HIJAB PENGHALANG PERJALANAN

13. HIJAB PENGHALANG PERJALANAN

Bagaimana mungkin hati dapat disinari apabila masih terlukis gambar dunia dalam cermin hatinya, atau bagaimana mungkin bisa berjalan menuju Allah andai hatinya masih dibelenggu oleh syahwatnya, atau bagaimana mungkin akan bisa hadir di Haribaan-Nya jika belum suci dari junub kelalaiannya, atau bagaimana mungkin ingin dapat memahami rahasia-rahasia yang halus jikalau belum bertaubat dari dosa-dosanya (kelalaiannya, kesalahannya, kekeliruannya)

Petuah ke 13 ini mengingatkan manusia apabila menjalani uzlah maka uzlah lahiriah saja tidak cukup untuk membersihkan hati, jika hati tidak ikut beruzlah maka pengasingan diri tidaklah berarti apa-apa. Permasalahan seseorang yang beruzlah akan dihadapkan dengan terikan-tarikan duniawi seperti gambaran yang diinginkan dalam bendawi contoh harta, tahta dan wanita, kehendak atau syahwat pada yang diinginkan, kelalaian hati akan Allah dan dosa yang belum dibersihkan akan mempengaruhi hati.

Dalam Al- qur‟an manusia adalah makhluk yang sebaik-baiknya ciptaan Allah swt

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .(Q.S At-Tin : 4)

Manusia sering disebut sebagai makhluk multi dimensi karena tersusun dari multi anasir dan multi unsur, dari mulai anasir tanah, air, api dan angin, juga dari unsur-unsur dari sekian benda dan makhluk hidup seperti anasir emas, perak, besi juga dari unsur tumbuhan, hewan begitu pula dari unsur syaitan dan malaikat

Masing-masing anasir dan unsur ini berusaha menarik dan memikat hati untuk tertuju kepada masing-masing, tarik menarik berbagai anasir dan unsur ini membuat hati mengalami gonjang- ganjing dan kekacauan, kekacauan ini mengakibatkan hati menjadi keruh dan hati yang keruh tidak akan mampu menerima cahaya Ilahi yang menjadikan hati itu beriman dan bertauhid.

Hendak kemana mencari obat untuk dapat mengobati hati yang keruh ini, mengobati kekacauan hati sangatlah penting untuk membuat hati menjadi jernih dan dapat menerima signal-signal Hendak kemana mencari obat untuk dapat mengobati hati yang keruh ini, mengobati kekacauan hati sangatlah penting untuk membuat hati menjadi jernih dan dapat menerima signal-signal

Selain pengaruh daya tarik berbagai anasir dan unsur diatas, hati juga sering dikelabuhi oleh syahwat, nafsu syahwat adalah semua keinginan kemanusiaan yang berseberangan dengan Kehendak Allah swt, syahwat bekerja untuk mengajak manusia selamanya jauh dari nilai-nilai ketuhanan dan aturan main Allah swt, syahwat mempengaruhi pendirian manusia agar tidak menerima dantidak puas diri dengan apa yang diberikan Allah. Bagi setiap penempuh jalan Ilahi semestinya mampu melepaskan diri dari pengaruh syahwat dan masauk dalam lingkup kepasrahan yang dapat menerima akan segala ketentuan Allah yang diberikan kepadanya

Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. dan cukuplah Allah menjadi pelindung (bagimu). dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu). (Q.S An-Nisa : 45) Sikap selanjutnya yang di sorot oleh petuah ke 13 ini kelalaian akan Allah yang dianalogikan dalam istilah junub bathin, Dalam fan fiqih bahwa orang yang sedang junub mendapat larangan untuk melaksanakan ibadah sebelum mereka bersuci begitu pula orang sedang junub bathin yaitu lalai akan Allah swt dilarang memasuki Haribaan Tuhan, di dalam Al- qur‟an terdapat ancaman bagi mereka yang lalai dalam shalatnya (mempunyai junub bathin), bahwa neraka wail lah yang akan menjadi bagi mereka yang lalai dalam shalatnya

Maka neraka wail lah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (Q.S Al- Ma‟un : 4-5)

Itulah ancaman bagi mereka yang melaksanakan shalatnya dalam keadaan lalai, sebagitu beratkah ancamannya ? Hati yang khusuk laksana seorang yang menghadap raja dengan menghadapkan wajahnya, duduk dengan penuh sopan, berbicara dengan halus dan tak pernah mengangkat kepalanya, seseorang yang lalai ibarat orang menghadap raja dengan membelakanginya, duduk dan berbicara jauh dari nilai-nilai santun, maka perbuatannya mengundang sang raja marah, andai raja di dunia bisa marah apalagi Sang Raja Diraja sangat pantas dan berhak murka kepada hamba- hambanya yang kurang beradab, karena perbuatan lalai merupakan penghinaa terhadap nilai-nilai ketuhanan.

Sikap yang terakhir yang disorot oleh petuah Ibnu Atha yang ke 13 ini adalah dosa dan kesalahan yang belum dibasuh dengan air taubat, dosa dan kesalahan yang belum terampuni adalah merupakan penghalang untuk dapat memahami rahasia-rahasia ketuhanan. Pintu yang harus dibuka untuk masuk dalam haribaan Tuhan adalah pintu taubat, mereka yang sudah berusaha mensucikan hatinya namun belum bertaubat maka mereka termasuk orang yang menunggu di depan pintu Haribaan Tuhan.

Taubat dalam arti bahasa adalah kembali, sementara taubat memiliki makna kembali kepada Allah swt orang yang terjerumus dalam dosa mereka terpelenting jauh dari Allah, meski sudah tidak dilakukannya lagi dosa tersebut bahkan mereka sudah meningkatkan kapasitas ibadahnya namun tanpa taubat mereka tetap akan berjauhan dengan Allah, para ahli perjalanan menyatakan dengan tegas bahwa taubat yang paling halus adalah penghayatan kalimat

Segala sesuatu yang dilakukan manusia seluruhnya berasal dari Allah dan akan kembali pula kepada Allah baik berupa keinginan dan amal. Allah memberikan segala sesuatu kepada makhluk dan yang datang dari keUluhiyahan Tuhan semuanya sempurna, sementara sayangnya makhluk- Nya tidak dapat melaksanakan kesempurnaan itu. Sebagai makhluk seyogyanya harus menerima segala sesuatu yang datang dari upayanya adalah rendah nilainya dan segala urusan semestinya dikembalikan kepada Allah swt, karena semakin tinggi makrifat seseorang mereka semakin sering mengakui kelemahannya dan memohon ampunan dan lebih meningkatkan ibadahnya dan berusaha menyerahkan segala urusan kepada Allah sebagai sumber munculnya segala urusan.

Apabila seorang manusia selalu menyerahkan segala urusannya kepada Allah swt maka Allah sendiri yang akan mejaminnya, jika sudah meraih jaminan Allah sudah barang tentu segala yang diinginkannya akan sesuai dengan Kehendak Allah, sampailah dia pada tahapan orang yang mendengar bukan dia yang mendengar tetapi Allah yang Mendengar, melihat bukan dia yang melihat melainkan Allah yang Melihat dan bicara bukan dia yang bicara tapi Allah yang Bicara, orang seperti ini desebut insan sirrullah.