2 Sarana dan Prasarana yang Minim

3. 3. 2 Sarana dan Prasarana yang Minim

Berdasarkan informasi yang diutarakan oleh Pak Datuk Asrul, salah satu kepala desa di Kota Kecamatan Natal, bahwa masyarakat masih mengakses sarana dan prasarana SDA yang dibangun atas biaya program PNPM Mandiri. Pembangunannya adalah hasil dari gotong royong warga dengan dana yang dikucurkan dari pemerintah pusat. Namun seiring waktu, fasilitas itu sudah termakan oleh umur dan tidak lagi layak bagi warga untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Berdasarkan observasi penulis, keadaan dari fasilitas sarana sumber daya air hasil pendanaan PNPM Mandiri di Kota Kecamatan Natal, tersebut sudah dapat dikatakan tidak layak untuk digunakan untuk keperluan masyarakat setempat. Namun dengan adanya dorongan keterpaksaan, masyarakat setempat tetap menggunakan sarana dan prasarana air yang bersangkutan. Sarana dan prasarana tersebut dapat dikatakan dalam keadaan yang di bawah standar yang ada, menyebabkan tergredasinya dan terhalangnya pemenuhan akses air bagi masyarakat di Kota Kecamatan Natal. Sehingga kedepannya keadaan tersebut, memungkinkan munculnya suatu resiko bahwa sumber air yang tersedia tidak dapat lagi menunjang kebutuhan air bagi masyarakat setempat secara berkelanjutan. Resiko tersebut juga memungkinkan potensi konflik kebutuhan akses air di antara anggota masyarakat di Natal.

Informan E (Rina Syafitri, Masyarakat Natal)

Berdasarkan penuturan salah seorang penduduk Natal bernama Rina mengungkapkan bahwa terdapat perubahan yang berbeda terhadap kualitas air yang berada di aliran sungai Batang Natal. Menurut penuturannya, masyarakat bisa memanfaatkan air sungai tersebut, masih layak untuk digunakan untuk keperluan mendasar seperti keperluan air minum, mandi dan mencuci pakaian. Beliau mengakui sekitar tahun 2005 air di sungai tersebut masih dapat digunakan untuk mandi. Walaupun demikian, terdapat perbedaan dengan keadaan kualitas sungai sekarang. Air sungai tersebut menimbulkan rasa gatal pada kulit apabila digunakan untuk keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK) masyarakat setempat.

Atas dasar hal tersebut, untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci piring dan beras, informan terpaksa menggunakan air galon isi ulang yang dijual oleh pelaku usaha setempat. Informan membeli sebuah satu galon air isi ulang dengan perkiraan pengeluaran biaya sekitar 3500 Rupiah. Setiap rumah tangga menghabiskan kira-kira satu air galon setiap hari. Informan pun mengakui pengeluaran biaya untuk air minum isi ulang cukup mahal bagi pemenuhan kebutuhan air minumnya. Harapan yang disampaikan informan adalah agar ke depannya pemerintah daerah Mandailing Natal segera membangun sarana air sumur bor atau daur ulang air bersih yang dapat dimanfaatkan masyarakat Natal. 60

Penuturan dari informan menyatakan masyarakat di Kota Kecamatan Natal belum menunjukkan upaya-upaya dalam membangun dan mengelola dengan baik air yang ada di Kota Kecamatan Natal. Berdasarkan pengakuan informan Bapak Datuk Asrul selaku Kepala Desa Setia Karya, Natal, tidak terdapat suatu penerapan lubuk larangan di Kota Kecamatan Natal. Sebelumnya, informan juga mengutarakan tidak pernah ada penerapan lubuk larangan yang berlaku di aliran sungai yang mengalir sepanjang di Kota Kecamatan Natal dikarenakan wilayah setempat sudah termasuk wilayah muara Sungai Batang Natal. Berdasarkan penjelasan tersebut, menunjukkan penerapan suatu kearifan lokal seperti adanya lubuk larangan, sifatnya mendesak untuk segera diterapkan sebagai bentuk peraturan atau adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting. Lubuk larangan sebagai kearifan lokal yang harus segera dilembagakan dengan tujuan

60 Rina Syafitri, 24 Januari 2015, Personal Interview.

untuk mengatur antarhubungan yang diadakan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Penerapan lubuk larangan tersebut disesuaikan dengan kondisi geografis dan mempertimbangkan aspek-aspek lainnya seperti aspek sosial dan budaya. Norma-norma yang terdapat di dalam kearifan lokal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang-orang yang ada di desa bersangkutan. 61 Lubuk larangan penting untuk diterapkan di Natal mengingat hal tersebut mendorong pada hal perubahan atas perilaku masyarakat di Natal dalam mengelola sumber daya air yang tersedia di wilayah setempat.

Persoalan akses air tersebut patut menjadi bahan pertimbangan oleh pemerintah daerah setempat dengan melibatkan perwakilan dari masyarakat sehingga menciptakan suatu kondisi harmonis dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Namun dari hasil wawancara dan observasi, kearifan lokal tidak diimplementasikan dan kurang mendapat tempat di dalam kehidupan masyarakat sebagaimana di desa desa lain nya di Mandailing Natal. Terkait penerapan kearifan lokal, masyarakat kurang memahami persoalan mendasar atas sumber daya air dan kurang responsif atas persoalan sumber daya air yang dihadapi sehari–hari. Kelembagaan atas lubuk larangan sebagai suatu kearifan lokal bagi masyarakat di Natal belum dibangun sebagaimana tercermin pada pemangku desa setempat salah satunya dari pihak kepala desa dan salah satu pejabat di tingkat kecamatan memiliki pandangan yang kurang memberikan tanggapan serta tidak terlalu mempersoalkan yang dihadapi.