BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Kompetensi Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan
Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR
Menurut Finch dalam Mulyasa 2004 kompetensi adalah penguasaan terhadap
suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang
harus dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Kompetensi menurut UU No. 132003 tentang
Ketenagakerjaan: pasal 1 ayat 10 kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keith Davis tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja meliputi faktor kompetensi adalah faktor kemampuan nyata reality yaitu pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan. . Hasil penelitian tentang variabel kompetensi dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana
terhadap kinerja pegawai SAR ditemukan kompetensi kategori sedang dengan persentase kinerja pegawai SAR kategori sedang sebesar 66,7. Hasil analisis
Spearman Correlation menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana
terhadap kinerja pegawai SAR. Berdasarkan hasil uji statistik dapat dijelaskan semakin tinggi kompetensi akan menghasilkan kinerja yang baik dalam memberikan
pelatihan pertolongan pertama korban bencana. Kompetensi pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama
korban bencana masih ada yang buruk. Faktor penyebabnya adalah pegawai SAR tidak mengetahui parameter yang dikelompokkan dalam tanda-tanda vital dengan
alasan itu merupakan tugas tenaga kesehatan. Pegawai SAR sebagian masih mempunyai sikap tidak setuju jika diadakan pelatihan kepada masyarakat tentang
pertolongan pertama pada korban bencana dengan alasan tugas dari Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Pegawai SAR tidak setuju membuat
standar yang harus dicapai peserta pelatihan jika memberikan pendidikan dan pelatihan pertolongan pertama kepada masyarakat dengan alasan hal itu menambah
beban kerja, dibuat jika diminta oleh pihak penyelenggara pelatihan. Pegawai SAR sebagian masih mempunyai keterampilan kategori sedang dan buruk dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
ketidaksesuaian dalam mempraktikkan pemeriksaan tanda- tanda vital, dan menentukan respon tingkat kesadaran korban.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi responden dengan kompetensi yang baik 100 mempunyai kinerja yang baik, dan responden dengan kompetensi yang sedang
66,7 mempunyai kinerja yang sedang, serta responden dengan kompetensi yang buruk 46,2 mempunyai kinerja yang buruk. Hasil uji chi square menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan kompetensi pegawai SAR dalam memberikan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja dengan nilai p=0,014 p0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Muray 2003, yang dilakukan terhadap para pegawai industri konstruksi di New South Wales. Penelitian ini
mencoba melihat keterkaitan antara pembelajaran dengan kualitas kompetensi para pegawai dan pengaruhnya terhadap kinerja. Data diambil dengan cara menghadiri
pertemuan para pegawai industri konstruksi tersebut, melalui bahan-bahan publikasi, dan dengan melakukan interview. Hipotesis diuji dengan uji ANOVA. Hasil
pengujian menunjukkan, semakin tinggi kompetensi maka semakin tinggi pula kinerja yang dihasilkan. Tingginya kompetensi ini disebabkan tingginya tingkat
pembelajaran dari pegawai tersebut. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kompetensi terhadap kinerja.
Penelitian Quek 2005, menguji secara empiris kompetensi terhadap keberhasilan kinerja dari para pekerja lulusan sarjana. Sample penelitian adalah para
pekerja lulusan sarjana yang telah mengikuti kursus kompetensi sebagai bagian dari program pelatihan kompetensi. Para pekerja lulusan sarjana bekerja di bidang
Universitas Sumatera Utara
perbankan, perakitan, komputer, komunikasi, dan produksi. Jumlah sampel sebanyak 32 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner teknik
validasi dengan Alpha Cronbach. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan keterampilan, merupakan faktor yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
kinerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widjajanti 2008, dimana
kompetensi perawat terhadap pelaksanaan keselamatan terdapat hubungan yang signifikan dimana terdapat nilai p = 0,042. Penelitian Sitepu 2010 yang meneliti
tentang Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja Perawat dalam memberikan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Deli Serdang. Sampel
penelitian ini berjumlah 168 orang, diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung
menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95 . Berdasarkan analisis diketahui ada hubungan yang signifikan
antara variabel pengetahuan dengan kinerja perawat p=0,046, variabel sikap dengan kinerja perawat P=0,034, variabel keterampilan dengan kinerja peawat p=0,001.
Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi sikap dan keterampilan terhadap kinerja perawat. Variabel yang paling dominan memengaruhi kinerja perawat adalah
keterampilan nilai β =0,453. Penelitian Hendri 2009 yang meneliti tentang pengaruh kompetensi terhadap
kinerja petugas promosi kesehatan di Puskesmas wilayah kerja kerja Dinas Kesehatan kota Pematangsiantar. Jenis Penelitian yang digunakan adalah explanatory research
Universitas Sumatera Utara
dengan sampel sebanyak orang 34 orang petugas promosi kesehatan Puskesmas. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, dengan persamaan Y =
0.925 +0,391 XI. Hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi pengatahuan, sikap dan keterampilan terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di
kota Pematangsiantar dengan sinifikansi masing-masing sig0,05. Variabel yang paling memengaruhi kinerja adalah sikap.
5.2 Pengaruh Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan