Keperluan Air Bersih/Air Minum

3.2.1 Keperluan Air Bersih/Air Minum

Sebagaimana air sebagai sumber daya yang vital bagi hidup dan kehidupan masyarakat, tentunya masyarakat di Kota Kecamatan Natal sangat bergantung sekali terhadap ketersediaan air bersih di daerahnya. Hal tersebut terlihat dari aktivitas sehari-hari penduduk setempat dalam memenuhi kebutuhan dasar atas air misalnya saat memulai aktivitas pada pagi hari, masyarakat setempat mulai menggunakan air untuk keperluan minum, mandi, mencuci pakaian maupun perkakas rumah tangga, serta warga yang Muslim menggunakan air untuk Sebagaimana air sebagai sumber daya yang vital bagi hidup dan kehidupan masyarakat, tentunya masyarakat di Kota Kecamatan Natal sangat bergantung sekali terhadap ketersediaan air bersih di daerahnya. Hal tersebut terlihat dari aktivitas sehari-hari penduduk setempat dalam memenuhi kebutuhan dasar atas air misalnya saat memulai aktivitas pada pagi hari, masyarakat setempat mulai menggunakan air untuk keperluan minum, mandi, mencuci pakaian maupun perkakas rumah tangga, serta warga yang Muslim menggunakan air untuk

Adanya keterbatasan sarana dan prasarana yang terbatas dan minim membuat masyarakat Natal dengan segala upaya mengakses sumber air. Ada yang membuat pipa air untuk mengalirkan air dari sumbernya ke rumah yang bersangkutan. Ada warga yang mengambil air langsung dari sumber air dengan berjalan kaki. Upaya-upaya ini menunjukkan adanya persoalan bahwa di Natal masih belum termasuk sebagai wilayah yang menjadi cakupan pelayanan PDAM dalam menyalurkan jaringan distribusi air ke rumah – rumah pelanggan. Beberapa wilayah di Natal seperti Desa Setia Karya, Desa Pasar V Natal, masyarakatnya mengakses sumber – sumber air yang berasal dari sungai maupun sumber mata air. Sebagai gambaran misalnya, pada masyarakat dari Desa Setia Karya yang berada di pinggiran Natal yang berada di aliran sungai Batang Natal. Menjelang sore hari, sekumpulan warga khususnya kaum ibu rumah tangga memulai aktivitas dengan menggunakan air sungai untuk mandi membersihkan diri, mencuci pakaian dan perkakas rumah tangga dan terdapat sekumpulan beberapa anak-anak mandi di sungai yang mana posisi mereka dekat dengan aktivitas kapal-kapal nelayan yang bersandar di bantaran sungai Batang Natal. 53

Keterangan Gambar 3.1 : Foto di samping merupakan tepi

wilayah Pasar IV, Natal yang berbatasan dengan bantaran sungai Batang Natal, telah dekat ke muara nya (Andra, Mandailing Natal, Senin, 19 Januari 2015)

Gambar 3.1

Di dalam foto yang dipaparkan tergambar kegiatan masyarakat dalam mengakses sumber air dengan keterbatasan sarana dan prasarana air yang ada di Natal. Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai tetap mengakses air dengan

53 Observasi Penulis, 19 januari 2015 Natal, Kabupaten Mandailing Natal .

fasilitas yang seadanya. Masyarakat tidak menghiraukan keadaan air sungai yang sudah tidak layak. Kondisi air yang tidak layak konsumsi tersebut disebabkan oleh antara lain adanya kandungan material sedimentasi lumpur, pencemaran dari kegiatan masyarakat serta aktivitas bongkar muat kapal nelayan yang hilir mudik. Hal tersebut menjadi persoalan dan kendala yang dihadapi masyarakat Natal dalam pemenuhan kebutuhan sehari – harinya atas air. Dalam rangka mengetahui dan memahami persoalan akses atas air, dilakukan wawancara dengan beberapa pihak seperti Kepala Desa/Pemangku Adat di Natal, Sekretaris Camat Natal, serta salah satu pemilik usaha Air Minum yang akan dibahas selanjutnya.

Informan A (Asnimar, Sekretaris Camat Natal)

Berdasarkan info dari salah satu Aparatur Pemerintahan di Kecamatan Natal yaitu Ibu Asnimar yang menjabat sebagai Sekretaris Camat pada Kantor Kecamatan Natal, terdapat adanya kesimpulan berdasarkan pernyataan beliau bahwa masyarakat tidak memiliki permasalahan dengan air. Dalam memenuhi kebutuhan dasar atas air, masyarakat di Natal mengambil air dari sumber mata air dan aliran sungai. Air yang digunakan untuk keperluan mandi dan sanitasi sebagian masyarakat Natal menggunakan air sumur dan air sungai. Informan memberikan keterangan mengenai program dana anggaran bantuan desa yang mengakui bahwa belum adanya kucuran dana bantuan untuk desa terkait dengan rencana program dana bantuan dari pemerintah pusat sebesar 1,4 M per desa. Beliau juga memaparkan adanya program PNPM Mandiri namun ketika ditanyakan soal pelaksanaannya, tapi informan tidak tahu pada saat kapan program tersebut telah mulai diterapkan di Kota Kecamatan Natal.

Beberapa tahun yang lalu terkait penyediaan layanan jaringan distribusi air oleh PDAM, pihak PDAM Tirta Madina Kabupaten Mandailing Natal pernah turun ke lapangan melakukan peninjauan terhadap kondisi sumber air yang rencananya ingin dibangun untuk pusat distribusi air ke rumah-rumah penduduk. Namun kondisi dan kuantitas dari sumber air yang tersedia tidak mencukupi sehingga rencana tersebut tidak ditindaklanjuti lagi. Berdasarkan dari penuturan nya, pihaknya mengakui tidak terdapat data dan laporan mengenai permasalahan sumber daya air yang terdapat di Natal. Informan menuturkan bahwa kegiatan Beberapa tahun yang lalu terkait penyediaan layanan jaringan distribusi air oleh PDAM, pihak PDAM Tirta Madina Kabupaten Mandailing Natal pernah turun ke lapangan melakukan peninjauan terhadap kondisi sumber air yang rencananya ingin dibangun untuk pusat distribusi air ke rumah-rumah penduduk. Namun kondisi dan kuantitas dari sumber air yang tersedia tidak mencukupi sehingga rencana tersebut tidak ditindaklanjuti lagi. Berdasarkan dari penuturan nya, pihaknya mengakui tidak terdapat data dan laporan mengenai permasalahan sumber daya air yang terdapat di Natal. Informan menuturkan bahwa kegiatan

tersedia. 54

Informan B (Nirdawati, Masyarakat Natal) Dalam meraih informasi terkait persoalan SDA di Natal, perlu diketahui bagaimana perspektif dari masyarakat natal terhadap permasalahan sumber daya air yang dihadapi sehari-harinya. Salah seorang warga Natal bernama Nirdawati (umur 52 Tahun), saat ditemui sedang mengangkut air dari sumber mata air Pancuran Tambak. Saat diminta wawancara, beliau sedang menggunakan alat pengangkut semen untuk mengangkut air galon dari sumber mata air ke rumahnya. Hal itu menandakan akses air yang berasal dari sumber air yang ada di Natal belum memiliki sambungan langsung ke rumah-rumah masyarakat Natal. Hal itu mengakibatkan distribusi air yang tidak merata. Berdasarkan perkiraan, jarak rumah ke Pancuran Tambak yang merupakan salah satu sumber air di Natal sekitar 900 meter dari rumahnya. Melalui pengakuannya, cara pengambilan air seperti itu dilakukannya hampir setiap hari. Air yang diambil dari sumber air tersebut, digunakan kebanyakan untuk air minum bagi keluarganya. Beliau mengakui bahwa untuk pemenuhan keperluan air minum ini kebanyakan ia dan anak-anaknya yang melakukan kegiatan itu. Suaminya sendiri berprofesi sebagai petani dan bekerja di ladang milik keluarganya sehari-hari.

Akses air sungai ia lakukan untuk keperluan MCK saja. Ketika ditanyakan mengapa tetap menggunakan air sungai, ibu nirdawati menjawab karena keterpaksaan untuk tetap mengakses air yang berasal dari sungai. Ia mengakui air yang berasal dari sungai tersebut membuat kulitnya gatal-gatal yang diantisipasinya dengan pengobatan ringan. Dari informasi dan jawaban yang disampaikan informan didapatkan kesan bahwa yang bersangkutan reaksi beliau kurang mementingkan masalah akses terhadap SDA yang dianggapnya sebagai hal

54 Ibu Asnimar, (2015, 20 Januari). Personal Interview.

biasa dihadapi sehari-hari. Padahal dari kenyataan yang dilapangan, kondisi sarana dan prasarana SDA yang memprihatinkan dan kurang layak untuk digunakan masyarakat setempat.

Keterangan:

Masyarakat Natal yang mengangkut air bersih dari sebuah sumber air di sumber mata air Pancuran Tambak yang terletak di desa Setia Karya, Natal. (Andra, Mandailing Natal, Minggu, 18 Januari 2015)

Gambar 3.2

Informan C (Pak Datuk Asrul/Kepala Desa Setia Karya Natal)

Pada sebuah desa, kepala desa berkedudukan sebagai pihak yang berwenang dan bertanggung jawab dalam menentukan arah pembangunan suatu desa. Sebagaimana pada Pasal 26 ayat (1) UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa,

kepala desa berwenang dalam menetapkan suatu peraturan desa, membina masyarakat desa, pengembangan kehidupan masyarakat desa, koordinasi pembangunan desa. Sedangkan kewajiban dari kepala desa di antaranya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, pembinaan dan pelestarian nilai sosial dan budaya masyarakat desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pengembangan potensi SDA dan pelestarian lingkungan hidup di desa yang bersangkutan. 55

Berdasarkan penuturan dari Pak Datuk Asrul sebagai informan, bahwa sekitar era 1950 an air sungai masih bisa digunakan untuk keperluan mendasar untuk air minum dan sanitasi. Namun seiring perjalan waktu, keadaan dan kualitas air semakin memburuk seiring peningkatan aktivitas masyarakat di sekitar pinggiran sungai Batang Natal. Di samping itu, aktivitas pertambangan emas tradisional emas yang dilakukan oleh masyarakat desa lainnya seperti Simpang Gambir, Muara Soma di wilayah Kecamatan Batang Natal. Masyarakat di desa-

55 Loc. Cit., UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 26 ayat (1) dan (4).

desa tersebut menambang (me-dompeng istilahnya) pinggiran aliran sungai di hulu sungai Batang Natal. Aktivitas pertambangan emas tersebut menimbulkan pencemaran berupa limbah hasil merkuri. Seiring waktu, kualitas air pada aliran sungai Batang Natal menjadi turun dan mengakibatkan timbulnya benih-benih penyakit yang terkandung di dalam air tersebut.

Masyarakat di Natal yang tinggal berada di pinggiran sungai memakai air yang berasal dari aliran sungai Batang Natal menjadi pihak yang mendapatkan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan emas tersebut. Melalui aparatur pemerintahan desa di Kota Kecamatan Natal, sebelumnya telah mengajukan permohonan ke pihak dinas pertambangan Kabupaten Mandailing Natal melarang aktivitas pertambangan emas tersebut. Namun menurut pengakuan dari Pak Datuk Asrul, pihak dinas pertambangan Kabupaten Mandailing Natal belum menanggapi tindakan lebih lanjut terhadap permohonan yang diajukan perwakilan masyarakat Natal terkait aktivitas pertambangan emas tersebut. Masyarakat yang memakai air tersebut terkena penyakit kulit berupa gatal-gatal. Berdasarkan pengakuan pak Datul Asrul, terkait adanya kualitas air yang buruk, masyarakat dengan terpaksa menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari- hari. Selain hal tersebut, aliran air sungai Batang Natal yang bercampur dengan lumpur semakin menurunkan kualitas air yang digunakan oleh masyarakat di Natal. Hingga saat ini belum ada solusi yang diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat Natal.

Berdasarkan pengakuan beliau, mulai di bangun sarana perpipaan untuk saluran air bersih sebagai program pemerintah pusat sebagaimana pada RPJMN 2015-2019. Pembangunan jalur distribusi perpipaan tersebut telah berlangsung dua bulan sejak akhir Oktober 2016. Proyek pengerjaannya dilakukan bersama Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten setempat dengan pengawasan dari pihak pemerintah pusat. Distribusi air bersih tersebut berbentuk Perusahaan Air Minum (PAM) lingkupnya lokal yang hanya melayani kebutuhan masyarakat di Kota Kecamatan Natal. Sentra penampungan air berada di bukik bandera sebagai tempat penampungan air yang dialirkan dari sumber air yang berasal dari daerah Patiluban. Uji coba sudah dilakukan dengaan mengalirkan air ke beberapa rumah penduduk dan diakuinya cukup baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Melalui penuturan dari Pak Datuk Asrul, Sumber air tersebut berada di sekitar perkebunan sawit PT Perkebunan Sumatera Utara (PSU), yang berada di desa Patiluban, Kecamatan Natal. Namun yang menjadi kekhawatiran yaitu timbulnya konflik antara kebutuhan air yang dibutuhkan oleh perusahaan perkebunan sawit tersebut dengan kebutuhan air yang dibutuhkan oleh masyarakat di Natal.

Hingga saat ini, belum ada penyuluhan dari pemerintah kabupaten Mandailing Natal melalui aparatur pemerintahan desa kepada masyarakat di Natal. Penyuluhan disini memberikan didikan kepada setiap masyarakat di Natal untuk mengelola dan memanfaatkan air dengan baik dan benar. Penyuluhan ini sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat tingkat pedesaan untuk lebih aktif dan berpartisipasi di dalam tata kelola air di Natal. Berdasarkan penuturan oleh beliau, tidak terdapat suatu penerapan suatu kearifan lokal setempat dikarenakan wilayah Kota Kecamatan Natal sudah berada di muara sungai Batang Natal. Namun demikian, penerapan kearifan lokal diterapkan di daerah Tapus yang masih berada di wilayah administratif Kecamatan Natal. Kearifan lokal itu berupa larangan aktivitas penangkapan ikan yang tidak pada waktunya. Penangkapan ikan diperbolehkan dengan waktu-waktu tertentu dalam jangka waktu setahun. Walaupun demikian, tidak adanya penerapan kearifan lokal di Natal, namun terdapat suatu budaya masyarakat di Natal dalam menjaga sumber air dengan tidak merambah hutan di sekitar sumber mata air tersebut. Himbauan sebagai salah satu cara yang menonjolkan aspek penjagaan terhadap kelestarian lingkungan di Natal. Hutan dilarang untuk dirambah mengingat sumber air akan menjadi kering jika habis akibat dilakukan perambahan oleh oknum-oknum tertentu.

Masyarakat di Natal dibiarkan mandiri untuk mengakses air bagi kebutuhan sehari-hari. Beliau mengakui air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari memiliki kualitas yang kurang layak dikarenakan rumahnya berada di lingkup lahan gambut. Berdasarkan pengakuan beliau, Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal belum menerapkan program penyuluhan dan pembinaan dari pihak pemerintah kabupaten belum ada diterapkan di Natal. Beliau mengakui bahwa sarana sumber air pancuran yang berada di beberapa titik di Natal dahulu nya dibangun atas program PNPM Mandiri. Namun mengenai kepastian Masyarakat di Natal dibiarkan mandiri untuk mengakses air bagi kebutuhan sehari-hari. Beliau mengakui air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari memiliki kualitas yang kurang layak dikarenakan rumahnya berada di lingkup lahan gambut. Berdasarkan pengakuan beliau, Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal belum menerapkan program penyuluhan dan pembinaan dari pihak pemerintah kabupaten belum ada diterapkan di Natal. Beliau mengakui bahwa sarana sumber air pancuran yang berada di beberapa titik di Natal dahulu nya dibangun atas program PNPM Mandiri. Namun mengenai kepastian

Penelusuran ke salah satu sumber mata air seperti di bukit yang berada dekat dari Natal, dinamakan penduduk setempat dengan nama Bukik Bandera (Bukit Bendera jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia). Beberapa diantara sumber mata air yang memiliki air yang bersih dan layak. 56

Gambar 3.3 (Andra, Mandailing Natal, Gambar 3.4 (Andra, Mandailing Natal,

Gambar 3.5 (Andra, Mandailing Natal, Gambar 3.6 (Andra, Mandailing Natal, 21/01/2015)

Keterangan : Masing – masing foto di atas merupakan sumber air yang berada di Bukit Bendera, daerah Patupangan, Natal.

Sumber-sumber air yang berada di bukit bandera terebut, terdapat suatu tempat penampungan air. Sebagaimana yang diutarakan penduduk setempat, air

56 Mandailing Natal, Observasi penulis, 21 Januari 2015.

yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengambil air minum hingga untuk menyuci motor. Salah satu temuan di lapangan memperlihatkan bahwa salah satu pihak pelaku usaha air minum mengambil air yang berasal dari sumber mata air yang berada di daerah Patupangan tersebut. Dari penuturan singkat salah satu pengambil air dari sumber mata air itu bahwa air tersebut diambil dengan bebas asalkan sumber air yang ada dijaga dengan baik oleh masyarakat.

Gambar 3.7 Gambar 3.8

Keterangan : Sisi timur dari Bukit Bandera yang berada di daerah Patupangan, Natal.

(Andra, Mandailing Natal, 21/01/2015)

Gambar 3.9

Wilayah sekitar sumber air tersebut, merupakan bukit yang tanahnya telah dikeruk, dan terdapat perkebunan kelapa sawit yang mana menunjukkan adanya alih fungsi hutan di sekitar Bukit Bandera tersebut. 57 Sekeliling bukit tersebut, terdapat jalan menuju wilayah Pasar 1 Natal. Di belahan bagian barat bukit tepatnya di kaki Bukit Bandera terletak desa/dusun Pasar 1 Natal. Secara georgrafis, menunjukkan bahwa Bukit Bendera mempunyai nilai yang strategis dan penting bagi masyarakat di Natal. Pada beberapa titik wilayah di Desa Pasar

57 Arman, (2015, 19 Januari), Personal Interview. Menurut penuturan dari salah satu penduduk setempat, tanah yang dikeruk itu digunakan untuk reklamasi bantaran sungai di wilayah

desa/dusun Pasar 4 Natal. Berdasar pada pengamatan penulis, bantaran sungai tersebut sudah terdapat perubahan dengan adanya material batu dan tanah yang menjadi semacam benteng terhadap wilayah bantaran sepanjang wilayah desa/dusun Pasar 4 Natal agar menahannya dari aliran sungai.

1, terdapat beberapa sumber mata air. Salah satu sumber mata air yang ditemukan berada di dekat sebuah rumah tua. Sumber air tersebut berbentuk seperti kolam kecil yang berasal dari aliran air yang berasal dari Bukit Bendera.

Gambar 3.10 (Andra, Mandailing Gambar 3.11 (Andra, Mandailing Natal,

Natal, 19 Januari 2015) 19 Januari 2015)

Keterangan : Masyarakat menggunakan salah sumber mata air yang tidak layak untuk

digunakan. Sumber mata air ini terletak di desa Pasar 1, Kota Kecamatan Natal

Penduduk yang memiliki tempat tinggal yang jauh dari aliran sungai memanfaatkan sumber air yang berada di sekitar pemukiman mereka. Sebagaimana pada gambar yang ditampilkan pada Gambar 3.11, dimana seorang ibu rumah tangga duduk di sebuah batu yang berada di tengah sumber mata air tersebut. Kondisi air yang berada di sumber air tersebut dapat dikatakan kurang layak dikarenakan bercampur dengan limbah hasil cucian pakaian. Ditambah lagi sampah-sampah dari kemasan deterjen yang dibuang dan berserakan di tempat tersebut. Namun penduduk sekitar tetap memanfaatkan dan tidak menghiraukan keadaan dan kondisi air tersebut. Dengan melakukan Manyasa (istilah mencuci dalam bahasa setempat), ibu tersebut tetap mencuci pakaian dengan mengunakan air tersebut. Berdasarkan pengamatan Peneliti di lapangan, terdapat sumber mata air yang tercemar karena aktivitas mencuci oleh masyarakat setempat. Info yang disampaikan oleh Pak Datuk Asrul terdapat gambaran bahwa masyarakat seolah- olah dibiarkan memakai air untuk keperluan cucian di sumber air tersebut. Ditambah lagi hasil limbah cucian tersebut dibuang juga di sumber air tersebut. Untuk keperluan air minum, masyarakat mengambil air dengan cara pergi bagian Penduduk yang memiliki tempat tinggal yang jauh dari aliran sungai memanfaatkan sumber air yang berada di sekitar pemukiman mereka. Sebagaimana pada gambar yang ditampilkan pada Gambar 3.11, dimana seorang ibu rumah tangga duduk di sebuah batu yang berada di tengah sumber mata air tersebut. Kondisi air yang berada di sumber air tersebut dapat dikatakan kurang layak dikarenakan bercampur dengan limbah hasil cucian pakaian. Ditambah lagi sampah-sampah dari kemasan deterjen yang dibuang dan berserakan di tempat tersebut. Namun penduduk sekitar tetap memanfaatkan dan tidak menghiraukan keadaan dan kondisi air tersebut. Dengan melakukan Manyasa (istilah mencuci dalam bahasa setempat), ibu tersebut tetap mencuci pakaian dengan mengunakan air tersebut. Berdasarkan pengamatan Peneliti di lapangan, terdapat sumber mata air yang tercemar karena aktivitas mencuci oleh masyarakat setempat. Info yang disampaikan oleh Pak Datuk Asrul terdapat gambaran bahwa masyarakat seolah- olah dibiarkan memakai air untuk keperluan cucian di sumber air tersebut. Ditambah lagi hasil limbah cucian tersebut dibuang juga di sumber air tersebut. Untuk keperluan air minum, masyarakat mengambil air dengan cara pergi bagian

Gambar 3.11

Gambar 3.12

Keterangan Foto :

Fasilitas sarana air dibelakang perumahan penduduk di Pasar 1 Natal.

Fasilitas yang terdapat di foto terlihat sudah tidak terawat dan tidak ada

perbaikan namun masyarakat masih mengakses

air dari sumber

sebagaimana pada gambar

(Gambar 3.11, 3.12, 3.13 : Andra, Mandailing Natal, 19 Januari 2015)