas untuk
Allah kecuali kita sebagai manusia yang selalau beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Jadilah manusia yang banyak bertasbih dengan menyebut nama
Nya yang Maha Agung dan Bijaksana.
30
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,Jakarta: Lentera Hati, 2002, hal.571
A.
Tafsir Per-Ayat
“Kami telah menciptakan kamu, Maka mengapa kamu tidak membenarkan?”, Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Kami sendiri yang
menciptakan kamu, padahal tadinya kamu tidak berwujud.
“Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan”. Pada ayat ini Allah memrintahkan manusia untuk memperhatikan tentang mani
yang telah dipancarkan.
“Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?”. Kamukah yang menciptakan? Atau Allah yang menciptakan?, yakni
menetapkan kadarnya, menetapkan tetesan mana yang membuahi indung telur, dan mengantarkannya kedinding rahim, lalu berpindah dari fase ke fase hingga
lahir manusia utuh?. Kamukah yang menciptakannya? Atau Kamikah yang menciptakannya.
“
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan
,
Disamping itu kami juga telah menentukan kematian diantara kamu semua, yakni secara bergilir pada waktu dan tempat yang Allah tentukan dan
itu pasti terjadi pada waktu yang Kami tetapkan, tidak berlebih dan tida berkurang. Kami meyediakan balasan dan ganjaran sesuai amal-amal kamu
disunia dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan oleh apa dan siapapun.
Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu dalam dunia dan menciptakan kamu kelak di akhirat dalam Keadaan yang tidak
kamu ketahui.
Kami tidak dapat dihalangi untuk menggantikan kamu dengan orang-orang seperti kamu dalam kehidupan dunia dan tidak juga satu kuasa yang
menghalangi Kami menciptakan kamu kembali setelah kematian kamu guna bangkit di akhirat dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.
Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, Maka Mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran untuk penciptaan yang kedua?
Sesungguhnya kamu telah mengetahui kuasa Kami dalam penciptaan yang pertama, yakni sebelum wujud kamu di pents bumi ini, bahkan kamu
mempercayainya, maka mengapakah kamu tidak secara bersungguh-sungguh mengambil pelajaran, walau sedikit, untuk meyakini kuasa Kami dalam
penciptaan yang kedua pada Hari Kiamat nanti?
Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Terangkanlah kepada-Ku Allah tentang benih yang kamu tanam,
Kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya? Kamukah yang menumbuhkannya setelah benih itu kamu tanam, sehingga
benih pada
akhirnya berubah
, ataukah
Kami Allah
yang menumbuhkannya?
Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan Dia hancur dan kering, Maka jadilah kamu heran dan tercengang.
Jika seandainya Kami kehendaki, maka benar-benar Kami menjadikan tanaman yang telah tumbuh itukering tidak berbuah dan hancur berkeping-
keping sebelum kamu petik akibat terkena sengatan panas atau dimakan hama atas perintah Allah SWT. Maka jika itu terjadi kamu akan terus menerus
sepanjang hari
menjadi heran
tercengang, menyesal,
dan saling
mempersalahkan.
sambil berkata: Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian, Dan kalianpun berkata: Sungguh kami benar-benar menderita kerugian waktu,
tenaga, dan harta benda, setelah kami bersunngguh-sungguh berusaha.
Bahkan Kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa. Bahkan nasib kami buruk sehingga kami menjadi orang-orang yang tercegah
memperoleh sedikit hasil pun.
Maka Terangkanlah kepada-ku tentang air yang kamu minum. Hai Manusia, maka terangkanlahkepada Ku tentang air yang telah kamu
minum?
Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? Kamukah yang menciptakannya sedemikian rupa, antara lain tawar, atau
kamukah yang mengatur prosesnya sehingga menjadi tawar, lalu menurunkannya dari awan yang mengandung air dalam keadaan enak
diminum, ataukah Kami penurun-penurunnya?
Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia asin, Maka Mengapakah kamu tidak bersyukur?
Kalau Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikan air yang turun itu, asin lagi snagta pahit membakar perut serupa dengan rasanya sebelum
menguap dari laut sehingga tidak dapat kamu minum, maka mengapakah kamu
tidak bersyukur kepada Allah yang menjadikannya sedemikian rupa sehingga bermanfaat buat kamu?
Maka Terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan dengan menggosok-gosokkan kayu.
Pada ayat ini Allah mengajak manusia merenungkan tentang api yang
dinyalakan dari gosokan-gosokan kayu.
Kamukah yang menjadikan kayu itu atau kamikah yang menjadikannya? Kamukah yang menjadikan api itu atau kayu itu mempunya potensi
pembakaran atau kamikah pembuat-pembuatnya?
Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.
Kami menjadikannya untuk peringatan tentang azab neraka yang apinya jauh lebih panas dan dahsyat, juga agar bermanfat bagi para mufasir,
khususnya dipadang pasir, seperti memasak, menjadi alat penerang, mengahngatkan badan, mengusir binatang buas, dan lain-lain. Demikian juga
untuk orang miskin dan kaya dimanapun dan kapanpun.
Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar. Pada ayat ini mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhamad SAW,
dengan berfirman bahwa: Jika kini telah jelas kuasa-Nya, maka bertasbihlah, dan tingkatkanlah upayamu menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan,
sucikanlah nama Tuhan memelihara dan Pembimbing yang Maha Agung.