Suku Kata Kerangka Pikir

20 [z] maison, poison Fonem [z] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur huruf s yang diapit oleh huruf vokal. 21 [v] vin, travail Fonem [v] dibunyikan apabila dalam penulisan suatu kata memiliki unsur v.

2.7 Suku Kata

Ruslan 1996: 27 menyatakan bahwa untuk mempunyai satu suku kata, kita harus memiliki satu vocal. Contoh: sur, sous, dan nid. Ketiga kata di atas bersuku kata satu. Kata-kata seperti bateau dan été mempunyai dua suku kata, sedangkan pada kata capabilité dan responsabilité, masing-masing memiliki lima dan enam suku kata. Catatan: Untuk kata-kata seperti nuée [n ɥe], suer [sɥe], souhait [swɛ], dan pied [pje], termasuk yang bersuku kata satu semi vokal. Jika dalam sebuah kata terdapat hanya satu konsonan, maka konsonan tersebut harus dihububungkan dengan vokal yang kedua: été → e - te ami → a – mi Jika dalam sebuah kata terdapat dua konsonan yang sama,maka pada umumnya hanya satu konsonan saja yang diucapkan aller → a – le arriver → a – ri – ve Jika dua buah konsonan yang berlainan harus dipisahkan section → sɛk - sjɔ perdy → pɛr – dy Konsonan- konsonan [R] dan [l] harus dihubungkan dengan konsonan yang mendahuluinya appris → a – pRi tableau → ta – blo 1 Suku Kata Terbuka Suku kata terbuka yaitu apabila suku kata tersebut mempunyai beberapa buah suku kata terbuka. Misalnya kata éléphant. Suku kata tersebut mempunyai tiga buah suku kata terbuka, yaitu e – le - fɑ Jadi di sini ditinjau dari segi bunyi, dari segi fonetisnya, bukan dari ejaannya. 2 Suku Kata Tertutup Suku kata tertutup yaitu apabila suku kata berakhir dengan konsonan yang diucapkan, misalnya kata: secteur → s ɛk – tœ:R mortelle → m ɔR-tɛl

2.8 Kerangka Pikir

Penggunaan sebuah metode sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode SAS Struktur Analisis Sintesis adalah salah satu contoh metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran membaca nyaring. Penerapan metode ini menyangkut proses mengurai dan melafalkan kembali kalimat secara utuh. Proses yang berulang- ulang ini diasumsikan dapat membiasakan siswa dalam membaca nyaring bahasa Prancis dengan pemenggalan, lafal, dan intonasi yang tepat. Metode ini dirasa tepat bagi siswa SMA, karena pada jenjang ini siswa diyakini telah mampu menganalisis pola tata bunyi, unsur-unsur kalimat, sehingga diasumsikan dapat menerapkan pola tata bunyi dan pemenggalan yang tepat pada sebuah kalimat. Peran peneliti dalam penerapan metode SAS adalah mengajarkan aturan-aturan membaca nyaring bahasa Prancis secara umum, teknik pelafalan fonem-fonem bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, dan juga fonem-fonem yang sama, namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda. Pada ahirnya siswa diharapkan mampu menerapkan metode SAS ini secara mandiri.

2.9 Hipotesis