Pengertian Nilai Nilai-Nilai Pendidikan Keimanan

angsur mulai membaca, menghafal, memahami, mempercayai dan membenarkan kemudian tertanam sangat kuat pada jiwa anak yang akan mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak lahir dan pandangan hidup.Jadi cara memperteguh iman adalah melalui tiga unsur dari pengertian iman itu sendiri yaitu: 1 Dibaca dan diucapkan dengan lisan atau bahkan dihafalkan ayat-ayat maupun hadis yang berhubungan erat dengan keimanan. 2 Memahami pengertiannya dan mencamkan dalam pikirannya kemudian diakui kebenarannya dalam hati, agar dapat meresap sedalam- dalamnya. 3 Mengamalkan ajaran-ajarannya yang terkandung di dalamnya. Allah SWT berfirman:             Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung- gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Al- Hijr15: 19             فسوي : Dan banyak sekali tanda-tanda kekuasaan Allah di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.Q.S. Yusuf12:105 Keteraturan fenomena alam, keajaiban ciptaan merupakan pertanda adanya Sang Pencipta. Al-quran berulang kali mengungkapkan tentang alam dan fenomenanya yang menggambarkan kekuasaan dan keagungan Allah dan menyerukan agar manusia beriman, beribadah, dan bersyukur kepada- Nya. Posisi orang yang beriman yaitu di pertengahan, diantara takut dan harap, disamping takut kepada Allah, juga berharap mendapatkan rahmat dariNya sehingga tidak mudah putus asa. “janganlah kamu berputus asa dari mengharap rahmat Allah” QS. Az-Zumar: 53. 8

3. Rukun Iman

Terdapat enam macam rukun Iman yang harus kita Imani yaitu sebagai berikut: a. Iman kepada Allah Iman kepada Allah harus diterjemahkan “mempercayai Allah disertai keyakinana kuat bahwa dirinya akan senantiasa merasa aman sentosa”. Hal ini sesuai dengan tuntutan kata “iman” yang berasal dari kata “aman”. Oleh para mufassir, keduanya dianggap memiliki keterikatan. Penerapan “iman” tidak cukup hanya percaya adanya Allah. Iman harus disertai dengan “mempercayai” Allah dalam kualitas-Nya sebagai satu- satunya dzat yang bersifat illahiyat disembah, sekaligus ditaati dan rububiyah dipercaya sebagi pengatur dan pengurus. 9 Iman kepada Allah mencerminkan hubungan paling mulia antara manusia sebagai makhluk dengan penciptanya. Hal ini karena makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia, dan sesuatu yang ada di dalam diri manusia yang paling mulia adalah hatinya, sedangkan sesuatu yang ada di dalam hati yang paling mulia adalah keimanan. Allah berfirman dalam Quran surat Al-Hujurat : 15                     Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang berjihad dengan harta dan jiwa 8 Imam Al-Ghazali, Membangkitkan Energi Qalbu,Indonesia: Mitrapress, 2008, hal.156 9 A. Husnul Hakim Imzi, Ber-TuhanMasikahrelevan, Depok: LingkarStudi Al-Quran, 2006, hal.22