34 Divisi
: Monomychota Sub divisi
: Schizomycetes Bangsa
: Eubacteriales Suku
: Enterobacteriaceae Marga
: Shigella Species
: Shigella dysentrieae Shigella dysentrieae
merupakan bakteri gram negatif, tidak bergerak, bakteri anaerob fakultatif, berbentuk batang ramping, tidak berkapsul. Koloni
bulat transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2 mm. Kuman ini sering ditemukan pada pembenihan diferensial karena
ketidakmampuan meragikan
laktosa. Bakteri
Shigella dysentrieae
menghasilkan racun yang dapat menyerang permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare berdarah
Dwidjoseputro, 1987.
2.11 Fase Pertumbuhan Bakteri
Fase pertumbuhan bakteri meliputi fase lamban, fase logaritma, fase statis dan fase penurunan atau kematian Soenarto, 1988.
a. Fase Lamban lag phase
Fase ini merupakan fase penyesuaian bakteri terhadap suatu lingkungan baru. Ciri–ciri fase ini yaitu tidak ada pertambahan populasi, sel mengalami
perubahan dalam komposisi dan bertambah ukurannya Soenarto, 1988.
Universitas Sumatera Utara
35
b. Fase Logaritma exponential phase
Fase ini terjadi setelah sel bakteri menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Ciri-ciri fase ini yaitu sel membelah dengan laju yang konstan, jumlah sel
bakteri baru meningkat secara eksponensial, massa menjadi dua kali lipat dengan laju yang sama dan keadaan pertumbuhan seimbang Soenarto, 1988.
c. Fase Statis stationary phase
Dalam fase ini kecepatan tumbuh sama dengan kecepatan mati. Ciri-ciri fase ini beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah sehingga
jumlah sel yang hidup menjadi tetap Soenarto, 1988. d. Fase Penurunan period of decline atau Fase Kematian
Ciri-ciri fase ini yaitu sel yang mati lebih cepat daripada terbentuknya sel-sel baru karena jumlah nutrisi berkurang, terjadi akumulasi zat toksin dan
laju kematian mengalami percepatan menjadi eksponensial Soenarto, 1988. Fase Stasioner
Fase Eksponensial
Fase Kematian Fase
fase Lag
5 10
Grafik pertubuhan bakteri
2.12 Media Pertumbuhan Bakteri
Pembiakan bakteri dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara
diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam
Waktu
Universitas Sumatera Utara
36 metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air,
sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor
pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin Lay, 1992. I. Bedasarkan asalnya, media dibagi atas Lay, 1992:
1. Media sintetik, yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat dan magnesium fosfat.
2. Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak
diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam. Contohnya: pepton, ekstrak daging, ekstrak ragi, kaldu daging.
II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi Dwidjoseputro, 1987: 1
Media selektif, yaitu digunakan untuk menyeleksi pertumbuhan mikroba yang diperlukan dari campuran mikroba-mikroba lain yang
terdapat dalam bahan yang akan diperiksa. Dengan penambahan zat-zat tertentu mikroba yang dikehendaki dapat dipisahkan dengan mudah.
Media ini sangat berguna untuk identifikasi, contohnya: SS-agar yang digunakan untuk mengisolasi bakteri jenis Salmonella dan Shigella.
2 Media diferensial, yaitu pada media ini sering ditambahkan zat warna
untuk mencegah pertumbuhan bakteri tertentu. Namun tidak mengganggu pertumbuhan yang lain Karen amedium ini memiliki
organism tertentu. Penambahan garam empedu pada medium ini dapat
Universitas Sumatera Utara
37 menjadikan pilih-pilih terhadap organism patogen saluran pencernaan
Soenarto, 1988. 3
Media diperkaya, dibuat dari media dasar dengan penambahan bahan- bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan mikroba tertentu yang
pada media dasar tidak dapat tumbuh dengan baik. Maka dari itu dibutuhkan beberapa penambahan nutrisi pengaya kedalam media dasar
yang dapat menyokong pertumbuhan mikroba, misalnya dengan menambahkan darah, serum atau ekstrak hati.
III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas Dwidjoseputro, 1987: 1
Media padat solid, pada zaman dahulu orang lazim menggunakan kentang yang dipotong-potong serupa silinder untuk medium. Suatu
penemuan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar. Kemudian disterilkan, dan kemudian
dibiarkan mendingin maka akan diperoleh medium padat. 2
Media semi solid, yaitu penambahan zat pemadat hanya ±50. Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak
memerlukan kandungan air dan hidup anaerob fakultatif, atau untuk pemeriksaan pergerakkan bakteri.
3 Media cair, yaitu biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagai
berikut 1 liter air ditambahkan 3 g kaldu daging sapid an 5 g pepton. Medium tersebut ditentukan pH 6,8-7
Universitas Sumatera Utara
38
2.13 Metode Isolasi Biakan Bakteri