KEEFEKTIFAN METODE SAS (STRUKTUR ANALISIS SINTESIS) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA PRANCIS PADA SISWA KELAS X SMAN 1 JEPARA

(1)

KEEFEKTIFAN METODE SAS (STRUKTUR

ANALISIS SINTESIS) DALAM PEMBELAJARAN

MEMBACA NYARING BAHASA PRANCIS PADA

SISWA KELAS X SMAN 1 JEPARA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Bahasa Prancis

oleh Susilo 2301407018

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jum‟at

Tanggal : 12 Agustus 2011

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum. Dra. Yuyun Rosliyah, M. Pd.

NIP. 196008031989011001 NIP. 196608091993031001

Penguji I

Tri Eko Agustiningrum, S.Pd, M.Pd. NIP. 198008152003122001

Penguji II/ Pembimbing II Penguji III/ Pembimbing I

Neli Purwani, S. Pd. Dra. Dwi Astuti, M. Pd.


(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini, saya:

Nama : Susilo

Nim : 2301407018

Prodi/ Jurusan : Pendidikan Bahasa Prancis S1/ Bahasa dan Sastra Asing Fakultas : Bahasa dan Seni

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Keefektifan

Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Bahasa Prancis pada Siswa Kelas X SMAN 1 Jepara” yang saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Prancis, benar-benar merupakan karya saya sendiri, yang saya hasilkan setelah melalui proses penelitian, bimbingan, diskusi dan pemaparan ujian. Semua kutipan, baik langsung maupun tidak langsung, maupun sumber lainnya, telah disertai keterangan mengenai identitas sumbernya dengan cara yang sesuai dalam penulisan karya ilmiah. Dengan demikian, walaupun tim penguji dan pembimbing penulisan skripsi ini membubuhkan tanda tangan sebagai keabsahannya, seluruh isi karya ilmiah ini tetap menjadi tanggung jawab saya sendiri. Jika kemudian ditemukan ketidakberesan, saya bersedia menerima akibatnya.

Demikian pernyataan ini saya buat, selanjutnya dapat digunakan seperlunya.

Semarang, 9 Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,

Susilo 2301407018


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu

dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al-qur‟an)

“Tidak semua yang dapat dihitung diperhitungkan dan tidak semua yang diperhitungkan dapat dihitung” (Albert Einstein)

“Bahagia bukanlah mendapatkan semua yang kita inginkan, tetapi bahagia

adalah mensyukuri tiap apa yang telah Allah berikan” (Penulis)

PERSEMBAHAN :


(5)

v PRAKATA

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Keefektifan

Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Bahasa Prancis pada Siswa Kelas X SMAN 1 Jepara “ dapat terselesaikan.

Penulis mendapatkan bantuan secara materiil dan moril dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada ;

1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah memberi kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah mengesahkan skripsi ini.

3. Dra. Diah Vitri W., DEA., Ketua Jurusan BSA yang turut serta memberi kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.

4. Dra. Dwi Astuti, M.Pd., Dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Neli Purwani, S.Pd., dosen pembimbing II, terima kasih atas kesabaran dan pengorbanannya dalam membimbing saya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Tri Eko Agustiningrum, S.Pd., M.Pd., selaku penguji 1 yang telah memberikan pengarahan dan saran-saran dalam memperbaiki skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan BSA yang telah membantu terselesaikannya

skripsi ini dan atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 8. Bapak, Ibu, dan Adik-Adikku tercinta.

9. Kekasihku, Novi Dwi Lestari, terima kasih untuk semua pengorbanan, bantuan, semangat, dan kasih sayangmu.


(6)

vi

10.Teman-temanku mahasiswa angkatan 2007 dan 2006 Prodi Pendidikan bahasa Prancis yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya.

11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal dan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin!

Saran dan kritik yang membangun dari pelbagai pihak sangat penulis harapkan untuk melengkapi penelitian ini. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 9 Agustus 2011


(7)

vii ABSTRAK

Susilo. 2011. Keefektifan Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Bahasa Prancis pada Siswa Kelas X SMAN 1 Jepara. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Dwi Astuti, M.Pd; Pembimbing II : Neli Purwani, S.Pd.

Kata kunci : Metode SAS, Membaca nyaring.

Dalam pembalajaran membaca nyaring bahasa Prancis, pembelajar pemula mengalami kesulitan, terutama dalam melafalkan fonem-fonem yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Meski bahasa Prancis menggunakan huruf latin seperti halnya bahasa Indonesia, namun ada huruf dan tanda baca yang asing bagi pembelajar pemula bahasa Prancis, yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Seperti penggunaan accent, apostrhophe, dan ç (cédille). Ditambah lagi pelafalan atau cara membaca yang berbeda dari bahasa Indonesia. Kesulitan serupa juga disebabkan karena adanya persamaan dan perbedaan tata bunyi. Walaupun pelafalannya memiliki fonem yang sama, namun belum tentu tersusun atau terkonstruk dari susunan huruf yang sama pula.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) efektif dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada siswa kelas X SMAN 1 Jepara? Oleh sebab itu, maka penelitian ini bertujuan untuk mengukur keefektifan Metode Struktur Analisis Sisntesis (SAS) dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada siswa kelas X SMAN 1 Jepara.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode one shoot case study design, menggunakan validitas isi dan untuk mengukur reliabilitas tes digunakan rumus K-R. 20. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus deskripsi persentase. Variabel penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas setelah diajar menggunakan metode SAS mencapai 82, sehingga penerapan Metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada siswa kelas X SMAN 1 Jepara, dikatakan efektif dan Ha: “Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) efektif

dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis di SMA Negeri 1 Jepara”, diterima.


(8)

viii RÉSUMÉ

Susilo. 2011. L’fficacité de La Méthode Structure Analyse Synthèse (SAS) à L’apprentissage de Lire à Haute Voix du Français pour Les Lycéens de la Dixième Classe à SMAN 1 Jepara. Mémoire. Département des Langues et des Littératures Étrangères. Faculté des Langues et des Arts.

L‟Université d‟État Semarang. Directeur : I. Dra. DwiAstuti, M.Pd. II.

Neli Purwani, S.Pd.

Mots clés : La méthode SAS, Lire à haut voix.

I. Introduction

Selon la voix du lecteur quand-t-il lit, si son voix est entendue ou pas, il y a deux types de lire. Ils sont: lire à haute voix et lire silencieux. Lire silencieux a la pression à comprendre des informations ou le contenu d‟un texte. Alors que lire à haute voix a la pression à la prononciation claire et l‟intonation exacte.

Dans l‟apprentissage de lire à haute voix du français, des débutants

subissent des difficultés, surtout à prononcer les phonèmes français qui ne sont pas trouvés dans l‟indonésien. Pourtant le français utilise les lettres latin comme

l‟indonésien, mais le français a des lettres et des ponctuations differents par les

débutants, qui ne sont pas trouvés dans l‟indonésien. Par exemple, l‟utilisation de l‟accent, l’apostrophe, et le ç (cédille). En plus le moyen à prononcer des phonèmes qui est différent entre le français et l‟indonésien. Pourtant la prononciation a le même phonème, parfois il se compose des lettres différentes.


(9)

ix

Les problèmes au dessus créent les difficultés pour les débutants à lire à haute voix au français. À cause de cela, le professeur devra utiliser la méthode qui peut entraîner la prononciation du plus petit élément de la phrase, ce sont: la lettre, la syllabe, ensuite la phrase. A côté de cela, le professeur devra enseigner le moyen de lire en utilisant la bonne intonation et le découpage juste, parce qu‟ils sont important dans l‟apprentissage de lire à haute voix.

L‟objectif majeur de cette recherche est de savoir l‟efficacité de la

méthode structure analyse synthèse dans l‟apprentissage de lire a haute voix du français pour les lycéens de dixième classe à SMAN 1 Jepara.

II. La Définition de Lire

Lire est un processus à faire et à utiliser par des lecteurs pour avoir des informations que des écritures veulent informer par des lettres ou de la langue écrite. (Hodgson dans Tarigan 1983: 7)

Selon Kridalaksana (dans Haryadi dan Zamzami 1996: 2), lire est une compétence de savoir et de comprendre l‟écriture sous forme de l‟ordre des symboles graphiques et leur changement devenir la langue orale sous la forme de la compréhension en silencieux ou à la prononciation à haute voix.


(10)

x III. La classification de lire

La classification de lire est un regroupement spécial à la compétence de lire. Selon Tarigan (1989: 342), en générale, lire est partagé en deux, ce sont: lire à haute voix et lire silencieux. Lire silencieux a la pression à comprendre des

information ou le contenu d‟un texte. Alors que lire à haute voix a la pression à la

prononciation claire et l‟intonation précis.

IV. Les Types de La Méthode de Lire

Haryadi (2006: 42) explique que les types de la méthode de lire sont classifiés en trois types, ce sont: la méthode élémentaire, la méthode médiocre, et la méthode avancée.

La méthode SAS dans cette recherche est inclus dans la méthode élémentaire, comme Wiryadijoyo et Akhadiah (dans Haryadi 2006: 43) déclarent que la méthode élémentaire est partagée en cinq méthodes, ce sont: la méthode alphabet, la méthode analyse-arrange la syllabe, la méthode lettre institutionnaliser, la méthode générale, et la méthode structure analyse synthèse (SAS).

V. La Méthode Structure Analyse Synthèse (SAS)

La Méthode Structure Analyse Synthèse (SAS) est une méthode de

l‟apprentissage de lire à haute voix qui se compose de trois processus, ce sont: lire


(11)

xi

D‟après Sumarti (dans Tarigan 1990: 56-57), la méthode SAS présente

entierement la phrase, ensuite cette méthode la partage dans mot à mot, suivant elle la partage à la syllabe, et finalement la partage à la lettre. Apres cela, le processus rejoind devenir la phrase complète.

VI. La Méthode de la Recherche

La variable de cette recherche est le résultat de lire à haute voix du français après l‟enseignement en utilisant la méthode structure analyse synthèse (SAS).

La population de cette recherche est tous les étudiants du dixième à SMAN 1 Jepara. Il y a 10 classes du dixième comme la population de la recherche. L‟échantillon de cette recherche est tous les lycéens de la classe X-1 à SMAN 1 Jepara qui se compose de 32 étudiants.

J‟ai utilisé la méthode de la documentation et la méthode du test pour faire la recherche. La méthode de la documentation a été utilisée pour connaître les noms et les nombre des étudiants. La méthode du test a été fonctionnée pour connaitre le résultat de lire à haute voix du français après l‟enseignement en utilisant la méthode structure analyse synthèse (SAS).

La validité de cette recherche est la validité de contenu. La formule K-R.20 est utilisée pour assurer la fiabilité des résultats.


(12)

xii VII. L’Analyse de la Recherche

L‟analyse des données de cette recherche montre que le résultat de lire à

haute voix du français après l‟enseignement en utilisant la méthode Structure Analyse Synthèse (SAS) est bien. La note moyenne généralement est 82. 26 étudiants (81,2 %) ont la note ≥ 75 et 6 étudiants (18,8 %) ont la note < 75. La meilleure note est 96 et la mauvaise note est 52. En détail: la note moyenne pour la prononciation des phonèmes dans les mots est 83, la note moyenne pour la prononciation des phonèmes dans les phrases est 70, la note moyenne pour le découpage est 97, et la note moyenne pour l‟intonation finale est 84.

VIII. Conclusion

L‟utilisation de la méthode SAS dans la phrase est différente par rapport à

celle qui dans les mots. Dans la phrase, à côté de l‟aspect prononciation, il y a aussi l‟aspect découpage et l‟intonation finale. Alors que l‟utilisation de cette méthode dans les mots n‟a que la presse de la prononciation. L‟utilisation de cette méthode peut aider les débutants à analyser des phonèmes qui apparaissent ou à analyser le moyen de lire des mots ou des phrases. Mais, cette méthode ne fait pas automatiquement de lire à haute voix chez les lycéens. Ils devraient pratiquer eux-mêmes. Bien sûr le professeur a le rôle d‟entrainer et surveiller ses étudiants à pratiquer.


(13)

xiii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

RÉSUMÉ ... viii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca ... 5

2.2 Klasifikasi Membaca. ... 6

2.3 Jenis-jenis Metode Membaca. ... 8

2.4 Prononciation. ... 15

2.5 Accent. ... 33

2.6 Aturan Membaca Bahasa Prancis secara Umum... 33

2.7 Suku Kata. ... 38

2.8 Kerangka Pikir... 40

2.9 Hipotesis. ... 41

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PendekatanPenelitian ... 42

3.2 Variabel Penelitian ... 42


(14)

xiv

3.4 MetodePengumpulan Data ... 42

3.5 Instrumen Penelitian.. ... 44

3.6 Validitas. ... 50

3.7 Reliabilitas. ... 51

3.8 Penskoran Tes Membaca Nyaring... 54

3.9 Analisis Data. ... 55

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPengumpulan Data ... 57

4.2 Hasil Analisis Presentase ... 65

4.3 Pembahasan Kesalahan. ... 68

4.4 Kesalahan yang Sering Dilakukan. ... 73

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA. ... 79


(15)

xv

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi Intrumen Penelitian ... 45

3.2 Data Uji Coba Instrumen Soal Fonem dalam Kata ... 52

3.3 Data Uji Coba Instrumen Soal Fonem dalam Kalimat... 53

3.4 Data Uji Coba Instrumen Soal Pemenggalan dalam Kalimat ... 53

3.5 Data Uji Coba Instrumen Soal Intonasi Final dalam Kalimat. ... 54

4.1 Nilai Responden pada Evaluasi Pertama ... 57

4.2 Nilai Responden pada Evaluasi Kedua ... 59

4.3 Skor Mentah dan Nilai yang Diperoleh Responden ... 62


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Dosen Pembimbing... 82

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 83

3. Instrumen Penelitian... 84

4. Kunci Instrumen Penelitian ... 86

5. Perhitungan Realibilitas Instrumen... 88

6. Daftar Nama Responden... 95


(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembelajaran bahasa pada umumnya, termasuk bahasa Prancis, secara umum terbagi menjadi dua kemampuan, yaitu: kemampuan reseptif dan kemampuan produktif. Namun ada juga yang membagi kedua keterampilan di atas menjadi empat keterampilan. Tarigan (1989: 1) mengungkapkan bahwa keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu: (1) keterampilan menyimak/ mendengarkan, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Masing-masing keterampilan kebahasaan di atas saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Meski demikian, guru dapat mengajarkan masing-masing kompetensi atau keterampilan kebahasaan dengan menggunakan metode, cara, atau teknik yang guru tentukan, salah satunya dalam keterampilan membaca.

Ditinjau dari aspek terdengar atau tidaknya suara pembaca pada saat membaca, membaca dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: membaca nyaring dan membaca pemahaman (Tarigan 2008: 22-29). Membaca pemahaman menekankan pada aspek pemahaman informasi atau isi bacaan, sedangkan membaca nyaring lebih menekankan pada pelafalan yang jelas dan intonasi yang tepat.

Dalam silabus kelas X mata pelajaran bahasa Prancis dicantumkan bahwa membaca nyaring merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Siswa diharapkan mampu membaca nyaring kata, frasa, dan atau kalimat


(18)

dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Pengucapan, jeda, dan intonasi dalam membaca nyaring sangatlah penting, karena dapat mengubah arti bacaan yang dibaca.

Meski bahasa Prancis menggunakan huruf latin seperti halnya bahasa Indonesia, namun ada huruf dan tanda baca yang asing bagi pembelajar pemula bahasa Prancis, yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, seperti penggunaan accent, apostrhophe, dan ç (cédille). Ditambah lagi pelafalan atau cara membaca yang berbeda dari bahasa Indonesia. Kesulitan serupa juga disebabkan karena adanya persamaan dan perbedaan tata bunyi. Walaupun pelafalannya memiliki fonem yang sama, namun belum tentu tersusun atau terkonstruk dari susunan huruf yang sama pula.

Contoh:

1) Pada kata „pergi‟ dan „sate‟, dalam bahasa Indonesia bunyi [Ə] dan [e]

tidak memiliki perbedaan ortograph. Dalam bahasa Prancis, bunyi [Ə] dan [e] dapat terbentuk dari susunan huruf yang berbeda atau dengan menggunakan accent, seperti pada kata mais (ai dilafalkan [e] seperti pada kata „sate‟ dalam bahasa Indonesia). Contoh bunyi [e] dalam bahasa Prancis yang menggunakan accent, misal: la télévision. Sedangkan contoh bunyi [Ə] dalam bahasa Prancis, misal: le (l’article défini).

2) C’est un nom français. Pada kalimat tersebut terdapat apostrhophe, dan ç (cédille) yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.


(19)

3) Pada kata Casquer (dalam bahasa Prancis “ca” dibaca “ka”), sehingga kata tersebut dibaca [kaske], bunyi “ka” terkonstruk dari huruf “c-a”, namun

dalam bahasa Indonesia bunyi “ka” terkonstruk dari huruf “k-a”.

Hal-hal tersebut di atas membuat pembelajar pemula mengalami kesulitan dalam membaca nyaring bahasa Prancis. Oleh sebab itu, guru hendaknya menggunakan metode yang dapat melatih prononciation dari unsur terkecil dalam kalimat, yaitu: huruf, suku kata, kata, kemudian kalimat. Selain itu guru juga harus mengajarkan cara membaca yang benar menggunakan intonasi dan pemotongan yang tepat, mengingat pentingnya penguasaan membaca nyaring.

Metode Struktur Analisis Sintesis (SAS) adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada tingkatan pemula. Penerapan metode ini mirip dengan metode mengeja, yaitu metode yang diterapkan pada anak kelas 1 SD untuk berlatih membaca nyaring. Namun pada proses pengajaran membaca nyaring bahasa Prancis, metode ini tidak sepenuhnya diterapkan seperti pada pengajaran membaca nyaring bahasa Indonesia. Aktifitas mengeja tidak dilakukan dari satuan huruf, namun suku kata. Di samping itu, siswa akan diajari cara pemenggalan kata dalam melafalkan kalimat dengan intonasi yang tepat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, kenyataan di SMAN 1 Jepara menunjukkan bahwa pembelajaran membaca nyaring kurang mendapat perhatian dari guru. Guru membiarkan siswa membaca teks dengan lafal dan intonasi yang kurang tepat. Oleh sebab itu, peneliti ingin menerapkan metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis


(20)

agar siswa terbiasa membaca dengan lafal, pemenggalan, , dan intonasi yang benar.

1.2Rumusan Masalah

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Apakah metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) efektif dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada siswa kelas X SMAN 1 Jepara?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektif tidaknya penggunaan metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada siswa kelas X SMAN 1 Jepara.

1.4Manfaat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau menjadi sumber informasi mengenai keefektifan metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis.


(21)

5 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1983: 7)

Soedarso (1988: 4) mengemukakan bahwa kegiatan membaca adalah suatu aktifitas yang kompleks yang mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Aktifitas yang kompleks menurut beliau adalah aktifitas yang meliputi kegiatan seseorang yang harus menggunakan pengertian dan khayalan, pengamatan dan mengingat-ingat.

Hal ini sejalan dengan pendapat Harjasudjana dan Mulyati (1997: 5) yang mengungkapkan bahwa membaca adalah kemampuan yang kompleks, artinya membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, melainkan juga interaksi pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak bersifat langsung, namun bersifat komunikatif.

Menurut (Kridalaksana dalam Haryadi dan Zamzami 1996: 2) membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras.

Dari uraian pengertian membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh informasi atau pesan dari penulis melalui media kata-kata. Membaca juga dapat diartikan sebagai


(22)

suatu aktifitas yang kompleks dan bukan sekedar kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, baik dilakukan dengan memahaminya dengan diam-diam maupun diujarkan dengan suara nyaring.

Pada penelitian ini dibahas tentang aktifitas membaca yang paling mendasar, yaitu pada tingkatan belajar membaca. Dalam hal ini adalah membaca dalam bahasa Prancis. Oleh sebab itu, aktifitas membaca akan lebih ditekankan pada kemampuan siswa dalam pemenggalan kata ketika melafalkan kalimat dengan intonasi yang tepat.

2.2Klasifikasi Membaca

Klasifikasi membaca merupakan pengelompokan khusus pada keterampilan membaca. Menurut Tarigan (1989: 342) secara umum membaca dibagi menjadi dua, yaitu: membaca nyaring dan membaca pemahaman. Membaca nyaring adalah aktifitas atau kegiatan membaca yang lebih ditujukan pada pengucapan daripada pemahaman. Sebaliknya, membaca pemahaman lebih ditujukan pada pemahaman informasi yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca.

Dalam http://guruit07.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-membaca-dan.html dijelaskan bahwa ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi :


(23)

2.2.1 Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, dan pola-pola fiksi.

Ada pula yang menyebut membaca pemahaman dengan sebutan membaca dalam hati, yaitu: kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.

2.2.2 Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, di antaranya adalah :

a. menggunakan ucapan yang tepat, b. menggunakan frase yang tepat,

c. menggunakan intonasi suara yang wajar, d. dalam posisi sikap yang baik,

e. menguasai tanda-tanda baca, f. membaca dengan terang dan jelas,

g. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, h. membaca dengan tidak terbata-bata,


(24)

i. mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya, j. kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya, k. membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, l. membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring di atas adalah keterampilan membaca nyaring dalam bahasa ibu. Meski demikian, ada poin-poin tertentu yang sesuai jika diterapkan dalam membaca nyaring bahasa Prancis, yaitu pada poin a, b, c, d, e, f, h, j, dan l.

2.3 Jenis-Jenis Metode Membaca

Haryadi (2006: 42) menerangkan bahwa dari berbagai ragam metode membaca, dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: metode dasar, metode menengah, dan metode lanjutan.

Metode SAS yang akan diteliti dalam penelitian ini termasuk dalam metode dasar, seperti yang dijelaskan oleh Wiryadijoyo dan Akhadiah (dalam Haryadi 2006: 43) yang menyatakan bahwa metode membaca dasar (permulaan) ada lima,yaitu: metode abjad, kupas rangkai suku kata, kata lembaga, global, dan struktur analisis sintesis (SAS).

2.3.1 Metode Abjad

Metode abjad merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula yang baru belajar membaca atau baru mengenal huruf dengan prosedur huruf dibaca dalam wujud abjad.


(25)

Contoh: Huruf a, b, c, d dan seterusnya dibaca a, be, ce, de, dan seterusnya.

2.3.2 Metode Kupas Rangkai Suku Kata

Metode kupas rangkai suku kata merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan merangkai suku kata yang dibaca. Bacaan yang dibaca dalam bentuk suku kata.

Suku kata-suku kata tersebut dibaca dengan prosedur: a. Tiap suku kata diurai atau dibaca huruf demi huruf.

b. Huruf demi huruf dirangkai atau dibaca menjadi suku kata

Contoh: bo-la b-o-l-a bo-la

2.3.3 Metode Kata Lembaga

Metode kata lembaga adalah metode membaca yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan merangkai kata lembaga yang dibaca. Kata lembaga merupakan kata yang sudah dikenal oleh pembaca. Kata yang sudah dikenal pembaca (siswa) sebagai materi bacaannya supaya lebih mudah dalam belajar membaca karana kata yang dibaca sudah pernah didengar, bendanya sudah pernah dilihat, dan bahkan dimilikimya.


(26)

Bacaan yang dibaca tidak dalam bentuk suku kata, namun dalam bentuk kata. Kata-kata tersebut dibaca dengan prosedur:

a. Kata dibaca (diuraikan) menjadi suku kata-suku kata

b. Suku kata dibaca (diuraikan)menjadi huruf demi huruf

c. Huruf demi huruf dibaca (diuraikan) menjadi suku kata

d. Suku kata-suku kata dibaca (dirangkai) menjadi kata.

Contoh: topi To-pi t-o-p-i to-pi topi

2.3.4 Metode Global

Metode global merupaka metode yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula dengan prosedur memperkenalkan bacaan secara utuh , membca bagian demi bagian (unsur) bacaan, dan membacanya secara utuh kembali.

Contoh: ini bola saya

Ini bola saya

i-ni bo-la sa-ya

i-n-i b-o-l-a s-a-y-a

i-ni bo-la sa-ya

ini bola saya


(27)

2.3.5 Metode SAS (Srtuktur Analisis Sintesis)

Metode Struktur Analisis Sintesis (SAS) merupakan metode pembelajaran membaca permulaan (membaca nyaring) yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu: membaca secara struktural, analisis, dan sintesis (Haryadi 2006: 51).

Menurut Sumarti (dalam Tarigan 1990: 56-57), metode SAS yaitu dengan mengenalkan kalimat secara menyeluruh kemudian dipecah atau dipisahkan menjadi kata perkata, lalu dipisahkan lagi menurut suku katanya, dan akhirnya dipecah lagi menjadi huruf-huruf. Setelah itu semua disatukan kembali menjadi kalimat yang utuh.

Merujuk pada namanya, metode ini berisi dua jenis proses berfikir, yaitu sintesis dan analisis. Sintesis adalah proses berfikir menggabungkan atau menyatukan. Sebaliknya analisis adalah proses berfikir menguraikan atau merinci (http://penulisbujursangkar.blogspot.com/).

Metode SAS adalah metode pembelajaran membaca permulaan (membaca nyaring) yang dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang. Metode yang diterapkan pada siswa kelas I SD dalam belajar membaca bahasa Indonesia. Selanjutnya metode ini akan diterapkan pada siswa kelas X SMAN 1 Jepara untuk mengetahui efektif tidakkah metode tersebut jika diterapkan dalam pembelajaran membaca dalam bahasa Prancis.


(28)

Penerapan metode ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu: 1) Tahap Orientasi

Pada tahap ini guru menjelaskan pelafalan huruf, accent, dan kata-kata dalam bahasa Prancis yang berbeda dengan bahasa Indonesia, termasuk pengecualian-pengecualiannya.

a. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa penekanan pada bahasa Prancis terletak pada suku kata terakhir.

b. Guru menjelaskan cara membaca dalam bahasa Prancis secara umum

„ou‟ dibaca ‟u‟ „oi‟ dibaca „oa‟ „au‟ dibaca „o‟

„s‟ yang diapit dua huruf vokal dibaca „z‟ „ss‟ yang diapit dua huruf vokal dibaca „s‟ „ca‟ dibaca „ka‟

„ci‟ dibaca „si‟ „cu‟ dibaca „ky‟ „ce‟ dibaca „se‟ „co‟ dibaca „ko‟ „ga‟ dibaca „ga‟ „gi‟ dibaca „ʒi‟ „gu‟ dibaca „gy‟ „ge‟ dibaca „ʒe‟


(29)

„go‟ dibaca „go‟

2) Tahap Analisis

Analisis adalah proses berfikir menguraikan atau merinci. Pada tahap ini guru mengajarkan cara mengurai atau merinci kalimat menjadi kata, kemudian suku kata dengan pemenggalan yang tepat.

Contoh: Je vais au cinéma.

Je/vais/au/cinéma.

Je/vais/au/ci/né/ma.

3) Tahap Sintesis

Sintesis adalah proses berfikir menggabungkan atau menyatukan. Pada tahap ini guru menyuruh siswa melafalkan hasil dari penggabungan suku kata menjadi kata, kemudian menjadi kalimat lengkap, dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Contoh: Je/vais/au/ci/né/ma.

Je/vais/au/cinéma.

Je vais au cinéma.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Struktur Analisis Sintesis adalah suatu metode yang dilakukan melalui proses yang berulang-ulang. Penguraian-penggabungan dan sebaliknya, diharapkan mampu


(30)

melatih siswa melafalkan kata-kata dan atau kalimat dalam bahasa Prancis dengan lafal, pemenggalan, dan intonasi yang tepat.

Penerapan metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada responden akan lebih difokuskan pada fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, serta fonem-fonem yang sama namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda.

2.4 Prononciation

Pelafalan atau lebih dikenal dengan istilah prononciation adalah salah satu aspek yang penting dalam mempelajari bahasa asing. Ruslan (1996: 1) menyatakan bahwa dalam mempelajari bahasa asing pembelajar tidak hanya memerlukan pengetahuan tata bahasa dan kosakata, tetapi juga sangat penting adalah pengetahuan tentang cara pengucapan. Kekeliruan atau ketidaktepatan dalam pengucapan suatu bahasa asing dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara pemakai bahasa tersebut.

Bahasa Prancis mempunyai beberapa fonem yang sulit dilafalkan oleh siswa dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan adanya beberapa tanda baca dan pelafalan yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu pengajaran tentang prononciation hendaknya sedini mungkin diperkenalkan dalam proses belajar mengajar bahasa Prancis.


(31)

2.4.1 Pengucapan Abjad dalam Bahasa Perancis (Ruslan 1996: 79)

A [a] J [ʒi] S [ɛs]

B [be] K [ka] T [ te]

C [ se] L [ɛl] U [y]

D [de] M [ɛm] V [ve]

E [ø] N [ɛn] W[dubləve]

F [ɛf] O [o] X [iks]

G [ʒe] P [pe] Y [iɡRɛk]

H [aʃ] Q [ky] Z [zɛd]

I [i] R [ɛR]

2.4.2 Les voyelles (vokal)

Menurut Léon (1996 : 11) dalam bahasa Prancis terdapat dua jenis vokal yakni oral dan sengau.

1) Vokal Oral ;

Terjadinya bunyi vokal oral ini merupakan hasil dari proses keluarnya udara secara mutlak melalui mulut. Terdapat dua jenis vokal oral, yakni ;

a. Vokal Oral dengan Getaran Bunyi Tunggal

Vokal oral dengan getaran bunyi tunggal (un seul timbre) seperti bunyi [i] dalam si, fille, dan style, [y] dalam su, sûr, dan tu, dan [u] dalam sous, coûte, dan


(32)

oû. Selain voyelles orales dengan getaran tunggal, ketiga bunyi itu juga merupakan vokal tertutup (voyelles fermées) yang dihasilkan dari penyempitan rongga mulut karena merapatnya lidah ke arah velum (langit-langit). Meskipun ketiganya merupakan vokal oral tertutup namun dalam menghasilkan bunyi tadi ketiganya juga harus memposisikan kedua labial (bibir) sebagai berikut ; posisi labial (bibir) untuk [i] adalah tidak bundar (voyelle écartée), posisi labial (bibir) untuk [y] adalah bundar dan maju (voyelle arrondie et avancée), dan posisi labial (bibir) untuk [u] adalah bundar (voyelle arrondie).

Pelafalan [i], [y], dan [u], dicontohkan oleh (Léon 1964 : 15) secara teknis bagaimana cara memperagakan terjadinya bunyi vokal oral tersebut, sebagai berikut :

1. Fonem [i]

Fonem [i] ; posisi lidah maju ke depan namun bentuk labial (bibir) melebar tidak bundar dan sedikit ditarik ke balakang, seperti dalam lit [li], cycle [siklə], dan vas-y [vazi].

2. Fonem [y]

Fonem [y] ; posisi lidah sema seperti halnya mengucapkan [i] namun bentuk labial (bibir) bundar dan menjulur ke depan, seperti dalam huit [yit], nuit [nyi], dan instruit [ɛstry].

Teknik ucapan bunyi [y] Prancis : mula-mula mengucapkan bunyi [u] Indonesia, kemudian mengucapkan bunyi [i] akan tetapi diusahakan letak bibir anda tetap ke depan seperti ketika mengucapkan bunyi [u]. Ruslan (1996 : 1)


(33)

3. Fonem [u]

Fonem [u]; posisi lidah sama seperti halnya mengucapkan [y] namum bentuk labial (bibir) yang tetap bundar sedikit ditarik ke belakang, seperti dalam oublie [ubli], souci [susi] dan gout [gu].

b. Vokal Oral dengan Getaran Bunyi Ganda

Vokal oral dengan getaran bunyi ganda (plus d’un seul timbre) antara satu dengan yang lain memiliki karakterisasi sebagai berikut;

1. Getaran Bunyi Ganda [ɛ] dan [e]

Untuk bunyi [ɛ] dalam sel, père, tête, dan aime, serta bunyi vokal tertutup (voyelle fermée) untuk bunyi [e] dalam ces, thé, dan chez.

2. Getaran Bunyi Ganda [ɔ] dan [o]

Untuk bunyi [ɔ] dalam sol, port, dan corps, serta bunyi vokal tertutup (voyelle fermée) unutk bunyi [o] dalam seau, pot, dan ôte.

3. Getaran Bunyi Ganda [œ], [ø], dan [ə]

Untuk bunyi [œ] dalam seul, peux, dan cœur, serta vokal tertutup (voyelle

fermée) untuk bunyi [ø] dalam ceux, peu, dan nœud, dan yang satu lagi yakni /e/ mati (e caduc) untuk bunyi [ə] dalam ce, le, dan petit.


(34)

4. Getaran Bunyi Ganda [a] dan [ɑ]

Untuk bunyi [a] dalam pat dan ɑ, serta bunyi vokal belakang (voyelle postérieure) untuk bunyi [ɑ] dalam pâte dan pas.

Pelafalan berbagai jenis vokal oral dengan getaran bunyi ganda, secara teknis dapat dilakukan dengan pola melakukan aktivitas organ produksi bunyi vokal dengan menggerakkan dorsal (bagian belakang lidah) ke arah langit-langit, sehingga terbentuklah suatu rongga (Verhaar 1992 : 20).

a. Teknik Pelafalan Vokal Oral dengan Getaran Bunyi Ganda 1. Fonem [ɛ]

Fonem [ɛ] ; posisi labial (bibir) melebar tidak bundar, apikal (ujung lidah) mendekat ke arah dental inferior (gigi bagian bawah) sedangkan dorsal (pangkal lidah) terbuka agak menurun, seperti dalam terre [tɛ:r], sec [sɛk], dan belle [bɛl].

2) Fonem [e]

Fonem [e] ; posisi labial (bibir) melebar tidak bundar seolah-olah dalm posisi tersenyum, ujung lidah mendekat pada dental inferior (gigi bagian bawah) dan dorsal (pangkal lidah) naik sedikit tertutup, seperti dalam aller [ale], vallée [vale], dan poignée [pwaɲe].

3) Fonem [ɔ]

Fonem [ɔ] ; posisi labial (bibir) bundar dan terbuka, posisi rahang menurun sehingga terbentuk rongga agak lebar, apikal (ujung lidah) ditarik ke belakang dan


(35)

dorsal (pangkal lidah) menurun sedikit terbuka, seperti dalam or [ɔ:r], port [pɔr], dan vogue [vɔg].

4) Fonem [o]

Fonem [o] ; posisi labial (bibir) tetap bundar sedikit terbuka, posisi rahang naik, apikal (ujung lidah) ke atas sehingga ruangan rongga sedikit menyempit, seperti dalam eau [o], chaud [ʃo], dan numéro [nymero].

5) Fonem [œ]

Fonem [œ] ; posisi labial (bibir) tetap bundar dan terbuka, rahang bagian

bawah sedikit menjulur ke depan, apikal (ujung lidah) mendekat pada denta inferior (gigi bagian bawah), dan dorsal (pangkal lidah) menurun sehingga ruang rongga mulut terbuka seperti dalam neuf [nœf], heure [œ:r], dan feuille [fœj],

6) Fonem [ø]

Fonem [ø] ; posisi labial (bibir) tetap bundar dan terbuka, namun rahang superior (rahang bagian atas) menjulur ke depan, apikal (ujung lidah) berada antara dental superior dan inferior (gigi bagian atas dan bawah), dorsal (pangkal lidah) sedikit ke atas sehingga ruang rongga mulut sedikit menyempit, seperti dalam deux [dø], yeux [jø], dan bleu [blø].

7) Fonem [ə]

Fonem [ə] ; posisi labial (bibir) tetap bundar dan terbuka tidak menjulur ke depan juga tidak ke belakang, apikal (ujung lidah) sedikit naik pada posisi di


(36)

tengah antara dental dan superior dan inferior (gigi atas dan bawah) dan dorsal (pangkal lidah) sedikit menurun. Le /ə/ caduc (e mati) ini bisa ditranskripkan opsional seperti dalam je vois [ʒəvwa] atau [ʒvwa], refuse [rəfy:z] atau [rfyz], namun merupakan keharusan seperti dalam dehors [də:r], prenez ça [prənesa].

2. Vokal Sengau

Terbentuknya bunyi vokal sengau Prancis ini merupakan hasil dari proses keluarnya udara melalui dua saluran yaitu sebagian dari mulut dan sebagian dari hidung.

Dalam bahasa Prancis hanya dikenal empat jenis vokal sengau, yakni [ ], [ɔ ], [ɛ ], dan [œ ], dan warna bunyi keempat jenis itu pada dasarnya berasal dari vokal oral [ ], [ɔ], [ɛ], dan [œ] yang karekteristiknya sebagaimana dijelaskan di atas yakni memiliki getaran bunyi ganda. Atas dasar warna dari vokal oral dengan getaran bunyi ganda tersebut, untuk mendapatkan nasalisasi keempat jenis vokal oral tadi adalah dengan cara membiarkan udara keluar melalui dua saluran yakni sebagian melalui rongga mulut dan sebagian melalui rongga hidung.

Untuk mengetahui secara rinci karakterisasi bunyi sengau dapat ditengarai melalui bentukan berbagai vokal oral yang diikuti oleh konsonan /n/. Selain itu, bunyi sengau juga bisa ditengarai pula melalui berbagai vokal oral yang diikuti oleh konsonan /m/ bilamana terletak di depan konsonan /b/ atau /p/. Dua konsonan itu biasanya dalam bentuk tulisan (orthographiquement) yang ditujukan dalam ejaan /n/ atau /m/.


(37)

Karakterisasi lebih rinci dari keempat jenis bunyi sengau tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Fonem [ ]

Fonem [ɛ ] ; bentukan bunyi kata sengau ini hampir selalu berupa in yang letaknya bisa di sembarang tempat, bisa di posisi depan (initiale) dalam inviter [ɛ vite], di posisi tengah (médiale) dalam pincer [pɛ se], dan bisa di posisi belakang [finale] dalam vin [vɛ ]. Namun bunyi sengau berupa im yang terletak di depan P atau B hanya bisa di posisi depan dalam impossible [ɛ posiblə] dan tengah dalam simplicité [sɛ plisite]. Vokal sengau [ɛ ] tergolong jenis vokal depan (voyelle antérieure), semi rendah/ semi terbuka (mi-basse/ mi-ouverte), tidak bundar/ melebar (non arrondie). Dalam melafalkan bunyi sengau tersebut, rahang biasanya terbuka dan posisi rongga mulut lebih terbuka bila dibanding dengan saat mengucapkan vokal oral [ɛ].

b. Fonem [œ ]

Fonem [œ ] ; bentukan bunyi kata untuk bunyi sengau ini hampir selalu berupa un yang letaknya bisa di sembarang tempat, bisa di posisi depan (initiale) dalam un [œ ], di posisi tengah (médiale) dalam lundi [lœ :di], dan bisa di posisi belakang (finale) dalam aucun [okœ ]. Vokal sengau [œ ] merupakan oposisi vokal sengau [ɛ ] yang memiliki karakterisasi serupa, yakni jenis vokal depan (voyelle anterieure), semi rendah/ semi terbuka (mi-basse/ mi-ouverte), tidak bundar/ melebar (non arrondie). Namun dalam melafalkan bunyi sengau tersebut, posisi


(38)

rahang dan rongga mulut lebih terbuka bila dibanding dengan saat mengucapkan bunyi sengau [ɛ ].

c. Fonem [ ]

Fonem [ ] ; bentukan bunyi suatu kata untuk bunyi sengau ini hampir selalu berupa en atau an yang posisinya terletak di sembarang tempat, bisa di posisi depan (initiale) seperti dalam entrer [ tre] atau ancre [ :kr], di posisi tengah (médiale) seperti dalam lentement [l tm ] atau danser [d se], dan bisa di posisi belakang (finale) seperti dalam lent [l ] atau dans [d ]. Namun bunyi sengau yang berupa em yang diikuti oleh p posisinya terletak bisa di depan (initiale) seperti dalam emporter [ pɔrte], di tengah (médiale) seperti dalam temple [t plə], dan di belakang (finale) seperti dalam temps [t ], sedangkan yang diikuti oleh b posisinya hanya di depan (initiale) seperti dalam embrasser [ brase] dan di tengah (médiale) seperti dalam sembler [s ble]. Bunyi sengau yang berupa am diikuti oleh p atau b posisinya hanya di depan (initiale) seperti dalam ampoule [ pul] atau ambulance [ byl n :s], dan di tengah (médiale) seperti dalam lampe [l :p] atau jambe [ʒ :b].

Vokal sengau [ ] termasuk jenis vokal belakang (voyelle postérieure), rendah/ terbuka (basse/ ouverte), dan tidak bundar (non-arrondie). Untuk melafalkan bunyi sengau ini posisi rahang lebih terbuka dibandingkan pada saat melafalkan vokal oral [ ].


(39)

d. Fonem [ɔ ]

Fonem [ɔ ] ; bentukan bunyi kata untuk bunyi sengau ini hampir selalu berupa on yang letaknya bisa di sembarang tempat, di posisi depan (initiale) seperti dalam onde [ɔ :d], di posisi tengah (médiale) seperti dalam ronde [rɔ :d], dan di posisi belakang (finale) seperti dalam ton [tɔ ]. Namun bunyi sengau yang berupa om yang diikuti oleh p posisinya hanya terletak di tengah (médiale) seperti dalam pompe [pɔ :p] dan yang diikuti B letaknya bisa di depan (initiale) seperti dalam ombre [ɔ :br] dan di tengah (médiale) seperti dalam bombe [bɔ :b]. Seperti halnya fonem vokal sengau [ ], fonem vokal sengau [ɔ ] termasuk pula jenis fonem vokal belakang (voyelle postérieur), rendah/ terbuka (basse/ ouverte), dan bundar (arrondie).

Sedangkan untuk melafalkan bunyi sengau ini posisi rahang dengan lemah terbuka namun lebih tertutup daripada saat mengucapkan vokal oral [ɔ].

Ruslan (1996: 79-80) mengelompkkan vokal dan semi-vokal sbb:

[i] → lit [li] [ɛ] → mais [mɛ]

[y] → tu [ty] mère [mɛR]

[u] → vous [vu] tête [tɛt]

[a] → la [la] elle [ɛl]

[ ] → pas [p s] il est [ilɛ]


(40)

[o] → vos [vo] main [mɛ ]

auto [oto] peintre [pɛ tR]

beau [bo] [ ] lundi [l di]

[ə] → petit [pəti] parfum [paRf ]

[œ]→ leur [lœr] [ɔ ] bon [bɔ n]

[ø ] → deux [dø] ombre [ɔ bR]

[e] → l‟été [lete] [ɑ ] dans [dɑ ]

mes [me] lampe [lɑ p]

arriver [arrive] dent [dɑ ]

temps [tɑ ]

2.4.3 Les semi-voyelles (semi vokal)

[w] → moi [mwa] loin [lwɛ]

[j] → paille [paj] travail [tRav j]

oreille [ɔRɛj] pareil [parɛj]

fille [fij] nouille [nuj]

feuille [fœj]


(41)

2.4.4 Les consonnes (konsonan)

Dubois (1973 : 116) menerangkan bahwa konsonan (consonne) adalah terjadinya bunyi bahasa dimaksud oleh karena adanaya hambatan di salah satu tempat pada saluran tertentu (obstacle sur le passage de l’air). Selanjutnya Léon (1966 : 74) menjelaskan bahwa konsonan yang dimaksud dapat dibedakan antara ;

1) Konsonan Letupan

Konsonan letupan yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara sama sekali menghambat arus udara di tempat artikulasi tertentu (Verhaar, 1992). Konsonan letupan itu sendiri dapat dibedakan lagi dalam dua karakter, seperti dijelaskan dalam bagan berikut;

Letupan tak bersuara

Konsonan letupan

Letupan bersuara

a. Letupan tak bersuara

Letupan tak bersuara seperti [p] dalam pas, épine, tape, [t] dalam tas, ôter, tante, [k] dalam cas, écarte, dan toque.

b. Letupan bersuara

Letupan bersuara seperti [b] dalam beau, obus, robe, [d] dalam dos, radis, coude, [g] dalam gras, aigre, bague. Berbagai konsonan letupan di atas lebih


(42)

lanjut dapat dibedakan dalam letupan ringan seperti [p], [t], dan [k] dan letupan menebal seperti dalam [b], [d], dan [g].

2) Konsonan Frikatif

Konsonan frikatif disebut dengan istilah lain konsonan geseran, yakni bunyi yang dihasilkan dengan cara membiarkan sebagian udara keuar melaui alur yang sangat sempit sehingga terjadi penghambatan di sebagian besar udara yang keluar (Verhaar, 1992: 18). Menurut Léon (1996: 75), konsonan frikatif ini juga disebut konsonan desis oleh karena tingkat geseran bunyi lebih panjang. Lebih lanjut desis dapat dibedakan dalam dua karakter, seperti dijelaskan dalam bagan berikut;

Desis tak bersuara

Konsonan frikatif

Desis bersuara

a. Konsonan desis tak bersuara

Konsonan desis tak bersuara seperti [f] dalam faux, défait, carafe, [s] dalam seau, lace, fasse, [∫] dalam chat, achat, dan cache

b. Konsonan desis bersuara

Konsonan desis bersuara seperti [v] dalam va, avez, neuve, [z] dalam zébra, oser, rose, [ʒ] dalam jamais, âge, rouge, [l] dalam la, allé, cale, [r] dalam rat, marée, mare. Dalam konsonan frikatif, masih terdapat tiga konsonan lainnya


(43)

yakni [m] dalam ma, amer, aime, [n] dalam nez, année, cane, dan [ɲ] dalam gnôle, agneau, montagne, yang disebut konsonan sengau (consonnes nasales), dan ketiga konsonan sengau ini secara rinci tidak dibahas lebih lanjut mengingat fonem-fonem ini ada dalam bahasa Indonesia.

Bagi penutur asli bahasa indonesia beberapa konsonan letupan seperti [p], [b], [t], [d], [k], dan [g] tidak ada masalah dalam pelafalan mengingat konsonan-konsonan tadi terdapat dalam sistem fonemik bahasa Indonesia. Namun, untuk beberapa konsonan frikatif tertentu yang merupakan pinjaman dari bahasa asing, kebanyakan penutur asli bahasa Indonesia mendapatkan kesulitan dalam melafalkannya. Seperti fonem [∫], [z], [f], [v], dan [ʒ].

Sedangkan untuk konsonan frikatif lainnya seperti [m], [n], dan [ɲ] yang juga disebut konsonan sengau, bagi penutur bahasa Indonesia tidak ada kesulitan apapun dalam melafalkannya, seperti dalam beberapa contoh kata berikut; [m] dalam malam, teman, demam, dsb, [n] dalam nuansa, nanti, dingin, dsb, [ɲ] dalam nyata, banyak, dan manyun, dsb.

Ruslan (1996: 80) mengelompokkan konsonan dalam bahasa Prancis sbb:

[p] → pas [p ] [b] → bas [b ]

[t] → toi [tw ] [d] → doigt [dwa]

[k] → car [k r] [g] → gare [g R]


(44)

que [kə] [n] → ne [nə]

[m] → me [mə] [v] → vous [vu]

[f] → fou [fu] [z] → maison [mɛzɔ]

photo [foto] gaz [g z]

[s] → son [sɔ] [ʒ] → Jean [ʒ ]

ceci [səsi] manger[m ʒe]

garçon [g Rsɔ]

[ʃ] → chant [ʃ ]

[ɲ] → ligne [liɲ]

[l] → le [lə]

[R] → rire [RiR]

2.4.5Teknik Ucapan Bunyi Vokal, Sengau, Semi Vokal, dan Konsonan Menurut Ruslan (1996: 1-8)

1) Bunyi vokal [y], [ø], dan [œ]

a. Teknik ucapan bunyi [y] Prancis

Mula-mula mengucapkan bunyi [u] Indonesia, kemudian mengucapkan bunyi [i] akan tetapi diusahakan letak bibir tetap ke depan seperti ketika mengucapkan bunyi [u].


(45)

b. Teknik ucapan bunyi [ø] Prancis

Mula-mula mengucapkan bunyi [o] Indonesia, kemudian mengucapkan bunyi [e] Indonesia, akan tetapi letak bibir tetap maju ke depan seperti waktu mengucapkan bunyi [o].

c. Teknik ucapan bunyi [œ] Prancis

Mula-mula mengucapkan bunyi [o] Indonesia, kemudian mengucapkan bunyi [ɛ] Indonesia dengan letak bibir tetap maju ke depan seperti waktu mengucapkan bunyi [o].

2) Bunyi sengau [ɛ], [ɔ], [ɑ], dan [œ ] a. Teknik ucapan bunyi [ɛ] Prancis

Mengucapkan bunyi [-èng] Indonesia, akan tetapi diusahakan udara keluar secara serempak 50% melalui hidung dan 50% melalui mulut dengan menjaga keadaan mulut tetap terbuka.

b. Teknik ucapan bunyi [ɔ] Prancis

Mengucapkan bunyi [-ong] Indonesia, akan tetapi diusahakan udara keluar secara serempak 50% melalui hidung dan 50% melalui mulut dengan menjaga keadaan mulut tetap terbuka.

c. Teknik ucapan bunyi [ɑ] Prancis

Mengucapkan bunyi [-ang] Indonesia, akan tetapi diusahakan udara keluar secara serempak 50% melalui hidung dan 50% melalui mulut dengan menjaga keadaan mulut tetap terbuka.


(46)

d. Teknik ucapan bunyi [œ ] Prancis

Mengucapkan bunyi [-eng], ingat bukan [-èng] Indonesia, akan tetapi diusahakan udara keluar secara serempak 50% melalui hidung dan 50% melalui mulut dengan menjaga keadaan mulut tetap terbuka.

3) Bunyi semi vokal [j], [w], dan [ɥ]

a. Teknik ucapan bunyi semi vokal [j] Prancis

Mengucapkan dengan frekuensi suara yang sangat cepat dalam tempo satu detik saja.

b. Teknik ucapan bunyi semi vokal [w] Prancis

Mengucapkan dengan frekuensi suara yang sangat cepat dalam tempo satu detik saja.

c. Teknik ucapan bunyi semi vokal [ɥ] Prancis

Mengucapkan dengan frekuensi suara lebih cepat dalam tempo satu detik saja.

4) Konsonan [ʃ], [z], [f], [v], dan [ʒ]

a. Teknik ucapan konsonan [ʃ] Prancis

Mengucapkan konsonan [ʃ] seperti jika mengucapkan kata-kata Indonesia: syukur, syahbandar, syahdu, dan syahdan.

b. Teknik ucapan konsonan [z] Prancis

Mengucapkan konsonan [z] seperti jika mengucapkan kata-kata pinjaman

Indonesia: zam-zam, Zaini, izin, dan zamrud. c. Teknik ucapan konsonan [f] Prancis


(47)

Mengucapkan konsonan [f] seperti jika mengucapkan kata-kata pinjaman Indonesia: fakir, fikir, dan fatwa.

d. Teknik ucapan konsonan [v] Prancis

Mengucapkan konsonan [f] dengan suara bergetar dan gigi atas menyentuh bibir bawah.

e. Teknik ucapan konsonan [ʒ] Prancis

Mengucapkan konsonan [dj] Indonesia dengan suara lebih bergetar sambil gigi atas menggigit gigi bawah.

2.5 Accent

ç (cédille)

é ( accent aigu)

è dan à (accent grave)

ê dan â (accent circonflexe)

ë dan ï (trema)

2.6 Aturan Membaca Bahasa Prancis secara Umum

„ou‟ dibaca ‟u‟ misalkan pada kata „ouvrir

„oi‟ dibaca „oa‟ misalkan pada kata „une voiture

„au‟ dibaca „o‟ misalkan pada kata „au revoir!‟

„s‟ yang diapit dua huruf vokal dibaca „z‟ misalkan pada kata „une maison


(48)

„ca‟ dibaca „ka‟ misalkan pada kata „un carrefour’

„ci‟ dibaca „si‟ misalkan pada kata „merci

„cu‟ dibaca „ky‟ misalkan pada kata „une cuisine’

„ce‟ dibaca „se‟ misalkan pada kata ‘la céréale’

„co‟ dibaca „ko‟ misalkan pada kata ‘un collègue’

„ga‟ dibaca „ga‟ misalkan pada kata ‘garder’

„gi‟ dibaca „ʒi‟ misalkan pada kata ‘la gymnastique’

„gu‟ dibaca „gy‟ misalkan pada kata ‘un guide’

„ge‟ dibaca „ʒe‟ misalkan pada kata ‘manger’

„go‟ dibaca „go‟ misalkan pada kata ‘une gomme’

Selain aturan membaca seperti yang telah diuraikan di atas, ada pula fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, yang cara membacanya pun berbeda. Meskipun pelafalannya sama, belum tentu fonem tersebut terkonstruk dari susunan huruf yang sama pula.

Berikut merupakan fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dan fonem-fonem yang sama namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda.

(1) [e] : nez, été, parler, irai

Fonem [e] seperti dalam kata saté, dibunyikan apabila penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur: é, _ez, _er, _ai

(2) [ə] : le, ne, que

Fonem [ə] seperti dalam kata lelah, dibunyikan apabila penulisan suatu kata memiliki unsur e yang terletak pada suku kata yang tidak diakhiri oleh konsonan dan tanpa tanda apapun.


(49)

(3) [ε] : fenêtre, mère, dette

Fonem [ε] seperti dalam kata bebek, dibunyikan apabila dalam penulisan, suatu kata memiliki unsur-unsur: ê, è, _ai + konsonan, e terletak pada suku kata yang diakhiri oleh konsonan.

(4) [y] : une, sur, tu, lu

Fonem [y] dibunyikan dengan posisi lidah seperti mengucapkan [i], tetapi bentuk mulut bulat seperti mengucapkan [u]. Fonem ini dibunyikan apabila dalam penulisan, suatu kata memiliki unsur u tunggal.

(5) [u]: mou, loup, tout

Fonem [u] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur ou.

(6) [ø] : deux, feu, queue

Fonem [ø] dibunyikan dengan posisi lidah seperti mengucapkan [e], tetapi bentuk mulut bulat seperti mengucapkan [o]. Fonem ini dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur eu.

(7) [o] : hôtel, eau, mot

Fonem [o] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur: ô, au, _o (pada suku kata akhir ).


(50)

(8) [ɔ] : mort, botte

Fonem [ɔ] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur o yang terletak pada suku kata yang diakhiri oleh konsonan yang dibunyikan.

(9) [ɑ] : lent, membre, an, ambre

Fonem [ɑ] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur en, em, an dan am.

(10) [] : oncle, ombre

Fonem []dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur on atau om.

(11) [] : vin, impôt, lundi, parfum

Fonem [] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur in atau im.

(12) [j] : fille, travail, réveil

Fonem [j] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur ille, ail, atau eil.

(13) [k] : que, car, cou, cul, cru, christine

Fonem [k] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur qu, dan c+ a, o, u, c+konsonan, ch+ konsonan.


(51)

Fonem [s] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur _ss_, ç, c+ y, i dan e.

(15) [∫] : chat, chien, cheval

Fonem [∫] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur ch+ vokal.

(16) [ʒ] : jardin, giraffe, gym, géant

Fonem [ʒ] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur j, dan g+i, y,e.

(17) [g] : gare, goût, guitar

Fonem [g] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur g+ a, o, u dan g+ konsonan.

(18) [ɲ] champagne, montagne

Fonem [ɲ] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur _gn_.

(19) [wa] moi, vouloir

Fonem [wa] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur oi.


(52)

(20) [z] maison, poison

Fonem [z] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur huruf s yang diapit oleh huruf vokal.

(21) [v] vin, travail

Fonem [v] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur v.

2.7Suku Kata

Ruslan (1996: 27) menyatakan bahwa untuk mempunyai satu suku kata, kita harus memiliki satu vocal.

Contoh: sur, sous, dan nid.

Ketiga kata di atas bersuku kata satu. Kata-kata seperti bateau dan été mempunyai dua suku kata, sedangkan pada kata capabilité dan responsabilité, masing-masing memiliki lima dan enam suku kata.

Catatan: Untuk kata-kata seperti nuée [nɥe], suer [sɥe], souhait [swɛ], dan pied [pje], termasuk yang bersuku kata satu (semi vokal). Jika dalam sebuah kata terdapat hanya satu konsonan, maka konsonan tersebut harus dihububungkan dengan vokal yang kedua:

été → e - te

ami → a – mi

Jika dalam sebuah kata terdapat dua konsonan yang sama,maka pada umumnya hanya satu konsonan saja yang diucapkan


(53)

aller → a – le

arriver → a – ri – ve

Jika dua buah konsonan yang berlainan harus dipisahkan

section → sɛk - sjɔ

perdy → pɛr – dy

Konsonan- konsonan [R] dan [l] harus dihubungkan dengan konsonan yang mendahuluinya

appris → a – pRi

tableau → ta – blo

1) Suku Kata Terbuka

Suku kata terbuka yaitu apabila suku kata tersebut mempunyai beberapa buah suku kata terbuka. Misalnya kata éléphant. Suku kata tersebut mempunyai tiga buah suku kata terbuka, yaitu e – le - fɑ

Jadi di sini ditinjau dari segi bunyi, dari segi fonetisnya, bukan dari ejaannya.

2) Suku Kata Tertutup

Suku kata tertutup yaitu apabila suku kata berakhir dengan konsonan yang diucapkan, misalnya kata:

secteur → sɛk –tœ:R


(54)

2.8Kerangka Pikir

Penggunaan sebuah metode sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis adalah salah satu contoh metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran membaca nyaring. Penerapan metode ini menyangkut proses mengurai dan melafalkan kembali kalimat secara utuh. Proses yang berulang-ulang ini diasumsikan dapat membiasakan siswa dalam membaca nyaring bahasa Prancis dengan pemenggalan, lafal, dan intonasi yang tepat.

Metode ini dirasa tepat bagi siswa SMA, karena pada jenjang ini siswa diyakini telah mampu menganalisis pola tata bunyi, unsur-unsur kalimat, sehingga diasumsikan dapat menerapkan pola tata bunyi dan pemenggalan yang tepat pada sebuah kalimat. Peran peneliti dalam penerapan metode SAS adalah mengajarkan aturan-aturan membaca nyaring bahasa Prancis secara umum, teknik pelafalan fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, dan juga fonem-fonem yang sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda. Pada ahirnya siswa diharapkan mampu menerapkan metode SAS ini secara mandiri.

2.9 Hipotesis

Berdasarkan teori di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha: “Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) efektif dalam pembelajaran


(55)

39 BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode one shoot case study design, sehingga dalam penelitian ini dilakukan treatment pada responden, kemudian dilakukan tes. Hasil tes kemudian dibandingkan dengan KKM untuk mata pelajaran bahasa Prancis di SMAN 1 Jepara. Apabila hasil yang dicapai dalam penelitian ini lebih bagus dari KKM, maka dapat dikatakan bahwa metode SAS efektif.

3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu peneliti melakukan langkah-langkan sebagai berikut:

1. Menyampaikan materi sesuai yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 4 x 45 menit (4 jam pelajaran).

2. Setiap akhir pertemuan, peneliti memberikan tes untuk mengevaluasi hasil kegiatan belajar-mengajar.

3. Peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen terlebih dahulu sebelum memberikan tes sebenarnya untuk pengambilan data.

4. Setelah diperoleh data, kemudian data tersebut dianalisis mengunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif presentase.

5. Analisis data dilakukan secara umum dan juga pada masing-masing kriteria penilaian (pelafalan fonem dalam soal berbentuk kata, pelafalan


(56)

fonem dalam soal berbentuk kalimat, pemenggalan, dan intonasi final), kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis awal yang diajukan.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki satu variabel, yaitu: Prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri I Jepara yang terdiri dari 10 kelas.

3.4.2 Sampel

Untuk mengambil sampel, peneliti menggunakan teknik quota random sampling. Hal ini didasarkan pada populasi yang bersifat homogen. Penelitian ini menggunakan satu kelas sebagai sampel. Setelah diundi, kelas X-1 terpilih sebagai sampel.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan dua metode, yaitu: 3.5.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai daftar nama dan jumlah siswa yang dijadikan responden penelitian.


(57)

3.5.2 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengambil data berupa prestasi belajar membaca nyaring pada kelas yang dijadikan responden sesudah diajar membaca nyaring dengan metode SAS.

3.6 Instrumen

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berupa kata-kata dan kalimat yang mengandung fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia serta kata-kata yang memiliki fonem sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda. Responden diminta untuk membaca kata-kata dan kalimat tersebut dengan suara nyaring. Dari proses ini dilakukan skoring berdasarkan sistem penilaian yang telah ditentukan, kemudian dikonversikan dalam bentuk nilai.

3.6.1 Pemilihan Instrumen

Penelitian ini menggunakan bentuk tes membaca nyaring. Tes ini diharapkan dapat mengukur kemampuan membaca nyaring siswa kelas X SMAN 1 Jepara.

Tes membaca nyaring yang dimaksud adalah tes membaca nyaring dalam bahasa Prancis yang menekankan pada aspek pelafalan pada kata-kata yang mengandung fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia serta kata-kata yang memiliki fonem sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda.


(58)

3.6.2 Penyusunan Instrumen

Instrumen dibuat untuk mengukur kemampuan membaca nyaring siswa kelas X SMAN 1 Jepara. Materi yang diujikan dalam penelitian ini adalah fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia serta kata-kata yang memiliki fonem sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda. Materi tersebut tertuang dalam kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen

Variabel Indikator Keterangan No butir soal

Prestasi membaca nyaring bahasa Prancis dengan menggunakan metode SAS

1. Fonem [e]

2. Fonem [ə]

3. Fonem [ε]

Kata yang memiliki unsur é, _ez, _er, _ai

Suku kata tidak diakhiri konsonan atau tanda apapun.

Kata yang memiliki unsur ê, è, _ai + konsonan, e

A1, A2, A3, A4, B4

A5, B6

A6, A7, A8, A9, B4


(59)

4. Fonem [y]

5. Fonem [u]

6. Fonem [ø]

7. Fonem [o]

terletak pada suku kata yang diakhiri oleh konsonan.

Kata yang memiliki unsur u tunggal

Kata yang mmiliki unsur ou.

Suatu kata memiliki unsur eu.

Suatu kata memiliki unsur ô, au, _o (pada suku kata terakhir ).

Suatu kata

A10, B3

A11, B5

A12, B2

A13, A14, A15, B3


(60)

8. Fonem [ɔ]

9. Fonem [ɑ]

10.Fonem [ɔ]

11. Fonem [ɛ]

12.Fonem [j]

memiliki unsur o yang terletak pada suku kata yang diakhiri oleh konsonan yang

dibunyikan.

Suatu kata memiliki unsur-unsur en, em, an dan am.

Suatu kata memiliki unsur-unsur on atau om.

Suatu kata memiliki unsur in dan im.

Suatu kata

A16, B3 A17, A18, A19, A20, B1 A21, A22, B6 A23, A24, B7 A26, A27,


(61)

13.Fonem [k]

14.Fonem [s]

15.Fonem [ʃ]

memiliki unsur-unsur ille, ail, atau eil.

Suatu kata memiliki unsur-unsur qu, dan c+ a,

o, u,

c+konsonan, ch+ konsonan.

Suatu kata memiliki unsur-unsur _ss_, ç, c+ y, i dan e.

Suatu kata memiliki unsur ch+ vokal. B1 A28, A29, A30, A31, A32, A33, B1 A34, A35, A36, A37, A38, B3 A39, B7


(62)

16.Fonem [ʒ]

17.Fonem [g]

18.Fonem [ɲ]

19.Fonem [wa]

20.Fonem [z]

Suatu kata memiliki unsur-unsur j, dan g+i, y,e.

Suatu kata memiliki unsur g+ a, o, u dan g+ konsonan.

Suatu kata memiliki unsur _gn_

Suatu kata memiliki unsur oi

s yang diapit dua huruf vokal. A40, A41, A42, A43, B2 A44, A45, A46, A47, B5 A48, B6 A49, B1 A50, B6


(63)

21.Fonem [v] Kata yang memiliki unsur v

A51, B4

3.6.3 Uji Coba Instrumen

Sebelum melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang diberikan kepada 5 (lima) siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Jepara. Uji coba tersebut dilaksanakan pada 29 Juli 2011. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui reliabilitas instrumen dan perkiraan waktu untuk mengerjakan instrumen sebenarnya. Tes membaca nyaring berbentuk kata dan kalimat. Soal berbentuk kata terdiri dari 51 butir soal yang mengandung fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dan fonem-fonem yang sama, namun penulisannya berbeda. Sedangkan soal berbentuk kalimat terdiri dari 7 kalimat yang mengandung 21 poin untuk menilai pelafalan, 11 poin untuk menilai pemenggalan, dan 9 poin untuk menilai intonasi final. Masing-masing responden diberi waktu 10 menit untuk persiapan dan membaca soal.

3.7 Validitas

Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, yaitu ditentukan dengan cara menilik sampai seberapa jauh tes tersebut menjadi alat ukur yang sebenarnya terhadap tujuan penilaian. Instrumen tes berupa kata-kata dan kalimat


(64)

yang mengandung fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, serta kata-kata dan kalimat yang memiliki fonem sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda.

3.8 Reliabilitas

Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen tes akan diujicobakan dengan metode one test single trial, yaitu dengan cara melakukan pengetesan sebanyak satu kali pada responden, kemudian hasil test dihitung dengan menggunakan rumus. K-R 20. Hal ini dikarenakan teknik penskoran adalah 1 dan 0.

Uji coba instrumen mencakup empat kriteria yang dinilai, yaitu: (1) pelafalan fonem dalam soal berbentuk kata, (2) pelafalan fonem dalam soal berbentuk kalimat, (3) pemenggalan atau jeda dalam soal berbentuk kalimat, serta (4) intonasi final dalam soal berbentuk kalimat.

Rumus K-R 20:

=

∑ Keterangan :

r11 = reliabilitas instumen

k = banyaknya butir pertanyaan


(65)

P = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)

P =

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0

q = 1 – p (Arikunto 2006: 188)

Setelah dilakukan tes uji coba instrumen diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.2

Data uji coba instrumen soal fonem dalam kata.

N Skor

Den 48

Bun 47

Ana 47

Adh 42

Put 38

Jumlah 222

Perhitungan dengan rumus K-R.20 menghasilkan = 0,880 sedangkan untuk N=5 adalah 0,878. Hal ini berarti bahwa lebih besar dari (0,880>0,878). Dengan demikian, soal yang diujicobakan dinyatakan reliabel.


(66)

Tabel 3.3

Data uji coba instrumen soal fonem dalam kalimat.

N Skor

Den 19

Bun 18

Ana 12

Adh 11

Put 18

Jumlah 78

Perhitungan dengan rumus K-R.20 menghasilkan = 0,888 sedangkan untuk N=5 adalah 0,878. Hal ini berarti bahwa lebih besar dari (0,888>0,878). Dengan demikian, soal yang diujicobakan dinyatakan reliabel.

Tabel 3.4

Data uji coba instrumen soal pemenggalan dalam kalimat.

N Skor

Den 10

Bun 7

Ana 3

Adh 9

Put 3


(67)

Perhitungan dengan rumus K-R.20 menghasilkan = 0,896 sedangkan untuk N=5 adalah 0,878. Hal ini berarti bahwa lebih besar dari (0,896>0,878). Dengan demikian, soal yang diujicobakan dinyatakan reliabel.

Tabel 3.5

Data uji coba instrumen soal intonasi final dalam kalimat.

N Skor

Den 8

Bun 8

Ana 4

Adh 8

Put 3

Jumlah 31

Perhitungan dengan rumus K-R.20 menghasilkan = 0,905 sedangkan untuk N=5 adalah 0,878. Hal ini berarti bahwa lebih besar dari (0,905>0,878). Dengan demikian, soal yang diujicobakan dinyatakan reliabel.

3.9 Penskoran Tes Membaca Nyaring

Penelitian ini menggunakan tes membaca nyaring dengan instrumen berbentuk kata-kata dan kalimat yang mengandung fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, serta kata-kata dan kalimat yang memiliki fonem sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda. Sebelum dikonversikan dalam bentuk nilai, terlebih dahulu dilakukan penskoran. Setiap


(68)

pelafalan fonem yang telah ditentukan, pemenggalan, dan intonasi final, untuk masing-masing kriteria tersebut jika tepat diberi skor 1. Sedangkan skor 0 diberikan jika masing-masing kriteria tersebut tidak tepat.

Setelah skor diakumulasikan, skor tersebut dikonversikan dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

S = X SM

Keterangan :

S = nilai yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa

N = skor maksimal ideal dari tes yang bersangkutan

SM = standar mark (besarnya skala penilaian yang dikehendaki) (Purwanto 1986: 130)

3.10Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui keefektifan metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring pada responden setelah diajar menggunakan metode tersebut. Prestasi belajar membaca nyaring setelah diajar menggunakan metode SAS akan dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk kelas X di SMAN 1 Jepara, yaitu 75. Jika nilai rata-rata reponden ≥ 75, maka metode SAS dikatakan efektif. Sebaliknya, jika nilai rata-rata responden < KKM, maka dapat disimpulkan bahwa metode SAS tidak efektif.


(69)

Selanjutnya nilai yang telah diperoleh, dianalisis menggunakan analisis kritis persentase dengan rumus sebagai berikut;

% 100  

N f P

Keterangan;

P : Angka persentase

f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya


(70)

54 BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan kesalahan yang dilakukan responden.

4.1 Hasil Pengumpulan Data

Sebelum siswa diuji dengan tes sebenarnya, pada akhir tiap pertemuan siswa diberikan evaluasi dan tugas. Pada akhir pertemuan pertama, siswa diberikan evaluasi berbentuk kata dan kalimat yang mengandung fonem-fonem bahasa Prancis yang juga terdapat dalam bahasa Indonesia, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda. Termasuk dalam pemenggalan kalimat dan intonasi final.

Berikut adalah nilai yang diperoleh siswa dalam evaluasi pada akhir pertemuan pertama.

Tabel 4.1

Nilai responden pada evaluasi pertama

No. Nama

Responden

Nilai No. Nama

Responden

Nilai


(71)

3. Ali 75 4. M.Mi 85

5. All 80 6. M.Zu 75

7. Ang 75 8. Mar 90

9. Ari 80 10. Mut 90

11. Arv 80 12. Sat 75

13. Bri 75 14. Sho 75

15. Des 85 16. Sya 80

17. Edg 75 18. Viv 65

19. Far 80 20. Wis 85

21. Fik 75 22. Yen 75

23. Ged 80 24. You 85

25. Ghe 80 26. Yud 75

27. Gup 90 28. Zah 85

29. Int 75 30. Zai 70

31. Isk 80 32. Zie 75


(72)

Rata-rata 78,8

Berdasarkan data di atas, nilai tertinggi yang didapat oleh sisiwa adalah 90, nilai terendah adalah 65, dan nilai rata-rata adalah 78,8.

Pada akhir pertemuan kedua, siswa diberikan evaluasi berbentuk kata dan kalimat yang mengandung fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Termasuk juga dalam pemenggalan dan intonasi final.

Berikut adalah nilai yang diperoleh siswa dalam evaluasi pada akhir pertemuan kedua.

Tabel 4.2

Nilai responden pada evaluasi kedua

No. Nama

Responden

Nilai No. Nama

Responden

Nilai

1. Akm 55 2. Isn 65

3. Ali 65 4. M.Mi 75

5. All 70 6. M.Zu 50


(73)

9. Ari 50 10. Mut 70

11. Arv 65 12. Sat 60

13. Bri 55 14. Sho 65

15. Des 60 16. Sya 75

17. Edg 65 18. Viv 70

19. Far 65 20. Wis 70

21. Fik 60 22. Yen 65

23. Ged 55 24. You 70

25. Ghe 60 26. Yud 65

27. Gup 75 28. Zah 75

29. Int 70 30. Zai 60

31. Isk 65 32. Zie 65

Jumlah 2065

Rata-rata 64,5

Berdasarkan data di atas, nilai tertinggi yang didapat oleh sisiwa adalah 75, nilai terendah adalah 55, dan nilai rata-rata adalah 64,5.


(74)

Setelah dievaluasi sebanyak dua kali, kemudian siswa dites untuk mengetahui kefektifan Metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring yang mencakup pelafalan fonem dalam kata, fonem dalam kalimat, pemenggalan dan intonasi final. Fonem-fonem yang dimaksud adalah fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, serta fonem-fonem yang sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda.

Berdasarkan hasil tes terhadap 32 responden mengenai kemampuan membaca nyaring bahasa Prancis dengan menggunakan metode SAS, diperoleh skor yang terdapat pada tabel di bawah ini. Skor tersebut kemudian dikonversikan dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

S =

x SM

Keterangan :

S = nilai yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa

N = skor maksimal ideal dari tes yang bersangkutan

SM = standar mark (besarnya skala penilaian yang dikehendaki) (Purwanto 1986: 130)


(75)

Tabel 4.3

Skor mentah dan nilai yang diperoleh responden

No Nama

Responden

Skor Mentah

Skor

total

Nilai Pelafalan

fonem dalam kata

Pelafalan fonem dalam kalimat

pemenggalan Intonasi final

1. Akm 34 10 11 8 63 68

2. Ali 41 15 11 7 74 80

3. All 46 16 11 8 81 88

4. Ang 33 10 8 6 57 62

5. Ari 41 15 10 7 73 79

6. Arv 42 13 11 8 74 80

7. Bri 49 18 11 9 87 94

8. Des 38 12 11 8 69 75

9. Edg 44 14 10 7 75 82


(1)

1. Mampu menerapkan aturan membaca bahasa Prancis.

2. Mampu membaca nyaring kata dan atau kalimat yang mengandung fonem-fonem bahasa Prancis yang juga terdapat dalam bahasa Indonesia, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda dengan menggunakan metode SAS.

Materi Pembelajaran :

1. Fonem [e] : nez, été, parler, irai

Fonem [e] seperti dalam kata saté, dibunyikan apabila penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur: é, _ez, _er, _ai.

2. Fonem [ə] : le, ne, que

Fonem [ə] seperti dalam kata lelah, dibunyikan apabila penulisan suatu kata memiliki unsur e yang terletak pada suku kata yang tidak diakhiri oleh konsonan dan tanpa tanda apapun.

3. Fonem [ε] : fenêtre, mère, dette

Fonem [ε] seperti dalam kata bebek, dibunyikan apabila dalam penulisan, suatu kata memiliki unsur-unsur: ê, è, _ai + konsonan, e terletak pada suku kata yang diakhiri oleh konsonan.


(2)

4. Fonem [u]: mou, loup, tout

Fonem [u] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur ou.

5. Fonem [o] : hôtel, eau, mot

Fonem [o] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur: ô, au, _o (pada suku kata akhir ).

6. Fonem [ɔ] : mort, botte

Fonem [ɔ] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur o yang terletak pada suku kata yang diakhiri oleh konsonan yang dibunyikan.

7. Fonem [ã] : lent, membre, an, ambre

Fonem [ã] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur en, em, an dan am.

8. Fonem [] : oncle, ombre

Fonem []dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur on atau om Fonem [y] : une, sur, tu, lu.

9. Fonem [k] : que, car, cou, cul, cru, christine

Fonem [k] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur qu, dan c+ a, o, u, c+konsonan, ch+ konsonan.


(3)

10. Fonem [s] : poisson, ça, cycle, cible, céréale

Fonem [s] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur-unsur _ss_, ç, c+ y, i dan e.

11. Fonem [∫] : chat, chien, cheval

Fonem [∫] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur ch+ vokal.

12. Fonem [g] : gare, goût, guitar

Fonem [g] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur g+ a, o, u dan g+ konsonan.

13. Fonem [ɲ] : champagne, montagne

Fonem [ɲ] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur _gn_.

14. Fonem [wa] : moi, vouloir

Fonem [wa] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur oi.


(4)

15. Fonem [z] maison, poison

Fonem [z] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur huruf s yang diapit oleh huruf vokal.

Metode Pembelajaran :

1. Model Pembelajaran : lisan, tanya jawab 2. Metode Pemebelajaran : Ceramah interaktif

3. Media : Teks bacaan

Skenario Pembelajaran :

No. Kegiatan Waktu

1.

2.

Kegiatan Awal Apersepsi

a. Guru mengucapkan salam dalam bahasa Prancis.

b. Guru menanyakan kabar siswa dalam bahasa Prancis.

c. Guru memberi informasi tentang materi yang akan diajarkan.

d. Guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan

digunakan yaitu metode SAS. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

a. Guru menjelaskan aturan membaca bahasa Prancis. b. Guru mejelaskan cara membaca dengan menggunakan

metode SAS.

c. Guru menerapkan metode SAS dalam membaca fonem-fonem bahasa Prancis yang juga terdapat dalam bahasa Indonesia, namun terkonstruk dari susunan huruf yang

3 menit


(5)

3.

berbeda.

d. Guru meminta siswa untuk menirukan.

2. Elaborasi

a. Guru membagikan kertas yang berisi contoh-contoh kalimat yang akan diurai menggunakan metode SAS

b. Guru memberi contoh cara membaca kalimat-kalimat

tersebut dengan metode SAS.

c. Guru meminta siswa satu per satu untuk membaca nyaring kalimat-kalimat tersebut dengan menggunakan metode SAS.

3. Konfirmasi

a. Sebagai proses konfirmasi, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap pembelajaran dengan metode SAS.

b. Lisez les phrases suivantes en utilisant les bonnes prononciations et l‟intonation finales!

1. Il va au lycée en bicyclette.

2. Où mangez-vous? Je mange au restaurant près de la gare. 3. En Allemagne, j‟achète une petite maison.

4. C‟est impossible! Il a un chat percyais?

Penutup

a. Guru bersama dengan peserta didik mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

7 menit

5 menit


(6)

b. Guru memberi tugas tidak terstruktur sebagai pengayaan materi.

c. Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.

Media / Sumber Pembelajaran LKS Bonjour Chers Amis X A

Penilaian

Data kemajuan belajar diperoleh dari :

Tes formatif : Tes membaca nyaring bahasa Prancis.

Alat penilaian :Setiap fonem yang dilafalkan, pemenggalan, dan intonasi final, masing-masing kriteria tersebut jika tepat diberi skor 1. Sedangkan jika masing-masing kriteria tersebut tidak tepat, maka diberi skor 0.

Semarang, Juli 2011

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran, Peneliti,

Yusmanto, S.Pd. Susilo