Peranan Masyarakat Lokal dan Pelaku Usaha di Natal

4.2 Peranan Masyarakat Lokal dan Pelaku Usaha di Natal

4.2.1 Masyarakat di Natal.

Pengelolaan sumber daya air bukan hanya peran pemerintah namun masyarakat juga memiliki peran dan kedudukan sangat penting sebagai pihak yang secara langsung menghadapi permasalahan atas akses air di daerah yang bersangkutan. Masyarakat penting untuk dilibatkan dalam pengelolaan sumber air yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan air masyarakat itu sendiri. Proses kelembagaan itu membentuk sikap partisipasi aktif bersama dalam menanggapi isu permasalahan sumber daya air yang dihadapi masyarakat beserta pemangku kepentingan tentang pentingnya pemahaman serta penyelesaian bersama terhadap persoalan akses air tersebut.

Terkait persoalan akses terhadap air yang dijelaskan sebelumnya, masyarakat dan pemangku kepentingan perlu mempertimbangkan kepentingan masing – masing pihak dan aspek lokalitas yang ada di wilayah tersebut. Sebagaimana gambaran di lapangan, masyarakat di Natal hanya sekedar memanfaatkan SDA yang tersedia. Masyarakat di Natal tidak melakukan upaya dan partisipatif aktif dalam pengelolaan dan pemanfaatan seperti tindakan konservasi dalam menjaga sumber – sumber air yang ada di Natal. Pemahaman terhadap persoalan menjadi salah satu kendala bagi masyarakat dan pemangku kepentingan di Natal. Melalui pernyataan dari beberapa informan penduduk setempat, akses atas air tidak menjadi persoalan yang penting. Walaupun demikian, mereka kurang memahami apa yang menjadi dasar permasalahan. Hal itu juga tergambarkan pada beberapa penuturan dengan pihak aparatur kecamatan Natal, serta masyarakat di Natal.

Pernyataan dari pihak Sekretaris Camat Natal yang menyatakan bahwa air bukan persoalan bagi masyarakat natal dan masyarakat dibiarkan mengakses air untuk kebutuhan sehari - hari dengan fasilitas seadanya. Sebagian dari masyarakat di Natal mengandalkan air sungai untuk keperluan sanitasi MCK di kehidupan sehari - harinya. Sedangkan air minum di dapat dari beberapa sumber mata air yang tersebar di Natal disamping sebagian dari masyarakat menjadi pelanggan air minum yang dijual pelaku usaha air minum di Natal.

4.2.2 Pelaku Usaha

Dalam menjalankan wewenang dan tanggung jawabnya, pemangku kepentingan pada dasarnya harus mampu menjadi agen perubahan terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan SDA di Natal. Pemangku kepentingan selain dari masyarakat di Natal yaitu pelaku usaha. Pelaku usaha sebagai pihak yang memiliki kepentingan dalam pengusahaan air. Dalam penyediaan atas air pelaku usaha air minum isi ulang menjadi salah pemasok di dalam pendistribusian air bagi sebagian besar masyarakat Natal. Namun di sisi lain, pelaku usaha air minum di Kota Kecamatan Natal sebagaimana pada usaha air minum isi ulang Air Minum Patupangan (AMP), menghalangi akses air dengan membangun fasilitas dan melakukan tindakan pengamanan berupa pemagaran terhadap sumber air yang ada. Hal itu mengakibatkan masyarakat tidak bisa mengakses sebagaimana sebelumnya yang dengan bebas dapat mengakses sumber air yang bersangkutan. Dalam mewujudkan adil dan sejahtera bagi masyarakat, maka diperlukan transparansi dalam pengelolaan secara berkeadilan SDA di Natal.

Terkait persoalan yang dijelaskan sebelumnya, sebagai suatu paragraf simpulan, diperlukan suatu kelembagaan masyarakat pedesaan setempat sangat diperlukan sebagai faktor pendukung di dalam tata kelola sumber daya air di wilayah setempat. Upaya pemberdayaan membuat masyarakat dari yang kurang berdaya menjadi lebih berdaya mengatasi persoalan SDA guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam mencapai itu semua diperlukan suatu gerakan pemberdayaan (empowerment) dalam membantu anggota memperoleh daya kuasa dalam pengambilan keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadap permasalahan yang dihadapi.

Secara konseptual, pemberdayaan membentuk karakter dan organisasi baik pada individu, kelompok ataupun masyarakat dalam memenuhi kehidupan masyarakat di daerah yang bersangkutan dan mencapai tujuan yang diinginkan bagi pemangku kepentingan di Natal. Maka dari itu, segala persoalan dihadapi dan masyarakat mempunyai kesadaran kritis dalam membentuk proses penyelesaian persoalan sumber daya air. 81 Pemberdayaan dan partisipasi aktif penting dalam menumbuhkan kesadaran atas masyarakat terhadap situasi dan masalah serta

81 Fredian Tonny Nasdian dkk. , Pengembangan Masyarakat, Cet II. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2015) Hal 47-48.

mencari jalan keluar yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi bersama. Kemampuan masyarakat untuk mempengaruhi arah serta melaksanakan suatu program mengandalkan kekuatan yang dimilikinya, di mulai dengan kesadaran kritis dalam mengelola sumber daya air di daerah yang bersangkutan. Keterkaitan antara pemberdayaan dan partisipasi mengacu pada masyarakat dalam memanfaatkan akses ke SDA dan kontrol atas sumber daya alam lainnya di daerah yang bersangkutan. 82

Persoalan SDA bukan urusan yang hanya dihadapi oleh pemerintah daerah saja, namun pemangku kepentingan lainnya antara lain masyarakat dan pelaku usaha. Hal itu membutuhkan penerapan suatu konsep yaitu Pengelolaan SDA yang Terpadu (Integrated Water Resources Management). Hal tersebut untuk mewujudkan partisipasi yang aktif dan meningkatkan integritas dari para pihak yang berkepentingan di dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air di Kota Kecamatan Natal. Selain pelaksanaan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal, diperlukan penglibatan pemangku kepentingan lainnya pada tahapan – tahapan antara lain pembuatan keputusan, penerapan, dan pencapaian hasil dari implementasi keputusan yang bersangkutan guna mencapai tujuan yang berkeadilan bagi masing – masing pihak terkait persoalan SDA di Natal. Dalam mendukung upaya – upaya yang dilakukan oleh pemangku kepentingan, perlu diterapkan kelembagaan sosial yang berupa adanya kearifan lokal sebagai bentuk pengelolaan SDA di Natal. Dalam menanamkan karakter atas tata kelola berdasar pada kearifan lokal.

Terkait dengan jaminan dan perlindungan bagi masyarakat pedesaan setempat, dibutuhkan peran dan kehadiran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal bersama aparatur pemerintahan di Kota Kecamatan Natal dalam memperbaiki tata kelola air di Natal. Melalui perannya tersebut, pemerintah daerah dapat memberikan masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air. Sehingga masyarakat menjadi lebih peka dalam menghadapi persoalan yang akses atas air di Kota Kecamatan Natal. Sebagaimana pada Pasal 2 huruf d UU 6 Tahun 2014 tentang Desa, ketentuan kepala desa sebagai pemimpin pemerintahan desa berkewajiban di dalam penetapan peraturan desa. Hal tersebut perlu diingat,

82 Ibid., Fredian Tonny Nasdian dkk, Hal 89-92.

keberadaan peraturan desa mengatur kehidupan masyarakat desa itu sendiri. Selain pembentukan suatu peraturan desa tersebut, kepala desa sebagai pihak yang bertanggung jawab mengembangkan kehidupan masyarakat desa baik di bidang sosial maupun budaya. Hal tersebut salah satunya diatur pada ketentuan Pasal 2 huruf l UU tentang Desa, yang mana penerapan teknologi perlu diterapkan di suatu wilayah pedesaan yang bersangkutan. Hal tersebut berguna untuk diterapkan pada sarana dan prasarana sumber daya air yang tersedia di suatu wilayah desa. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan mengelola sumber daya air yang ada di wilayah tempat tinggal masyarakat desa yang bersangkutan. Terkait hal tersebut sebagaimana diatur pada Pasal 2 huruf f, pada pelaksanaannya kepala desa sebagai pihak yang bertanggung dalam koordinasi atas suatu pembangunan desa secara partisipatif.

Pada kaitannya dengan penjelasan sebelumnya, melalui Pasal 67 ayat (1) huruf a, Pemerintahan desa memiliki wewenang dalam hal mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat suatu desa. Sedangkan mengenai kewajiban, ditekankan melalui Pasal 67 ayat (2), pemerintah desa bertanggung jawab atas beberapa hal seperti melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat desa, peningkatan kualitas kehidupan masyarakat desa, mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa, dan memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa. 83

Selain dari sisi aparatur pemerintahan desa, masyarakat desa juga memiliki hak dan kewajiban sebagaimana diatur di dalam Pasal 68 ayat (1) dan (2) UU No.

6 Tahun 2014 tentang Desa. Mengenai hak masyarakat desa diatur pada Pasal 68 ayat (2) seperti meminta dan mendapatkan informasi dari pemerintah desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa, memperoleh pelayanan yang sama dan adil, menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

83 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, LN RI TAHUN 2014 NO. 7, TLN RI NOMOR 5495, Pasal 67 Ayat 2.

Selain adanya hak, masyarakat desa juga berkewajiban terkait tata kelola sumber daya air di antara nya :

a. Membangun diri dan memelihara lingkungan desa dimana mereka tinggal;

b. Mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,

c. Memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di desa; dan

d. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di desa seperti ikut dalam pemberdayaan dan pembinaan bagi masyarakat desa itu sendiri.

Terkait dengan penjelasan sebelumnya, lembaga kemasyarakatan desa memiliki fungsi dalam hal penyelenggaraan desa, berjalannya fungsi pemerintahan desa baik dari aparatur pemerintah desa maupun masyarakat desa yang bersangkutan. Lembaga kemasyarakatan desa sebagai wadah bagi masyarakat desa dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa bersama aparatur pemerintah desa, pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal tersebut demi meningkatkan kemampuan masyarakat desa itu sendiri.

Pelaksanaan program pembangunan desa pada dasarnya bersumber dana dari pemerintah baik dari pusat maupun provinsi dan/atau kabupaten. Maka dari itu, pemerintah daerah baik dari tingkat provinsi maupun kabupaten memiliki tanggung jawab dalam memberdayakan masyarakat desa yang bersangkutan. Maka dari itu, keberadaan dari lembaga kemasyarakatan desa itu penting dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah pedesaan. 84 Selain lembaga kemasyarakatan desa, lembaga adat desa perlu dihadirkan dan diterapkan terhadap masyarakat desa. Sebagaimana Pasal 95 ayat (1 – 3), lembaga adat desa dipandang sebagai suatu hal yang sangat penting untuk diterapkan di masyarakat desa. Hal tersebut terkait dengan budaya yang dimiliki masyarakat desa. Lembaga adat desa berperan dalam tumbuh dan berkembangnya masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat desa yang bersangkutan. Masyarakat desa diberdayakan dan mendapatkan pengetahuan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki wilayah pedesaan setempat. Masyarakat desa menjadi

84 Ibid., Pasal 94 Ayat 1-4.

terbiasa dalam pelaksanaan pembangunan desa dan membangun sikap partisipatif dari masyarakat desa itu sendiri. Selain hal tersebut, lembaga adat desa membangun kemampuan aparatur desa dan masyarakat desa untuk dapat melestarikan dan mengembangkan adat istiadat desa setempat. 85

85 Ibid., Pasal 95 Ayat 1-3.