91
4.4 Pembahasan
4.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Model PBL
Hasil analisis data tes kemampuan pemecahan masalah menunjukan bahwa skor kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen mencapai
KKM yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75. Berdasarkan uji proporsi, kelompok eksperimen juga mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada tes kemampuan
pemecahan masalah yaitu sebesar 90,6. Hasil tersebut diperoleh karena pembelajaran menggunakan model PBL
dapat membantu siswa dalam memahami masalah-masalah konstekstual sehingga dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan. Selain itu pada model
PBL siswa dituntut untuk bisa memahami permasalahan sendiri dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga dapat membantu siswa dalam proses
pemecahan masalah serta dapat mmelatih kemampuan pemecahan masalahnya melalui permasalahan yang ada di LKS. Siswa juga sudah terbiasa melakukan
kegiatan pemecahan masalah melalui tes formatifkuis yang diberikan oleh peneliti diakhir pembelajaran dan melalui tugas rumahPR. Pada saat diskusi
kelompok siswa terlihat begitu antusias dalam bertanya dan mengerjakan. Selain itu diskusi yang dilakukan oleh siswa memberikan kesempatan bagi siswa untuk
melakukan interaksi, bertukar pikiran, dan saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan. Diakhir diskusi salah satu siswa dengan percaya diri berani
memaparkan hasil jawaban kelompok mereka didepan kelas dan siswa lain menanggapi hasil paparan siswa tersebut.
92
Hasil tersebut juga didukung oleh hasil uji hipotesis III yang menyatakan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan model PBL lebih tinggi
dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan model pembelajaran STAD. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kualitas kemampuan pemecahan
masalah kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaannya siswa lebih dihadapkan pada penalaran
masalah yang nyata atau kongkret yang membat siswa menjadi lebih tertarik dalam pembelajaran. Pemahaman masalah berdasarkan permasalahan dunia nyata
membuat siswa dapat menganalisis dan memahami masalah-masalah pemecahan masalah. Faktor lain yang mendukung adalah respon siswa dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran dengan model PBL termasuk kedalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Amalludin 2015 yang menyatakan
bahwa hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model PBL berbantu Fun Math Book mencapai ketuntasan klasikal sebesar lebih
dari 75. Ika Indrinawati 2014 yang meneliti tentang Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model PBL dan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa hasil belajar siswa akuntansi yang menggunakan model PBL lebih tinggi dibanding dengan hasil
belajar siswa akuntansi dengan model pebelajaran model STAD.
4.4.2 Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Model PBL