PEMAHAMAN TENTANG JANJI ALLAH

7. PEMAHAMAN TENTANG JANJI ALLAH

Jangan sampai meragukan kamu akan janji Allah seandainya tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tiba masanya, supaya tidak menyalahi pandangan mata

hatimu atau memadamkan cahaya hatimu

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat (Q.S Al-Fath : 27)

Manusia tidak mengetahui kapan dan bagaimana Allah akan menurunkan kurnia dan anugerah, kadang manusia menyangka dengan ciri dan tanda, mereka mengira mungkin waktunya telah tiba padahal Allah belum menghendakinya, maka seandainya tidak terjadi apa yang telah dikira-kirakan hendaknya manusia menyadarinya dan tidak meragukan janji-janji Allah, sebagimana yang telah dibebebrkan dalam ayat Al- qur‟an, yang menjelaskan selang beberapa lama sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad s.a.w. bermimpi bahwa beliau bersama Para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam Keadaan sebahagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslim, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekah Maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Melihat kenyataan tersebut membuat kecewa dikalangan sahabat, maka ketika Umar mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasulullah dan dijawab oleh beliau : Aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya Allah tidak akan meninggalkan aku. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. dan sebelum itu dalam waktu yang dekat Nabi akan menaklukkan kota Khaibar. andaikata pada tahun terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum Muslim memasuki kota Mekah, Maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang Menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu. Dalam ayat lain dikemukakan

sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (Q.S Al-Baqarah : 214)

Dalam doa dan janji Allah mengabulkan setiap doa dalam Al- Qur‟an dan hadits Rasul seolah laksana dua sisi mata uang, kedua nya selalu beriringan, tapi dalm kenyataan yang dialami manusia masih banyak orang yang berdoa untuk dihindarkan dari musibah tapi tetap musibah tersebut seolah lengket dalam kehidupannya sementra pertolongan Allah terasa lama untuk tiba mengatasi masalah tersebut, sering peristiwa itu melanda kehidupan setiap insan dan tek pelak menimbulkan keraguan dihati mereka akan janji-janji Allah swt.

Dan masih banyak janji-janji Allah dalam Al- qur‟an seperti halnya dalam beberapa surat di bawah ini

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran . (Q.S Al-Baqarah : 186)

T.idaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar (Q.S An- Nisa : 95)

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal- amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (Q.S An_Nur : 55)

Di samping ayat-ayat di atas masih banyak janji-janji Allah dijelaskan dalm Al- qur‟an sesuai dengan berlakunya hukum kausalitas, sementara Allah memasang janji tersebut untuk mendorong semangat manusia dalam berdoa padahal apa yang akan Allah berikan melebihi dari janji-janji-Nya. Selain ada manusia yang meyakini benar akan janji-janji Allah dan menjalankan doanya sesuai dengan tujuan Allah adapula orang yang dalam berdoanya memikul sejuta keinginan yang harus dipenuhi, karena mereka beralasan dengan ayat-ayat yang berkaitan janji Allah dengan amal.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam petuah Ibnu Atha yang ke enam menjelaskan seputar doa, maka dalam petuah ketujuh ini Ibnu Atha menjelaskan keterkaitan mata hati dengan cahaya hati. Seperti yang dijelaskan terdahulu bahwa mata hati yang telah terbuka akan mampu menyingkap keindahan keghaiban yang berkaitan dengan rahasia langit syahadah dan alam -alam dibalinya. Mata hati yang telah disinari cahaya hati akan terus mengungkap dan menyentuh ketuhanan selanjutnya, disini mata hati mampu menyentuh kulit alam yang disebut dengan Arasy, dimana tidak ada satu makhluk Allah swt yang hidup diluar kulit atau kerangka alam yang disebut arasy ini, meski diluar kulit alam ini tidak ada satu pun wujud makhluk mata hati mampu terus menyeruak keluar kulit alam dan mampu menyingkap ketuahan, dari sini mulai manusia tidak mampu menguraikan apa yang ada dan terjadi diluar kulit alam ini, seluruh peristiwa dan makhluk yang diciptakan berada didalam kulit alam yaitu Arasy, Arasy merupakan kerangka terakhir yan g diciptakan Allah, diluar kulit alam ini sudah tidak bisa disebut lagi dengan istilah alam karena disini sudah merupakan arena ketuahan, tetapi bukan berarti kewujudan Tuhan merupakan jenis alam lain karena Allah berdiri sendiri dan tidak menempati ruang atau waktu. Mungkin sebagian penempuh jalan Ilahi akan bertanya, setelah pengelanaan di alam maya hampir semua tempat disinggahi namun tetap Allah tidak dapat ditemui?

Disini perlu diketahui dan difahami dengan sebenarnya tapi bukan untuk semua manusia melainkan bagi mereka yang sudah mampu menguak nilai-nilai ketuhan dibalik seluruh ciptaan- Nya, yang belum mengalami ketebukaan mata hati yang telah disinari dengan cahaya hati jangan sekali-kali bertanya dan mempertanyakannya karena masih jauh dari jangkauan. Catatan ini hanya bagi mereka yang dirundum bingung dan bimbang setelah menyambangi kulit alam dan bahkan sampai melintasinya dan bertanya dimana Allah ?

Antar makhluk dan khaliknya ada pemisah yang sering disebut dikalangan para penempuh jalan Ilahi dengan istilah barzakh, sebagiman antara makhluk ada juga istilah barzah. Barzah adalah pemisah dan sekaligus penghubung antara dua hal yang berbeda, antara alam sementara (dunia) dan alam abadi (akhirat) ada barzakh begitu pula seperti siang dan malam begitu pula sebaliknya, antara siang dan malam ada barzakh, yakni satu suasana yang berbeda dengan siang atu pun malam, dikatakan siang tidak bisa karena suasana malam sudah masuk dan dikatakan malam waktu siang belum habis maka suasana semacam ini dalam istilah bahasa arab disebut dengan waktu sihir atau yang sering disebut petang dalam bahasa Indonesia, begitu [ula dengan waktu dipagi hari sebelum waktu malam belum habis suasana siang telah datang. Contoh lain seperti halnya dua buah besi di satukan yang disebut las, maka las ini merupakan barzakh antara dua besi yang semula berpisah, Antar makhluk dan khaliknya ada pemisah yang sering disebut dikalangan para penempuh jalan Ilahi dengan istilah barzakh, sebagiman antara makhluk ada juga istilah barzah. Barzah adalah pemisah dan sekaligus penghubung antara dua hal yang berbeda, antara alam sementara (dunia) dan alam abadi (akhirat) ada barzakh begitu pula seperti siang dan malam begitu pula sebaliknya, antara siang dan malam ada barzakh, yakni satu suasana yang berbeda dengan siang atu pun malam, dikatakan siang tidak bisa karena suasana malam sudah masuk dan dikatakan malam waktu siang belum habis maka suasana semacam ini dalam istilah bahasa arab disebut dengan waktu sihir atau yang sering disebut petang dalam bahasa Indonesia, begitu [ula dengan waktu dipagi hari sebelum waktu malam belum habis suasana siang telah datang. Contoh lain seperti halnya dua buah besi di satukan yang disebut las, maka las ini merupakan barzakh antara dua besi yang semula berpisah,

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (Q.S Qaaf : 16)

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S At-Takwir : 29)

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-Insan : 30)

Jadi segala sesuatu yang berkaitan dengan kehendak manusia dalam melakukan amal apa pun tak lepas semuanya dari takdir dan iradah Allah, tanpa Iradah Allah mustahil manusia dapat melakukannya, begitu pula setiap kekuatan dan daya manusia dalam melakukan kebaikan tak lepas dari daya dan kekuatan yang Allah kehendaki, mampunya manusia berdoa dan beramal adalah semata kurnia Allah swt. Apalagi kalau melihat saat manusia dilahirkan

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl : 78)

Seandainya manusia memahami dengan baik isyarat-isyarat dari ayat-ayat di atas maka mereka akan menyadari bahwa manusia tidak memiliki hak menuntut Allah swt dengan doa dan amal mereka. Kalau ditelusuri memang benar Allah berjaji akan mengabulkan doa diidentikkan dengan amal namun maksud Allah lebih jauh dari apa yang difirmankan-Nya, dan tak ada makhluk yang pantas untuk menagih janji kepada Allah. Seandainya ada makhluk yang hendak memperhitungkan tentang janji Allah maka hendaknya mawas diri dan sadar diri, betapa banyak nikmat yang Alllah Seandainya manusia memahami dengan baik isyarat-isyarat dari ayat-ayat di atas maka mereka akan menyadari bahwa manusia tidak memiliki hak menuntut Allah swt dengan doa dan amal mereka. Kalau ditelusuri memang benar Allah berjaji akan mengabulkan doa diidentikkan dengan amal namun maksud Allah lebih jauh dari apa yang difirmankan-Nya, dan tak ada makhluk yang pantas untuk menagih janji kepada Allah. Seandainya ada makhluk yang hendak memperhitungkan tentang janji Allah maka hendaknya mawas diri dan sadar diri, betapa banyak nikmat yang Alllah

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q.S Ibrahim : 34)

Oleh karena itu manusia mesti menyadari, memahami dan menerima segala ketentuan Allah tak perlu merajuk dan menuntut janji Allah apalagi menuding Allah tidak memenuhi janji-Nya, berlindunglah dbawah naungan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya.

Bercerminlah pada Rasulullah sebagaimana yang tertulis dalam surat Al-Fath ayat 27, Dalam mimpinya Rasulullah telah dijanjikan bahwa umat muslim waktu itu akan dapat melakukan umrah, tetapi kenyataannya berkata lain, rombongan kaum muslimin dihadangnya oleh kaum kafir dan munafik, sehingga Rasul dengan dukungan Abu Bakar menyetujuai perjanjian Hadaibiyah, sementara janji Allah melalui mimpi Rasulullah tersebut bukan tahun itu melainkan tahun mendatangnya.

Rasulullah tidak menuntut kepada Allah akan janji lewat mimpinya melainkan Rasulullah mengembalikannya kepada Allah penuh tawakkal.

Berkaitan dengan dukungan Abu Bakar Kepada Rasulullah bukan semata karena hormatnya beliau kepada Rasulullah tepi didukung pula dengan penyinaran cahaya rahasia hati Abu Bakar yang telah mencapai kesempurnaan.