3 Kesadaran Masyarakat terhadap Air Bersih

3. 3. 3 Kesadaran Masyarakat terhadap Air Bersih

Berbagai informasi yang berasal dari informan-informan setempat, masyarakat di Natal belum memiliki pemahaman mendasar atas air bersih. Sebagaimana yang diutarakan oleh beberapa informan, terkait persoalan yang vital di kehidupan sehari – hari. Sebagian dari masyarakat hanya menerima apa yang mereka hadapi dan tidak memiliki dorongan dalam mencari jalan keluar persoalan SDA yang ada di Natal. Beberapa anggota masyarakat Natal tidak menganggap ada persoalan akses atas air yang sebenarnya sedang menjadi bagi masalah masyarakat Natal sendiri.

61 Loc.Cit., Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat. Hal 207.

Keterangan : Seorang ibu mencuci pakaian di penampungan air yang dulu nya dibangun dari program PNPM Mandiri di Natal. (Andra, Mandailing Natal, 26/01/2015)

Gambar 3.16

Berdasarkan penuturan dari salah seorang aparatur Kantor Kecamatan Natal, penuturannya bahwa tidak menjadikan air sebagai persoalan yang mendasar sebagai pandangan dari pihak pemerintah daerah setempat. Walaupun demikian, menunjukkan minimnya pemahaman yang dimiliki aparatur dalam menemukan jalan keluar terkait persoalan atas pemahaman dasar pentingnya air bersih di Natal. Terkait penjelasan sebelumnya, hal tersebut memerlukan perubahan perspektif dari aparatur pemerintahan setempat dalam menangani dan mengelola persoalan yang dihadapi. Patut dipahami bahwa aparatur pemerintahan kecamatan setempat sebagai pihak yang cukup penting bagi penerapan kebijakan dan pengaturan tingkat daerah yang diterapkan di Natal. Berdasarkan gambaran di lapangan, kaum perempuan lebih mendominasi di dalam aktivitas yang bersinggungan dengan air. Namun tidak didukung dengan bekal pengetahuan dan perlindungan dalam pengelolaan air yang baik (Water Good Governance) di Kota Kecamatan Natal. Maka dari itu, keberadaan dari pengaturan tingkat perda perlu segera dibentuk, mengingat persoalan atas lokalitas yang dihadapi masyarakat lokal terkait akses terhadap SDA.

Berdasarkan realitas yang di lapangan, belum terdapat perda tingkat kabupaten yang mengatur tentang pengelolaan dan pemanfaatan SDA di kabupaten Mandailing Natal. Ketiadaan aturan itu memunculkan ketidakpastian dan penghambat dalam persoalan SDA di Natal. Keberadaan dari perda penting sebagai landasan dan jaminan terhadap pemenuhan hak akses atas air bagi masyarakat di Natal.

Hak akses atas air bagi masyarakat setempat, tidak mendapat landasan dan jaminan yang kuat mengingat minimnya perda tingkat daerah kabupaten yang mengatur permasalahan substansi dari sumber daya air. Salah satu hambatan bagi masyarakat, adanya izin pengusahaan atas air yang mendapat hak guna usaha air yang diperoleh dengan mekanisme izin yang membolehkan penggunaan dan peruntukkan air bagi dunia usaha. Walaupun demikian, skala usaha air minum isi ulangtersebut masih terbilang dalam skala kecil, namun seiring waktu skala usaha tersebut dapat berkembang dan menjadi besar yang semakin mengeksploitasi dan mengancam keberadaan dari sumber air yang ada di Natal. Hal tersebut semakin menggeser posisi masyarakat dan makna dari fungsi sosial atas air mengingat pentingnya air bagi warga untuk memenuhi kebutuhan mendasar sehari-harinya. Hal tersebut menjadi tantangan bagi masyarakat Natal dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal dalam menjalankan fungsinya atas kewajibannya merealisasikan visi dan misi atas permasalahan SDA di daerahnya.

Pemberdayaan yang memiliki arti penting dalam meningkatkan partisipasi warga dan pengembangan masyarakat dengan penerapan prinsip – prinsip secara efektif dalam konteks lokal antara lain :

a. Hak Asasi Manusia (Human Rights) HAM dianggap sangat mendasar dan penting di dalam pemberdayaan masyarakat. Prinsip HAM menjadi suatu acuan bagi program pengembangan masyarakat terkait akses atas air seperti mendapatkan kehidupan yang layak, hak untuk ikut serta dalam kehidupan kultural, hak memperoleh perlindungan keluarga, dan hak untuk self determination. Hal itu juga di jamin di UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan di tingkat nasional serta peraturan – peraturan di tingkat Internasional.

b. Tujuan dan Visi (Immediate Goals dan Ultimate Vision), memiliki keterkaitan dengan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya

menghubungkan dan membentuk relevansi yang seimbang antara tujuan dan visi pemenuhan akses terhadap air bagi masyarakat. Pembangunan Terpadu (Integrated Development), proses pengembangan masyarakat tidak dapat berjalan secara terpisah namun lebih merupakan satu kesatuan proses pembangunan yang mencakup aspek – aspek menghubungkan dan membentuk relevansi yang seimbang antara tujuan dan visi pemenuhan akses terhadap air bagi masyarakat. Pembangunan Terpadu (Integrated Development), proses pengembangan masyarakat tidak dapat berjalan secara terpisah namun lebih merupakan satu kesatuan proses pembangunan yang mencakup aspek – aspek

c. Pemberdayaan (Empowerment) menjadi bagian program pengembangan masyarakat yang bermakna untuk membantu komunitas dengan sumber daya dan pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas komunitas sehingga dapat berpartisipasi dalam pengentasan permasalahan atas akses air bagi masyarakat. Dalam arti warga tidak hanya diberi motivasi namun juga memberikan gerakan terhadap tindakan pemberdayaan tersebut. Melalui Pasal 3 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengatur bahwa pentingnya suatu pemberdayaan dengan melibatkan para pemangku kepentingan dan pembangunan yang berkelanjutan. Hal tersebut kedepannya membawa dampak positif untuk perkembangan dan pertumbuhan masyarakat desa yang bersangkutan.

Air termasuk di dalam lingkup hak asasi manusia yang kemudian diturunkan menjadi hak asasi atas akses air bagi setiap masyarakat. Hal tersebut penting bagi pemahaman yang mendasar bagi para pihak yang berkepentingan di dalam tata kelola air (Water Governance). Pemahaman tersebut berguna bagi setiap para pihak dalam menjalankan penerapan hak asasi atas akses air di masyarakat. Sebagaimana tertuang di dalam tujuan visi dan misi baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah di dalam membangun suatu tata kelola air yang baik. Para pihak yang berkepentingan di dalam akses air di integrasikan menjadi satu di dalam sistem pengelolaan yang terpadu. Hal itu sebagaimana tertuang di dalam suatu wadah konsep yang dikenal dengan Integrated Water Resources Management (IWRM). IWRM sebagai konsep yang penting diterapkan di lapangan bagi para pihak yang terlibat di dalam tata kelola air. Konsep tersebut sebagai bentuk untuk mengembangkan dan bagian manajemen atas sumber daya air. Hal tersebut diharapkan berdampak positif baik pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan dimana masyarakat itu berada. 62

United Nations, What is "IWRM ?", http://www.un.org/waterforlifedecade/iwrm.shtml, diakses pada 7 November 2016.

Hak asasi atas akses air itu perlu ditanamkan pada program – program pemberdayaan masyarakat sebagaimana yang diatur di dalam ketentuan Pasal 1 angka 12 UU No. 6/2014 tentang Desa yang diterapkan kepada masyarakat untuk melibatkan masyarakat di dalam tata kelola air di daerah yang bersangkutan.

Sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal tersebut, pihak – pihak yang berkewajiban mulai pemerintah kabupaten Mandailing Natal dan aparatur Kota Kecamatan Natal masih belum melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat untuk lebih peka dan responsif terhadap persoalan yang dihadapi khususnya sektor bidang SDA. Sebagian masyarakat di Natal memiliki sikap yang kurang responsif atas persoalan yang dihadapi. Hal tersebut menunjukkan lemahnya integritas pelaku pengelolaan SDA dan menandakan kehadiran negara yang minim di dalam pengelolaan SDA di Natal. Minimnya kehadiran negara, mengingat masyarakat masih menghadapi berbagai permasalahan terkait bidang SDA dan tidak memahami dasar dari persoalan yang dihadapi.

Terkait dengan permasalahan akses air yang dihadapi masyarakat di Natal, diperlukan sikronisasi antara perencanaan dengan praktek di lapangan atas persoalan masyarakat Natal terhadap akses atas air. Dari sisi pembangunan, sarana dan prasarana atas SDA yang minim berdampak pada terganggunya akses air dari masyarakat Natal. Hal itu diperlukan daya dukung bukan hanya dari pemerintah saja namun juga pemangku kepentingan seperti masyarakat dan pelaku usaha yang ikut dalam pemanfaatan SDA di Natal. Selain perencanaan tersebut juga dilakukan pelembagaan atas lubungan larangan sebagai wujud adanya penerapan seperangkat norma atau tata perilaku terhadap masyarakat. Beberapa manfaat dari penerapan lubuk larangan sebagai suatu kearifan lokal bagi masyarakat di antara nya :

1. Memberikan suatu pedoman masyarakat di Kota Kecamatan Natal dalam mengelola lingkungan hidup khususnya sumber daya air yang ada bagi di

Kota Kecamatan Natal,

2. Menjaga keutuhan dan mempererat masyarakat di Kota Kecamatan Natal,

3. Memberikan pegangan untuk melakukan kontrol sosial dalam tata kelola sumber daya air di Natal.

Penerapan kearifan lokal membutuhkan suatu landasan hukum berupa peraturan daerah sebagai bentuk landasan jaminan dan pengaturan dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA di Natal. Selain secara budaya melalui kearifan lokal, kelembagaan pengelolaan juga diatur di dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Sebagaimana pada Pasal 1 angka 10, dalam pengelolaan SPAM dibutuhkan suatu kelembagaan sektor SPAM yang melibatkan para pemangku kepentingan.

Kelembagaan di dalam tata kelola sektor SPAM tersebut dapat dibentuk melalui pemberdayaan Masyarakat Desa sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka

12 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Terkait pemberdayaan tersebut, dapat menanamkan dan melatih masyarakat untuk mengelola sumber daya air yang ada di wilayah desa yang bersangkutan. Hal tersebut diharapkan pada lancarnya pelaksanaan atas kebijakan dan perencanaan SDA yang bertujuan untuk pemenuhan akses masyarakat atas air dengan penguatan atas landasan yuridis yang mengaturnya.