Beberapa Hambatan Pengembangan SDM
7.2.4 Beberapa Hambatan Pengembangan SDM
belum mempunyai kualifikasi yang memadai. Survei yang dilakukan oleh BP2SDMK pada pertengahan
Berdasarkan hasil bahasan di atas, pengembangan tahun 2014 memberi kesan kuat pernyataan ini. Dari
SDM di KPH sangat diperlukan. Operasionalisasi sedikit personel yang ditempatkan di KPH,
KPH hanya dapat terjadi jika KPH mempunyai kemampuan mereka di dalam fungsi perencanaan,
tenaga yang cukup, berkompeten, dan berdedikasi. pemanfaatan dan penggunaan kawasan, pemantuan
Operasionalisasi KPH akan lambat jika masalah SDM rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan
tidak terpecahkan. Jika terjadi situasi sedemikian, dan konservasi alam ditengarai belum cukup.
maka kepercayaan publik terhadap KPH akan Sementara itu, bidang tugas yang menyangkut
menurun dan KPH menjadi semakin tidak menarik pemantauan pemanfaatan dan pengunaan kawasan
bagi pengambil kebijakan untuk dapat terus didukung. hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan,
Tetapi pengembangan SDM di KPH menemui pemberdayaan masyarakat dan kepolisian kehutanan
beberapa hambatan yang secara umum dihadapi dipandang sudah mencukupi (Gambar 7.7)
oleh Pemerintah Daerah maupun oleh manajemen KPH itu sendiri.
Gambar 7.7 Penaksiran terhadap Kualifikasi SDM (BP2SDMK, 2014)
Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia • 123
Hambatan yang dijumpai antara lain: personel, (iv) Standar kinerja, (v) Format penilaian
1. KPH belum melakukan analisis jabatan kinerja, (vi) Perangkat kesesuaian kebutuhan sehingga arah pengembangan SDM belum
penuntasan kerja vs personel/kandidat pekerja. dapat diidentifikasi
Ada dua hal yang hendak dicapai pada analisis
2. Pemerntah Daerah mempunyai ketebatasan
kerja, yakni:
di dalam pengembangan SDM, karena sangat
1. Membagi habis misi pengelolaan KPH ke dalam menggantungan pada kuota pengembangan/
bidang kerja
penambahan SDM PNS yang ditetapkan secara
2. Mengisi bidang kerja dengan personel yang menyeluruh untuk semua sektor di Povinsi
mampu menuntaskan pekerjaan sesuai dengan maupun Kabupaten yang bersangkutan.
bidang kerja tersebut.
3. Pemerintah Daerah belum mempunyai Sebagai teladan, disampaikan kasus KPH Gularaya perhatian yang cukup untuk melakukan
sebagai berikut:
analisis jabatan pada Dinas yang membidangi KPH Gularaya harus mengelola sumber daya Kehutanan. Oleh karenanya belum mempunyai
hutan dan lingkungannya seluas 115.363,01 hektare landasan kuat untuk menempatkan
(Tabel 7.3). Dalam pengelolaan tersebut KPH pengembangan SDM di KPH (sebagai UPTD
Gularaya harus mampu mengurus dan mengelola Dinas) sebagai proritas.
hutan lindung, kawasan konservasi, kemitraan
4. Pemerintah daerah belum mempunyai rencana dengan masyarakat, dan melakukan bisnis untuk penganggaran sebagai konsekuensi atas
pengembangan kelas perusahaan. rekrutmen pegawai baru.
Ada 3 kelas perusahaan yang dibangun yakni (i) Kelas perusahaan jati unggul, (ii) Kelas
7.3 Pengembangan Kapasitas SDM KPH
perusahaan Bambu, (iii) dan Kelas perusahaan ekowisata “Wallace Health Center” seluas 100 ha.
Analisis jabatan dan pembangkitan karir profesi Dengan demikian peta kompetensi kerja KPH di KPH Gularaya dapat dibangun sebagai berikut (Gambar Analisis kerja adalah tampilan detil menyangkut
suatu bidang kerja tertentu. Analisis ini merupakan proses yang mengidentifikasi tugas-tugas yang Jenjang karir dapat dikembangkn dari peta
kompetesi kerja di atas. Jenjang karir dapat dipilah harus dilaksanakan di tempat kerja dengan ke dalam jenjang karir: (i) Profesi, (ii) Manajerial, (iii) pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap Administrasi. Jenjang karir profesi yang tersedia tertentu yang menjamin bahwa pekerjaan tersebut pada KPH Gularaya adalah sebagi berikut: tuntas dilaksanakan. Untuk setiap bidang kerja
1. Karir pada jabatan teknis tertentu, analisis kerja dapat mencakup elemen sebagai berikut: (i) Deskripsi kerja, (ii) Kualifikasi a. Jabatan perencanaan
b. Jabatan pegelolaan Kelas perusahaan personel, (iii) Metoda penilaian taksiran perekrutan
bambu
Tabel 7.3 Situtasi Areal Kerja KPH Gularaya Kelompok
Hutan Lindung Jumlah (Ha)
HPT
HP
KLHS
HP HL Wolasi
Hutan Daratan
Mangrove
28.942,52 22.244,63 Papalia
41.336,07 16.661,82 Torobulu
1.396,04 4,681.93 Jumlah
124 • Membangun Profesionalisme SDM KPH
Gambar 7.8 Tingkat Implementasi Kompetensi di KPH (BP2SDMK, 2014)
c. Jabatan pengelolaan kelas perusahaan jati
7.3.1 Kebutuhan Pengembangan KPH dalam Jangka
d. Jabatan pengelolaan kelas perusahaan
Pendek
ekowisata Dalam jangka pendek, KPH memerlukan
2. Karir pada jabatan pendamping masyarakat pengembangan SDM dengan prioritas untuk
a. Penyuluh memenuhi misi penyiapan pra-kondisi menuju KPH
b. Pengelola kemitraan mandiri, dan untuk memelihara situasi agar mampu
c. Pengelola ventura komunitas bertahan pada awal-awal tahun ketika KPH harus
3. Karir pada jabatan bisnis
a. Jabatan bisnis kayu jati
b. Jabatan bisnis bambu
c. Jabatan bisnis ekowisata
d. Jabatan bisnis pemasaran Jenjang karir pada jabatan manajerial tersedia sebagai berikut:
1. Kepala Resort
2. Kepala Bagian Hutan
3. Kpala Seksi
4. Kepala KPH Jenjang karir pada jabatan perkantoran:
1. Tata usaha
2. Keuangan
3. Personel
Gambar 7.9 Peta Jabatan Kerja KPH Gularaya
Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia • 125 Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia • 125
menyepakati untuk mempertimbangkan perubahan
1. SDM fungsional perencanaan. SDM ini bertugas kurikulum di perguruan tinggi. Beberapa perguruan untuk menangani bidang kerja inventarisasi,
tinggi sudah mulai melakukan hal itu. Instiper pemetaan, tata hutan mikro, penyiapan sistem
Yogyakarta dan Unram Lombok, bahkan telah mulai informasi manajemen, penyusunan rencana
menerapkan kurikulum baru berbasis KPH pada bisnis, penyusunan rencana penerapan PPK-
BLUD.
Semeseter 2 tahun 2014.
2. SDM fungsional pengelolaan kemitraan Pusdiklat Kehutanan menunjukkan resonansi masyarakat. SDM ini menangani bidang kerja
yang sama. Saat buku ini disiapkan, Pusdiklat penyiapan ruang kelola untuk masyarakat
kehutanan telah membuka kerja sama dengan di dalam areal kerja KPH, penyelesaian
20 lembaga Diklat lainnya untuk bersama-sama ketegangan dan konflik, penataan hubungan
merespons kebutuhan tenaga profesional untuk kerja dengan pengelola HKm, HD, HTR dan
ditempatkan di KPH.
kemitraan, penataan stuktur organisasi dan Ke depannya, segmen terbesar untuk hubungan tata kerja dengan pengelola hutan
pemenuhan tenaga profesional KPH adalah pada adat. jabatan fungsional dan atau jabatan karir profesi/
3. SDM fungional untuk penyiapan pengelolaan kelas perusahaan
teknis. Jabatan administrasi dan jabatan struktural
4. SDM fungsional untuk penyiapan bisnis KPH di KPH ruangnya lebih terbatas. Yang perlu dilakukan termasuk membuka peluang investasi dan
berikutnya adalah menghitung kebutuhan SDM pasar bagi produk dan jasa kehutanan yang
profesional yang akan meniti berbagai jalur karir dikelola di KPH. SDM ini sekaligus diminta
di KPH. Ketika KPH mempunyai peluang untuk untuk dapat segera mewujudkan pemasaran
membangun kelas perusahaan secara lebih kreatif/ baik kayu maupun HHBK agar KPH mampu
inovatif, maka ruang karir yang mengikuti spesifikasi bertahan dan tidak terlalu bergantung pada
kelas perusahaan menjadi bertambah besar. anggaran pemerintah.
BP2SDMK menghitung, kebutuhan tenaga kerja
5. Di KPH yang areal kerjanya terdapat pemegang izin maka diperlukan SDM yang berdedikasi
di KPH adalah 21 untuk jabatan stuktural dan 44 untuk memelihara hubungan kerja antara KPH
untuk jabatan fungsional. Maka pada waktu inipun dengan pemegang izin.
telah terbuka peluang karir sebanyak 65 orang
6. SDM manajerial untuk peguasaan resort, untuk setiap KPH atau 7.800 orang secara nasional. penguasaan manajemen konservasi dan
Tenaga kerja yang sekarang ditempatkan di 120 KPH perlindungan, serta pemulihan fungsi kawasan
tidak lebih dari 2.000 orang. Itu berarti telah terjadi (rehabilitasi, reklamasi).