Hubungan Masyarakat dan Hutan
8.1 Hubungan Masyarakat dan Hutan
Hubungan manusia (lingkungan sosial) dan lingkungan alam atau ekosistem di sekitarnya dalam rangka keberlangsungan aliran fungsi dan manfaat dalam bentuk materi, energi dan informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yang dipengaruhi oleh tahap perkembangan atau karakter lingkungan sosial dimaksud. Manusia yang kehidupannya masih secara tradisional (a.l. masyarakat di desa/ kampung) pada umumnya memandang hubungan dengan ekosistem di sekelilingnya (a.l. hutan) secara immanen. Hubungan ini memandang lingkungan sosial menjadi bagian integral lingkungan alam. Interelasi seperti ini didasarkan pada pemikiran adanya saling ketergantungan. Oleh karenanya penting adanya kehati-hatian dalam pemanfaatan lingkungan atau sumber daya alam di sekitarnya guna menjaga fungsi dan manfaat dimaksud tetap dapat berlangsung.
Sementara pada masyarakat yang lebih maju, misalnya di masyarakat urban, kondisi yang dihadapi seperti kompetisi hidup yang tinggi. Hal itu menuntut mereka untuk memandang lingkungan alam secara transkenden, yaitu terpisah dari lingkungan sosial. Cara pandang itu memberi peluang lebih besar guna memaksimalkan arus materi fungsi manfaat hutan kepada mereka (Sardjono, 2004 mengutip Soemarwoto, 1989).
Kedua model hubungan itu, yaitu immanen dan transkenden, masih dijumpai hingga saat ini. Hal itu dikarenakan perbedaan tingkat perkembangan desa/kampung ataupun bahkan pola pikir dari kelompok masyarakat serta warga dalam satu desa/kampung yang berada di dalam atau sekitar hutan.
Secara lebih konkret basis filosofis di atas ditampilkan melalui berbagai contoh aliran timbal balik berkaitan dengan fungsi dan manfaat dalam hubungan antara hutan dan masyarakat lokal di desa sekitarnya, sesuai dengan aspek produksi, proteksi, tata-klimat dan lainnya (Sardjono, 2007; perubahan), sebagai mana dijelaskan dalam Tabel
8.1. Merujuk Tabel 8.1., secara jelas dilihat, (1) Keuntungan langsung maupun tidak langsung masyarakat lokal yang dapat diperoleh dari fungsi
dan manfaat sumber daya hutan sangat banyak. Pada dasarnya keuntungan itu lebih banyak dari yang dapat diperoleh hutan dari keberadaan manusia (masyarakat) sendiri; (2) Keuntungan bagi masyarakat tidak lagi sebatas pada kebutuhan dasar atau mata pencaharian semata sebagaimana seringkali dikemukakan. Namun mencakup hampir keseluruhan sendi kehidupan masyarakat lokal dan berkaitan erat dengan kesejahteraan hidup mereka, yang pada umumnya secara individual memang miskin atau memiliki kapital yang terbatas; dan yang lebih penting adalah (3) Berbagai kentungan yang diperoleh masyarakat sebagian memang dapat diganti melalui berbagai program pembangunan. Namun banyak juga yang tidak atau sulit tergantikan. Oleh karenanya bentuk atau skema pemanfaatan hasil hutan dan penggunaan kawasan hutan tidak boleh merugikan interelasi ini. Terlebih bagi kehidupan serta penghidupan masyarakat lokal di dalam dan di sekitar hutan.
Berdasarkan data yang tersedia dari laporan Bank Dunia (a.l. Chandran dan Al-Arief, 2007; Dephut, 2005), tidak kurang dari 10 juta dari
36 juta penduduk miskin di Indonesia sangat bergantung dari sumber daya hutan. Namun jumlah masyarakat yang tergantung dari hutan (forest dependants) diperkirakan masih lebih banyak lagi. Pertimbangannya di Jawa saja dari 5.617 desa yang berada di sekitar hutan, tidak kurang 21 juta warganya butuh akses terhadap hutan (Perum Perhutani, 2006). Meski saat ini tidak mudah mendapatkan data jumlah dan dinamikanya yang tepat, tetapi jelas sulit memisahkan ketergantungan masyarakat dari hutan, apapun kepentingan dan kebutuhan yang mereka harapkan. Sardjono (2007) mengemukakan, sedikit perbedaan mengenai faktor-faktor terjadinya ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Di Jawa ketergantungan itu terjadi lebih dikarenakan lapar lahan dan kemiskinan. Sementara di luar Jawa disamping kemiskinan juga dikarenakan kendala geografis serta bagian dari tradisi masyarakat sendiri, yang menempatkan hutan sebagai bagian dari nilai sosio-kultural mereka.
Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia
Tabel 8.1 Berbagai Aliran Fungsi dan Manfaat pada Interelasi Antara Hutan (Lingkungan Alam) dengan Masyarakat Lokal (Lingkungan Sosial)