6. 2. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

2. 1. 6. 2. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

Kebutuhan pokok air minum sehari-hari sebagai bagian dari wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah baik tingkat pusat dan daerah atas pemenuhan kebutuhan air yang menjadi kebutuhan mendasar masyarakat. Penyediaan air minum sebagai faktor yang vital di dalam pembangunan suatu daerah sehingga menjadi penting dimasukkan dalam rencana kebijakan suatu daerah. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan suatu perencanaan yang memuat perihal pengelolaan SDA, pembangunan prasarana dan sarana akses atas air di daerah yang bersangkutan. Rencana SPAM terdiri atas Rencana Induk dan Rencana Teknis Pengembangan SPAM yang disusun oleh pihak pemerintah daerah melalui badan perencanaan daerah (Bappeda).

Pelaksanaan SPAM memiliki beberapa rangkaian seperti penyelenggaraan dan pengembangan SPAM serta pengelolaan SPAM. Penyelenggaraan SPAM berupa serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana untuk penyediaan air minum bagi masyarakat. 34 Pengembangan SPAM sebagai kegiatan pembangunan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana SPAM untuk memenuhi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas

34 Indonesia, Rancangan Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Pasal 1 angka 8.

air minum bagi masyarakat. Sedangkan Pengelolaan SPAM yaitu kegiatan yang dilakukan terkait dengan keberlangsungan fungsi sarana dan prasarana SPAM yang meliputi pengoperasian dan pemeliharaan, peningkatan sumber daya manusia terkait tata kelola SDA, serta kelembagaan di sektor SPAM. 35

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat menyelenggarakan SPAM di suatu daerah melalui suatu badan usaha yang modal dan asetnya dimiliki oleh pemerintah ataupun pemerintah daerah. Pada dasarnya Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan dengan melihat pada beberapa aspek antara lain aspek kemanfaatan umum bagi masyarakat, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas di dalam tata kelola SDA. Terkait aspek tersebut, penyelenggaraan SPAM memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat terkait pemenuhan hak masyarakat atas air. Hak asasi atas akses air dapat diwujudkan dengan adanya beberapa hal seperti, pengelolaan dan pelayanan air minum berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat, adanya keseimbangan kepentingan antara pelanggan dengan pengelola sumber daya air, serta tercapainya penyelenggaraan air minum yang efektif dan efisien untuk memperluas cakupan pelayanan air minum.

Penyelenggaraan SPAM secara teknis dilakukan melalui dua pilihan yaitu Jaringan Perpipaan, dan Bukan Jaringan Perpipaan. Dalam prakteknya, dilakukan beberapa aspek manajemen mendasar seperti perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi khususnya oleh pihak pemerintah daerah. Sebagai daya dukung, diperlukan koordinasi, dan partisipasi pihak – pihak yang berkepentingan baik dari pemerintah, aparatur pemerintah desa serta dukungan dan partisipasi dari masyarakat setempat.

Penyelenggaraan SPAM membutuhkan adanya rencana induk SPAM yang memuat kebijakan dan strategi SPAM yang memuat kebijakan dan strategi penyelenggaraan SPAM baik di tingkat nasional maupun daerah. 36 Kemudian terdapat pengembangan SPAM yang berupa pembangunan sistem distribusi, peningkatan kualitas, penyempurnaan/perbaikan serta perluasan yang terkait dengan sarana dan prasarana yang membutuhkan pengembangan serta optimalisasi kapasitas jumlah dan kualitas atas air bagi pemenuhan kebutuhan

35 Ibid., Pasal 1 angka 10. 36 Indonesia, RPP Penyelenggaraan SPAM, Pasal 22.

masyarakat atas air. Adanya tahap penyempurnaan sebagai perbaikan atas sarana dan prasarana SDA terkait perluasan jaringan distribusi bagi akses masyarakat atas air.

Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab berdasarkan tingkat pemerintahan di daerah. Pemerintah memiliki wewenang dan tanggung jawab antara lain penetapan kebijakan dan strategi di seluruh wilayah Indonesia, pengaturan tingkat daerah kabupaten/kota terkait sumber daya air, dan kriteria atas sumber daya air, penyelenggaraan SPAM yang khusus, bersifat strategis dan lintas daerah, pembentukan BUMN dan/atau UPT, pemberian izin atas penyelenggaraan SPAM dalam memenuhi kebutuhan atas air serta pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintah daerah. Wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah daerah kabupaten/kota termasuk dalam hal sebagaimana diatur pada Pasal 31 ayat

1 bahwa penyelenggaraan SPAM di suatu wilayah kabupaten/kota meliputi: melaksanakan penyelenggaraan SPAM di wilayahnya, menyusun kebijakan dan strategi penyelenggaraan SPAM kabupaten/kota, menyusun rencana induk penyelenggaraan SPAM kabupaten/kota, membentuk BUMD dan/atau UPTD, memenuhi kebutuhan air minum masyarakat di wilayahnya sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan, memberikan izin kepada badan usaha untuk melakukan penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kewenangannya, memberi pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kepada pemerintah desa, serta kelompok masyarakat di wilayahnya dalam penyelenggaraan;

Terkait dengan pengelolaan sumber daya air di daerah Kabupaten Mandailing Natal menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria terhadap pengelolaan air. Sebagai daya dukung pengelolaan SDA, pemerintah daerah memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan dan pembinaan pihak –pihak yang berkepentingan di daerah seperti masyarakat dan pengusaha air minum terkait penyelenggaraan SPAM. Pemerintah Daerah perlu memberikan pemberdayaan berupa bimbingan, pendidikan dan pelatihan terhadap masyarakat di Natal.

2. 1. 6. 3. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No. 04/SE/M/2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam SPAM Pasca Putusan MK No. 85/PU--XI/2013

Surat Edaran (SE) Menteri PUPR tersebut merupakan surat edaran yang berisikan tentang pedoman terhadap pendayagunaan atas SDA yang tertuang di dalam kontrak kerjasama antara pihak pemerintah dengan swasta khususnya SPAM melalui sistem perpipaan. Surat edaran tersebut sebagai tanggapan terhadap Putusan MK NO. 85/PUU-XI/2013 yang membatalkan UU No. 7/2004 dengan kembali berlakunya Undang - Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Substansi pengaturan yang ada di dalam UU 11/1974 sudah tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan saat ini dan perlu memberikan kepastian atas pendayagunaan SDA khususnya bidang SPAM melalui sistem perpipaan. Surat edaran ini menjadi pedoman terhadap para kepala daerah dan pejabat – pejabat terkait terhadap izin dan kontrak kerjasama dengan pihak swasta khususnya pembangunan jaringan SPAM sistem perpipaan. Surat edaran ini mengacu pada Putusan MK No. 85/XII/2013 yang antara lain :

1. Akses air bagi masyarakat perlu diutamakan terkait dengan pemenuhan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat yang berada dalam penguasaan negara.

2. Perlindungan, penegakan dan pemenuhan Hak Asasi atas air sebagai bagian dari tanggung jawab yang harus dipenuhi pemerintah.

3. Pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan dari negara sifatnya vital.

4. Perlindungan terhadap lingkungan hidup mengingat air memiliki keterkaitan dengan lingkungan hidup. Dengan adanya keseimbangan

antara lingkungan hidup dengan air maka hal tersebut berdampak pada hal seperti keadaan lahir dan batin, kesehatan dan kesejahteraan seseorang.

5. Hak menguasai negara melekat pada sumber daya air sehingga dalam pengusahaan diberikan prioritas utama kepada BUMN/BUMD.

6. Apabila pemenuhan kebutuhan utama masyarakat atas air sudah terpenuhi dan terdapat sisa ketersediaan air maka dimungkinkan bagi pemerintah

dalam memberikan izin kepada pihak swasta dalam pengusahaan air dengan syarat tertentu dan bersifat ketat.

Atas dasar dari 6 prinsip yang telah dijelaskan, terhadap kontrak kerjasama dengan pihak swasta yang sudah berjalan sebelumnya, dilakukan berupa evaluasi dan jika terdapat kesepakatan antara pihak instansi pemerintah dengan kontraktor swasta. Dalam proses reorganisasi kontrak perlu dipertimbangkan adanya aspek sosial dan kemasyarakatannya mengingat kontrak seperti itu rawan akan penyelewengan atas prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Perlu dijalankan pengawasan dan pendampingan dari para pihak terkait dalam proses evaluasi dan reorganisasi atas kontrak kerjasama itu.