Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Penyelenggaraan pengelolaan DAS
5. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Penyelenggaraan pengelolaan DAS
6. Pengawasan Kehutanan
Penyelenggaraan pengawasan terhadap pengurusan hutan
Sebab harus bercampur dengan bidang pembangunan jika dicoba dahulu untuk melihat posisi masing- lainnya, yang terkadang memiliki kepentingan yang
masing institusi (Kementrian/SKPD/UPTD) dalam jelas berbeda ( conflict of interests). Ini dikarenakan
kerangka tingkat administratif (Pusat; Provinsi; urusan pilihan sangat tergantung dari pertimbangan
Kabupaten/Kota) dan ranah institusional yang berlaku masing-masing Daerah. Misalnya ada Daerah yang
di Indonesia. Khususnya dalam Bidang Kehutanan Bidang Kehutanan dijalankan penuh sebagai Dinas
melalui diagram sederhana di bawah ini (Gambar 4.1) Kehutanan, tetapi ada yang menggabungkan dengan Pertanian/Perkebunan, atau menjadi bagian dari tupoksi Dinas Lingkungan Hidup. Bahkan ada yang menggabungkannya dengan sektor Non Pertanian. Contohnya Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi. Apapun bentuk SKPD yang ditetapkan oleh daerah yang bisa jadi berbeda-beda, dipertimbangkan akan membantu dalam analisis tupoksi lebih lanjut
36 • Pengarusutamaan Pengurusan Hutan di Daerah
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementri an Dalam Negeri
Gubernur
Bupat i/Wali kota
UPT Pusat
UPT Pusat
SKPD Provinsi Bidang Kehutanan
SKPD Kab/Kota Bidang Kehutanan
KP H ?
KPHK KPHL/P
Bidang Kehutanan
UPTD Provinsi
Bidang Kehutanan
UPTD Kab/Kota
Gambar 4.1 Kerangka Institusi Bidang Kehutanan Tingkat Pusat dan Daerah
Penjelasan ringkas dari Gambar 4.1 di atas, institusi/SKPD Bidang Kehutanan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang bertanggung jawab kepada pimpinan daerah (Gubernur atau Bupati/ Walikota) bukanlah merupakan elemen vertikal dari Kementrian Kehutanan, melainkan Kementrian Dalam Negeri. Institusi vertikal dari Kementrian Kehutanan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat yang bisa pada level regional (membawahi beberapa provinsi, misal yang disebut dengan Balai Besar) atau hanya pada satu provinsi (misalnya Balai Taman Nasional). Sebetulnya pada pada tingkat regional ada juga yang disebut dengan Pusat Pengendalian Regional (Pusdalreg) Kehutanan, meskipun tidak tergambar dalam diagram di atas. Sehingga Kementerian Kehutanan hanya memiliki jalur koordinasi dan/atau memberikan petunjuk teknis/pelaksanaan apabila Peraturan Daerah atau Peraturan Pimpinan Daerah (Gubernur dan Bupati/ Walikota) akan disusun. Sementara Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai pimpinan daerah otonom memiliki jalur koordinasi, walaupun pada saat Gubernur bertindak sebagai wakil Pemerintah di daerah (dekonsentrasi), maka ada kewenangan
yang melekat untuk mengoordinasikan tingkat kabupaten/kota. Sementara pada level di bawah SKPD di Provinsi/Kabupaten/Kota dimungkinkan (PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat di Daerah) pembentukan UPTD sesuai dengan kewenangan pemerintahan yang dimiliki. Posisi KPHK secara jelas diproyeksikan untuk menggantikan UPT Pusat. Sementara KPHL dan KPHP, meski dalam Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di Daerah, dituntut dalam bentuk SKPD tetapi dalam kenyataannya sebagian besar daerah lebih menyukai dalam bentuk UPTD yang ditempatkan pada SKPD yang ada.
Kembali kepada persoalan SKPD di daerah, meski disadari terdapat perbedaan bentuk/struktur organisasi antara satu daerah dan daerah lainnya, perlu untuk dicermati apakah ada perbedaan dalam konteks tupoksi yang dikembangkan. Berikut ini disajikan contoh dari perbandingan tupoksi yang dijalankan dari SKPD Bidang Kehutanan tingkat provinsi dan kabupaten.
Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia
Tabel 4.2 Perbedaan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) SKPD Kehutanan pada Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota (Contoh: Dinas Kehutanan Kaltim; Dinas Kehutanan Kabupaten Berau; Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi Kota Tarakan)
No. Institusi
Tugas Pokok dan Fungsi