HARAPAN UNTUK MURAQABAH

31. HARAPAN UNTUK MURAQABAH

Janganlah engkau menunggu sampai selesai seluruh rintangan, karena hal demikian akan menghalangimu dalam mendekati Allah swt melalui sesuatu yang engkau didudukan di dalamnya.

Dalam petuah ke-30 yang telah lalu manusia dibawa untuk merenung dan menghayati qadar (taqdir) sampai tingkat yang sangat halus, pada saat seseorang didudukkan dalam satu arena qadar (taqdir), maka manusia tidak mampu menolak untuk mengikuti peristiwa yang terjadi, warna dan rupa, ruang dan waktu, nama dan cerita mewarnai qadar (taqdir) yang ditentukan. Setiap dari masing-masing menawarkan pesonanya untuk menarik hati, andai dari salah satunya dapat menawan hati maka menjadi penghalang untuk mendekati Allah swt. Perlu diketahui qadar (taqdir) Allah swt akan terus berjalan tiada henti maka halang dan rintang pun tidak akan pernah habis. Apabila manusia lemah lunglai dalam lautan qadar (taqdir), terpesona dan terkesima dengan kemilau warna dan rupanya, mabuk dengan terpaan gelombangnya, selama itu pula mereka terhijab dari Allah swt.

Tuntutan dalam agama tentang beriman terhadap qadha dan qadar bukan berarti harus tenggelam dalam samuderanya, beriman terhadap qadha dan qadar hendaknya manusia mengikuti rentak ombaknya dan hembusan anginnya namun tetap pandangan tertancap pada daratan, bukan membiarkan diri tenggelam dan terkubur di dasarnya. Apabila ombak dan badai qadar menerpa manusia, hendaknya mereka menjaga bahtera yang ditumpanginya, baik bahtera asbab maupun bahtera tajrid keduanya sama butuh perjuangan dan pertimbangan, andai para penghuni bahtera asbab harus mengayuh dayung dan mejaga kemudi sesuai dengan aturan main asbab musabbab, dan bagi para penghuni bahtera tajrid meskipun mengayuh dayung sudah bukan garapannya lagi namun mereka tetap harus menjaga kemudinya agar tidak melenceng dari daratan tempat berlabuh.

Setiap qadar (taqdir) yang datang melingkupi manusia membawanya memasuki ruang dan waktu, dan dalam ruang dan waktu tersebut manusia mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan dan begitu pula larangan yang tidak boleh dilaksanankan, amanah yang harus diemban manusia sebagai pengujian dari Allah swt, qadar (taqdir) adalah merupakan utusan yang mengajak manusia memperhatikan af‟al Allah swt, asma-Nya, Sifat-shifat-Nya dan Dzat-Nya. Mustahil dalam setiap qadar (taqdir) apabila tidak terdapat tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah swt.

Sementara ketidak mampuan melihat ayat-ayat Allah swt dalam setiap qadar (taqdir) adalah bukti bahwa pandangan mereka hanya tertuju pada makhluk dan perputaran qadar (taqdir) atau asbab musabbab, apabila pandangan seseorang masih terbelenggu dengan hal tersebut maka makhluk dan perputaran qadar (taqdir) menjadi hijab antara mereka dengan Allah swt.

Bagi mereka yang sudah mampu mengurai hati dari ketergantungan dengan setiap kejadian dan perputaran qadar (taqdir), hatinya tidak lepas dari kebergantungan dan ingatannya tertuju hanya kepada Allah swt semata, setiap kejadian dan qadar (taqdir) dijadikannya jalan untuk mendekati- Nya.

Dalam menerima kedatangan qadar (taqdir) mungkin hati manusia tertuju pada duniawi maupun ukhrawi, bagi para pemula pendaki menuju Allah tarikan duniawi hendaklah dianggapnya sebagai halangan sementara tarikan ukhrawi anggap sebagai jalan mendekati haribaan-Nya, meskipun sebenarnya duniawi dan ukhrawi adalah halangan karena keduanya adalah makhluk yang diciptakan, seperti surga, arasy, kursi dan lainnya adalah alam atau makhluk yang diciptakan.

Manusia yang benar-benar menyempurnakan kewajibannya terhadap Allah swt adalah orang yang selamanya tidak pernah berpaling sedetik pun dari memandang Allah swt, meski didudukkan dalam barbagai bentuk qadar (taqdir), setiap ruang dan waktu dijadikannya sebagai sarana pendekatan dirinya kepada Allah swt.

32. SIFAT DUNIA

Janganlah engkau hiraukan lantaran terjadi kekeruhan ketika kamu berada dalam dunia, sebab sesungguhnya kekeruhan itu tidak mungkin terjadi melainkan karena itulah yang paling pantas terjadi dan itulah sifat dunia yang asli

Petuah ke 32 ini sebagai penghkhususan bahasan dari petuah sebelumnya, perbincangan disini tentang dunia sebagai hijab / penghalang hati untuk dapat memandang ayat-ayat Allah dalam setiap perputaran qadar (taqdir). Dalam memandang dunia manusia terbagi dalam dua pandangan, sebagian memandang segala yang terjadi akibat dari perbuatan makhluk, sebagian yang lain memandang semuanya adalah perbuatan Tuhan.

Sementara yang disasar oleh petuah ini adalah barisan manusia yang memandang dunia adalah perbuatan Allah swt namun mereka tidak melihat keadilan dan kebijaksanaan Allah swt dalam perbuatan-Nya. Golongan di atas adalah barisan manusia yang telah mendapatkan hidayah keinsyafan maka dengan sendirinya pula hati mereka sudah mulai bersih, di tahapan ini mereka sangat mengharapkan bahwa Dinul Islam ingin tegak di bumi Allah ini, mereka menginginkan umat Nabi Muhammad mampu menguasai dunia, mereka mengharapkan kedamaian yang menyeluruh di bumi ini. Itulah sebagian keinginan yang timbul dari hati yang sudah mulai berangsur bersih, namun apa yang terjadi dalam kenyataannya terbalik seratus delapan puluh derajat dengan apa yang diinginkan oleh mereka. Pembantaian dan penindasan bahkan sampai pembunuhan umat islam terjadi dimana-mana, Israel semakin menggila membantai rakyat Palestina. Kedhaliman terhadap umat islam berlangsung dengan leluasa, seruan dan demonstrasi untuk kedamaian tidak dihiraukan, ajakan kepada kebenaran semakin diabaikan serta kemunkaran merajalela disetiap sudut dunia.

Bagi mereka terjadinya kekisruhan dan kekeruhan yang terjadi di pentas dunia ini hanya mampu mengusap dada, seluruh kejadian tersebut seolah menjadi ujung belati yang menikan dan menancap

tepat dijantungnya. Hatinya teriris dan merintih, “risalah-Mu Tuhan dicemooh dan diinjak-injak, dimanakah Kuasa-Mu untuk membelanya? Umat islam yang selamanya memuji-Mu ditindas, disiksa dan dibunuh, dimanakah uluran tangan-Mu untuk menolong mereka? Asma-Mu yang indah digantikan dengan kata-kata kotor, apakah Engkau hanya diam membisu seribu bahasa Tuhan?

Itulah gejolak hati barisan manusia yang keheranan melihat kekisruhan yang terjadi disekelilingnya sementara mereka tidak mampu memperbaikinya. Padahal sebenarnya mereka tidak perlu heran karena Allah swt telah berfirman dalam Al- Qur‟an

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30)

Sebuah bayangan dan prediksi yang tepat dari para malaikat bahwa pertengkaran, perselisihan dan pembunuhan akan terjadi di dunia, Allah Maha Mengetahui karena dalam garis taqdir Tuhan bahwa dunia adalah ibu dan kekacauan, pertengkaran, pembantaian dan sampai pembunuhan adalah putranya, sementara seorang ibu tidak akan melahirkan kecuali yang sesuai dengan jenis dirinya sendiri, apabila terdapat kedamaian dan ketenangan yang terjadi di dunia itu merupakan kelahiran yang tidak mengikuti sifat ibunya, serumpun pohon bambu tidak lurus semua.

Allah memiliki ketentuan sendiri tentang dunia, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al- Qur‟an

             

Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan". (QS Al- A‟raaf : 24)

33. ALLAH SWT TEMPAT BERSANDARNYA NIAT

Tidak akan dihampiri kesia-siaan apabila sesuatu maksud disandarkan kepada Allah swt dan tidak akan mudah tercapainya sesuatu apabila maksud disandarkannya kepada diri

sendiri

Petuah ke 32 di atas Ibnu Athaillah menggambarkan kondisi manusia yang mengharapkan kedamaian menjelma dengan indahnya di pentas dunia ini. Mereka berusaha untuk mewujudkan harapannya namum kenyataannya dunia tetap carut marut, kekacauan, pembantaian, perampokan, penindasan hak sampai pada pembunuhan selalu menghiasi berita setiap hari. Usaha mereka untuk kedamaian selamanya berada dalam kegagalan. Taqdir Tuhan maha kuat untuk diurai, Dia mensifati dunia dengan huru-hara dan kekacauan. Ketentuan Allah swt tidak ada yang mampu mengubahnya, segala upaya untuk perubahan tersebut hanya akan mendapatkan kesia-siaan belaka.

Untuk menghadapi taqdir Allah swt tidak ada satu jalan pun kecuali dengan menyongsongnya dengan kekuatan-Nya pula, begitu pun menghadapi kekuatan yang dimiliki dunia adalah kekuatan kepasrahan kepada Allah swt. Allah dan Rasul-Nya mengajarkan untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah dan mengembalikan kepada-Nya.

Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya". (QS. Al- Mu‟min : 44)

Sesungguhnya segala sesuatu datang dari Allah dan kepada Allah pula tempat kembali segala sesuatu.

Konsep penyerahan dan kepasrahan kepada Allah swt perlu difahami dengan seksama, ada tiga hal dalam praktisnya, yaitu

1. Menyerahkan diri kepada Allah swt

2. Bersandar kepada Allah swt

3. Menyerahkan segala urusan kepada Allah swt

Agar dapat memahami hal di atas sikap yang harus diambil, adalah

1. Tanamkan dari awal niat yang baik karena amal tergantung pada niat yang suci dan niat yang suci kembalinya menuju nilai ikhlas yang hakiki

2. Mengikuti menerima sepenuh hati aturan pelaksanaan ibadah maupun kehidupan yang telah digariskan Allah dan disampaikan oleh Rasul-Nya.

3. Beramal sesuai dengan tahapan / maqam masing-masing, karena beramal tidak sesuai dengan tahapan maka masuk pada lembah khayal belaka.

Maka dengan itu Allah dan Rasul-Nya mengajarkan bahwa manusia seyogyanya senantiasa berserah diri kepada-Nya dalam setiap urusan apapun rona dan warna kehidupan yang digariskan taqdir kepadanya.

Rasulullah mengajarkan dalam sebuah hadits

Apabila kamu bermohon, bermohonlah kepada Allah swt dan apabila kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa seandainya seluruh makhluk bahu membahu membantu kamu untuk mendapatkan sesuatu yang tidak ditulis Allah swt untuk kamu, pasti mereka tidak akan sanggup mengadakannya, dan seandainya seluruh makhluk bermaksud memadharatkan (menjatuhkan kamu) dengan sesuatu yang tidak ditulis Allah swt, niscaya mereka tidak akan mampu berbuat demikian. Semua buku telah terlipat dan semua pena telah kering.

Sebuah pengajaran yang berkaitan dengan ketauhidan dari seorang Rasul untuk umatnya, dimana nilai kepasrahan kepada Allah merupakan pengajaran tertinggi karena menghantarkan manusia pada satu keyakinan tiada yang menjadi tujuannya kecuali Allah swt. Selain Allah semuanya kerdil dan kecil bahkan tidak ada sama sekali dalam ruang hati mereka.