Konsepsi Kinerja

9.1 Konsepsi Kinerja

Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan mengamatkan pembangunan KPH kepada Pemerintah. Pemerintah merupakan sebuah organisasi dalam skala negara yang bertugas untuk menjalankan kebijakan pembangunan nasional. Oleh karena itu, capaian pembangunan KPH pada dasarnya merupakan kinerja organisasi Pemerintah, baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah. Jackson dan Morgan (1978) mendefinisikan kinerja organisasi menunjuk pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sementara Rue dan Byars (1981) mendefinisikan sebagai pencapaian hasil atau the degree of accomplishment atau tingkat pencapaian tujuan organisasi secara berkesinambungan. Kemudian Bernadin dan Russel (1998) memberikan batasan kinerja

sebagai dampak yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama periode waktu tertentu. Dengan demikian maka konsep kinerja organisasi menunjukkan tingkat kemampuan organisasi yang diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

Faktor yang memengaruhi keberhasilan akhir suatu organisasi menurut Streers (1985) dapat ditemukan dalam empat kelompok karakteristik, yaitu:

1. Karakteristik organisasi yang terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap dalam organisasi berkaitan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur organisasi meliputi faktor seperti jumlah bidang pekerjaan, posisi, tingkat desentralisasi, pengendalian, dan pola interaksi antar anggota. Dengan demikian struktur adalah keputusan tentang cara bagaimana orang-orang dikelompokan untuk menyelesaikan pekerjaan di dalam organisasi. Sementara yang dimaksud dengan teknologi adalah mekanisme organisasi untuk mengubah input menjadi output. Teknologi dapat berwujud dalam beragam bentuk, termasuk variasi dalam proses mekanis, bahan yang digunakan, dan pengetahuan teknis yang digunakan.

2. Karakteristik lingkungan, mencakup lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah semua kekuatan dari luar organisasi yang memengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Antara lain kondisi politik, ekonomi dan pasar, peraturan perudang-undangan. Lingkungan internal dikenal juga sebagai iklim organisasi, yaitu kondisi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus pada persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi.

3. Karakteristik pekerja. Keragaman karakteristik individu pegawai, seperti pendidikan, pengalaman, dan lain-lain, akan sangat berhubungan dengan efektivitas dan prestasi

Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia

Lindung (KPHL), dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

4. Praktik manajemen. Peranan manajemen Produksi (KPHP). Setiap wilayah KPH akan dikelola dalam pencapaian kinerja organisasi

oleh organisasi pengelola KPH yang merupakan meliputi variasi cara, kebijakan dan praktik

organisasi di tingkat tapak. Organisasi KPHK kepemimpinan. Semakin rumit proses

merupakan organisasi perangkat pusat, sedangkan teknologi dan perubahan situasi lingkungan,

organisasi KPHL dan KPHP merupakan organisasi semakin dibutuhkan praktik manajemen

perangkat daerah. PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. yang semakin canggih dan dijalankan secara

3 tahun 2008 juga mengamanatkan KPH untuk profesional.

dijalankan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pengukuran kinerja menghubungkan antara

Selain PP, Srategi Nasional (Stranas) REDD+ juga perencanaan strategis dengan akuntabilitas,

mengamanatkan untuk segera memfungsikan dimana suatu organisasi dapat dikatakan berhasil

keberadaan KPH sesuai Keputusan Ketua Satgas apabila terdapat indikator capaian yang mengarah

REDD+ No. 2 tahun 2012. pada pencapaian target atau tujuan dalam

Selain itu, prioritas pembangunan KPH juga satu kurun waktu tertentu. Indikator kinerja

tercantum dalam Rencana Strategi Kementerian merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif

Kehutanan tahun 2010 – 2014 dengan Indikator yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

Kinerja Utama berupa Keputusan Menteri sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh

Kehutanan tentang Penetapan Wilayah KPH seluruh karena itu indikator kinerja harus dapat diukur.

Indonesia. Untuk menjalankan tugasnya, peran KPH Penetapan indikator dapat berdasarkan

telah ditetapkan dalam Permenhut No. 6 tahun 2010 pada masukan (input), keluaran (output), hasil

tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact).

Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP. Kebijakan Indikator input mengukur sumber daya yang

ini memosisikan KPH dalam menjalankan tata diinvestasikan dalam suatu program untuk

hutan dan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan menghasilkan suatu keluaran, seperti anggaran,

hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi sumberdaya manusia, informasi, kebijaksanaan/

dan reklamasi hutan, perlindungan hutan, serta peraturan perundang-undangan dan sebagainya

pembinaan, pengendalian, dan pengawasan di yang digunakan untuk melaksanakan program.

wilayah kerjanya.

Indikator output adalah hasil yang secara langsung Pada akhir tahun 2014, Kementerian Kehutanan ingin dicapai dari suatu kegiatan, dapat berupa fisik

harus dapat mewujudkan target beroperasinya dan non fisik. Indikator outcome adalah segala

120 KPH. Konsekuensi dari pencapaian indikator sesuatu yang mencerminkan efek langsung dari

beroperasinya 120 KPH adalah pemenuhan output pada jangka pendek hingga menengah.

syarat KPH untuk beroperasi. Syarat yang utama Indikator benefit menggambarkan manfaat yang

yaitu: ditetapkannya wilayah KPH, terbentuknya diperoleh dari indikator outcome. Sedangkan

kelembagaan KPH meliputi terbentuknya indikator impact menunjukkan pengaruh

organisasi KPH, tersedianya sarpras pendukung jangka menengah hingga jangka panjang yang

operasionalisasi dan tersedianya SDM profesional, ditimbulkan dari benefit yang diperoleh.

serta telah dimulainya aktivitas pengelolaan hutan seperti penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan