5
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis Hodgson dalam Tarigan 1983: 7 Soedarso 1988: 4 mengemukakan bahwa kegiatan membaca adalah suatu
aktifitas yang kompleks yang mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Aktifitas yang kompleks menurut beliau adalah aktifitas yang
meliputi kegiatan seseorang yang harus menggunakan pengertian dan khayalan, pengamatan dan mengingat-ingat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Harjasudjana dan Mulyati 1997: 5 yang mengungkapkan bahwa membaca adalah kemampuan yang kompleks, artinya
membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, melainkan juga interaksi pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak bersifat
langsung, namun bersifat komunikatif. Menurut Kridalaksana dalam Haryadi dan Zamzami 1996: 2 membaca
adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam
bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Dari uraian pengertian membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh informasi atau pesan dari penulis melalui media kata-kata. Membaca juga dapat diartikan sebagai
suatu aktifitas yang kompleks dan bukan sekedar kegiatan memandangi lambang- lambang tertulis semata, baik dilakukan dengan memahaminya dengan diam-diam
maupun diujarkan dengan suara nyaring. Pada penelitian ini dibahas tentang aktifitas membaca yang paling
mendasar, yaitu pada tingkatan belajar membaca. Dalam hal ini adalah membaca dalam bahasa Prancis. Oleh sebab itu, aktifitas membaca akan lebih ditekankan
pada kemampuan siswa dalam pemenggalan kata ketika melafalkan kalimat dengan intonasi yang tepat.
2.2 Klasifikasi Membaca
Klasifikasi membaca merupakan pengelompokan khusus pada keterampilan membaca. Menurut Tarigan 1989: 342 secara umum membaca
dibagi menjadi dua, yaitu: membaca nyaring dan membaca pemahaman. Membaca nyaring adalah aktifitas atau kegiatan membaca yang lebih ditujukan
pada pengucapan daripada pemahaman. Sebaliknya, membaca pemahaman lebih ditujukan pada pemahaman informasi yang hendak disampaikan penulis kepada
pembaca. Dalam
http:guruit07.blogspot.com200901jenis-jenis-membaca- dan.html dijelaskan bahwa ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara
pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi :
2.2.1 Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis,
dan pola-pola fiksi. Ada pula yang menyebut membaca pemahaman dengan sebutan membaca
dalam hati, yaitu: kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.
2.2.2 Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan
pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, di antaranya adalah :
a. menggunakan ucapan yang tepat,
b. menggunakan frase yang tepat,
c. menggunakan intonasi suara yang wajar,
d. dalam posisi sikap yang baik,
e. menguasai tanda-tanda baca,
f. membaca dengan terang dan jelas,
g. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
h. membaca dengan tidak terbata-bata,
i. mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
j. kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
k. membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
l. membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring di atas adalah keterampilan membaca nyaring dalam bahasa ibu. Meski demikian, ada poin-poin
tertentu yang sesuai jika diterapkan dalam membaca nyaring bahasa Prancis, yaitu pada poin a, b, c, d, e, f, h, j, dan l.
2.3 Jenis-Jenis Metode Membaca
Haryadi 2006: 42 menerangkan bahwa dari berbagai ragam metode membaca, dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: metode dasar, metode
menengah, dan metode lanjutan. Metode SAS yang akan diteliti dalam penelitian ini termasuk dalam
metode dasar, seperti yang dijelaskan oleh Wiryadijoyo dan Akhadiah dalam Haryadi 2006: 43 yang menyatakan bahwa metode membaca dasar permulaan
ada lima,yaitu: metode abjad, kupas rangkai suku kata, kata lembaga, global, dan struktur analisis sintesis SAS.
2.3.1 Metode Abjad
Metode abjad merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula yang baru belajar membaca atau baru
mengenal huruf dengan prosedur huruf dibaca dalam wujud abjad.
Contoh: Huruf a, b, c, d dan seterusnya dibaca a, be, ce, de, dan seterusnya.
2.3.2 Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Metode kupas rangkai suku kata merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula dengan prosedur mengurai
dan merangkai suku kata yang dibaca. Bacaan yang dibaca dalam bentuk suku kata.
Suku kata-suku kata tersebut dibaca dengan prosedur:
a. Tiap suku kata diurai atau dibaca huruf demi huruf.
b. Huruf demi huruf dirangkai atau dibaca menjadi suku kata
Contoh: bo-la b-o-l-a
bo-la
2.3.3 Metode Kata Lembaga
Metode kata lembaga adalah metode membaca yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan merangkai
kata lembaga yang dibaca. Kata lembaga merupakan kata yang sudah dikenal oleh pembaca. Kata yang sudah dikenal pembaca siswa sebagai materi bacaannya
supaya lebih mudah dalam belajar membaca karana kata yang dibaca sudah pernah didengar, bendanya sudah pernah dilihat, dan bahkan dimilikimya.
Bacaan yang dibaca tidak dalam bentuk suku kata, namun dalam bentuk kata. Kata-kata tersebut dibaca dengan prosedur:
a. Kata dibaca diuraikan menjadi suku kata-suku kata
b. Suku kata dibaca diuraikanmenjadi huruf demi huruf
c. Huruf demi huruf dibaca diuraikan menjadi suku kata
d. Suku kata-suku kata dibaca dirangkai menjadi kata.
Contoh: topi To-pi
t-o-p-i to-pi
topi
2.3.4 Metode Global
Metode global merupaka metode yang digunakan atau diperuntukan bagi pembaca pemula dengan prosedur memperkenalkan bacaan secara utuh , membca
bagian demi bagian unsur bacaan, dan membacanya secara utuh kembali. Contoh:
ini bola saya Ini
bola saya
i-ni bo-la
sa-ya i-n-i
b-o-l-a s-a-y-a
i-ni bo-la
sa-ya ini
bola saya
ini bola saya
2.3.5 Metode SAS Srtuktur Analisis Sintesis
Metode Struktur Analisis Sintesis SAS merupakan metode pembelajaran membaca permulaan membaca nyaring yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
membaca secara struktural, analisis, dan sintesis Haryadi 2006: 51. Menurut Sumarti dalam Tarigan 1990: 56-57, metode SAS yaitu dengan
mengenalkan kalimat secara menyeluruh kemudian dipecah atau dipisahkan menjadi kata perkata, lalu dipisahkan lagi menurut suku katanya, dan akhirnya
dipecah lagi menjadi huruf-huruf. Setelah itu semua disatukan kembali menjadi kalimat yang utuh.
Merujuk pada namanya, metode ini berisi dua jenis proses berfikir, yaitu sintesis dan analisis. Sintesis adalah proses berfikir menggabungkan atau
menyatukan. Sebaliknya analisis adalah proses berfikir menguraikan atau merinci http:penulisbujursangkar.blogspot.com.
Metode SAS adalah metode pembelajaran membaca permulaan membaca nyaring yang dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang. Metode yang
diterapkan pada siswa kelas I SD dalam belajar membaca bahasa Indonesia. Selanjutnya metode ini akan diterapkan pada siswa kelas X SMAN 1 Jepara untuk
mengetahui efektif tidakkah metode tersebut jika diterapkan dalam pembelajaran membaca dalam bahasa Prancis.
Penerapan metode ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1 Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru menjelaskan pelafalan huruf, accent, dan kata-kata dalam bahasa Prancis yang berbeda dengan bahasa Indonesia, termasuk
pengecualian-pengecualiannya. a.
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa penekanan pada bahasa Prancis terletak pada suku kata terakhir.
b. Guru menjelaskan cara membaca dalam bahasa Prancis secara umum
„ou‟ dibaca ‟u‟ „oi‟ dibaca „oa‟
„au‟ dibaca „o‟ „s‟ yang diapit dua huruf vokal dibaca „z‟
„ss‟ yang diapit dua huruf vokal dibaca „s‟ „ca‟ dibaca „ka‟
„ci‟ dibaca „si‟ „cu‟ dibaca „ky‟
„ce‟ dibaca „se‟ „co‟ dibaca „ko‟
„ga‟ dibaca „ga‟ „gi‟ dibaca „ʒi‟
„gu‟ dibaca „gy‟ „ge‟ dibaca „ʒe‟
„go‟ dibaca „go‟
2 Tahap Analisis
Analisis adalah proses berfikir menguraikan atau merinci. Pada tahap ini guru mengajarkan cara mengurai atau merinci kalimat menjadi kata, kemudian
suku kata dengan pemenggalan yang tepat. Contoh: Je vais au cinéma.
Jevaisaucinéma. Jevaisaucinéma.
3 Tahap Sintesis
Sintesis adalah proses berfikir menggabungkan atau menyatukan. Pada tahap ini guru menyuruh siswa melafalkan hasil dari penggabungan suku kata
menjadi kata, kemudian menjadi kalimat lengkap, dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Contoh: Jevaisaucinéma. Jevaisaucinéma.
Je vais au cinéma.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Struktur Analisis Sintesis adalah suatu metode yang dilakukan melalui proses yang
berulang-ulang. Penguraian-penggabungan dan sebaliknya, diharapkan mampu
melatih siswa melafalkan kata-kata dan atau kalimat dalam bahasa Prancis dengan lafal, pemenggalan, dan intonasi yang tepat.
Penerapan metode SAS dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis pada responden akan lebih difokuskan pada fonem-fonem bahasa Prancis
yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, serta fonem-fonem yang sama namun terkonstruk dari susunan huruf yang berbeda.
2.4 Prononciation
Pelafalan atau lebih dikenal dengan istilah prononciation adalah salah satu aspek yang penting dalam mempelajari bahasa asing. Ruslan 1996: 1
menyatakan bahwa dalam mempelajari bahasa asing pembelajar tidak hanya memerlukan pengetahuan tata bahasa dan kosakata, tetapi juga sangat penting
adalah pengetahuan tentang cara pengucapan. Kekeliruan atau ketidaktepatan dalam pengucapan suatu bahasa asing dapat menimbulkan kesalahpahaman di
antara pemakai bahasa tersebut. Bahasa Prancis mempunyai beberapa fonem yang sulit dilafalkan oleh
siswa dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan adanya beberapa tanda baca dan pelafalan yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu pengajaran
tentang prononciation hendaknya sedini mungkin diperkenalkan dalam proses belajar mengajar bahasa Prancis.
2.4.1 Pengucapan Abjad dalam Bahasa Perancis Ruslan 1996: 79
A [a]
J [ ʒi]
S [ ɛs]
B [be]
K [ka] T [ te]
C [ se]
L [ ɛl]
U [y] D
[de] M [
ɛm] V [ve]
E [ø]
N [ ɛn]
W[dubl əve]
F [
ɛf] O [o]
X [iks] G
[ ʒe]
P [pe] Y [i
ɡRɛk] H
[a ʃ]
Q [ky] Z [z
ɛd] I
[i] R [
ɛR]
2.4.2 Les voyelles vokal
Menurut Léon 1996 : 11 dalam bahasa Prancis terdapat dua jenis vokal yakni oral dan sengau.
1 Vokal Oral ;
Terjadinya bunyi vokal oral ini merupakan hasil dari proses keluarnya udara secara mutlak melalui mulut. Terdapat dua jenis vokal oral, yakni ;
a. Vokal Oral dengan Getaran Bunyi Tunggal
Vokal oral dengan getaran bunyi tunggal un seul timbre seperti bunyi [i] dalam si, fille, dan style, [y] dalam su, sûr, dan tu, dan [u] dalam sous, coûte, dan
oû. Selain voyelles orales dengan getaran tunggal, ketiga bunyi itu juga merupakan vokal tertutup voyelles fermées yang dihasilkan dari penyempitan
rongga mulut karena merapatnya lidah ke arah velum langit-langit. Meskipun ketiganya merupakan vokal oral tertutup namun dalam menghasilkan bunyi tadi
ketiganya juga harus memposisikan kedua labial bibir sebagai berikut ; posisi labial bibir untuk [i] adalah tidak bundar voyelle écartée, posisi labial bibir
untuk [y] adalah bundar dan maju voyelle arrondie et avancée, dan posisi labial bibir untuk [u] adalah bundar voyelle arrondie.
Pelafalan [i], [y], dan [u], dicontohkan oleh Léon 1964 : 15 secara teknis bagaimana cara memperagakan terjadinya bunyi vokal oral tersebut, sebagai
berikut :
1. Fonem [i]
Fonem [i] ; posisi lidah maju ke depan namun bentuk labial bibir melebar tidak bundar dan sedikit ditarik ke balakang, seperti dalam lit [li], cycle [sikl
ə], dan vas-y [vazi].
2. Fonem [y]
Fonem [y] ; posisi lidah sema seperti halnya mengucapkan [i] namun bentuk labial bibir bundar dan menjulur ke depan, seperti dalam huit [yit], nuit
[nyi], dan instruit [ ɛstry].
Teknik ucapan bunyi [y] Prancis : mula-mula mengucapkan bunyi [u] Indonesia, kemudian mengucapkan bunyi [i] akan tetapi diusahakan letak bibir
anda tetap ke depan seperti ketika mengucapkan bunyi [u]. Ruslan 1996 : 1
3. Fonem [u]
Fonem [u]; posisi lidah sama seperti halnya mengucapkan [y] namum bentuk labial bibir yang tetap bundar sedikit ditarik ke belakang, seperti dalam
oublie [ubli], souci [susi] dan gout [gu].
b. Vokal Oral dengan Getaran Bunyi Ganda