2 Pengaturan Sumber Daya Air sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi No.85\PUU-XI\2013

2. 1. 2 Pengaturan Sumber Daya Air sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi No.85\PUU-XI\2013

Pengaturan terkait sumber daya air (SDA) setelah UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air yang pembentukannya dilatarbelakangi adanya pertimbangan bahwa perkembangan waktu dan zaman yang mana masyarakat menghadapi keadaan terjadinya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan kebutuhan air yang semakin meningkat . Dengan demikian, diperlukan suatu landasan hukum yang baru dalam mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sektor, dan antar pihak terkait pengelolaan SDA di daerah yang Pengaturan terkait sumber daya air (SDA) setelah UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air yang pembentukannya dilatarbelakangi adanya pertimbangan bahwa perkembangan waktu dan zaman yang mana masyarakat menghadapi keadaan terjadinya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan kebutuhan air yang semakin meningkat . Dengan demikian, diperlukan suatu landasan hukum yang baru dalam mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sektor, dan antar pihak terkait pengelolaan SDA di daerah yang

Pembentukan Undang - Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dilatarbelakangi adanya program WATSAL ( Water Resources Sector Adjustment Loan ) oleh Bank Dunia sebagai syarat pinjaman kepada pihak

Indonesia. 16 Program WATSAL yang berasal dari Bank Dunia menawarkan perbaikan kebijakan, kelembagaan, peraturan dan sistem hukum, pengelolaan dan

konservasi. Konsekuensi yang timbul dari WATSAL di antaranya pembentukan Dewan Air, Sistem Lisensi Air, Sistem Pajak Air, partisipasi sektor swasta terkait pengelolaan suatu daerah aliran sungai (DAS). Syarat – syarat yang diajukan oleh Bank Dunia menandakan adanya pelonggaran pengawasan negara atas pengelolaan air sehingga membuka peluang pihak swasta untuk menguasai SDA demi kepentingan usaha dan modal.

Adanya program itu menekankan pihak pemerintah Indonesia untuk melakukan restrukturisasi menyeluruh atas sektor SDA mulai dari perbaikan kebijakan, kelembagaan, peraturan dan sistem hukum, pengelolaan dan konservasi yang mengarah pada privatisasi sektor air terkait pinjaman utang tersebut. 17

Pengusahaan air tersebut menjadikan air sebagai barang ekonomis yang ditentukan dengan mekanisme pasar dan dihitung dengan kemampuan membeli dari tiap orang. Terkait persoalan sebelumnya, berikut dipaparkan beberapa

16 Indonesia - Water Resources Sector Adjustment Loan, WORLD BANK, Report No. PID7067, diakses 19 April 2016.

17 http://www.fair-biz.org/berita.php?id=6 , diakses pada tanggal 6 April 2016.

ketentuan yang terdapat pada Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yaitu :

Tabel 1. 1 Ketentuan Pasal UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air UNDANG –UNDANG NO. 7 TAHUN 2004

Asas dan Landasan (Pasal 2) Pengelolaan SDA berdasarkan kelestarian, keseimbangan,

kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

Hak Menguasai Negara (pasal 5 dan Negara menjamin hak setiap orang untuk 6)

mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.

SDA

dikuasai

oleh negara dan

dipergunakan

untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

Hak atas Air (Pasal 7 dan 26) Hak guna air terbagi menjadi dua yaitu hak guna pakai air dan hak guna usaha air yang tidak dapat tidak dapat disewakan

dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya.

atau

Prioritas Pengunaan Air (Pasal 26, 29, dan 40)

Pendayagunaan SDA ditujukan terhadap pemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan

dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil.

Mengedepankan fungsi sosial dalam pemanfaatan air sebagai wujud dari keadilan dengan membayar biaya jasa atas pengelolaan air dan penglibatan peran masyarakat.

Pengunaan air tanpa izin (Pasal 8) Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat atas air dilakukan tanpa proses perizinan.

Hak dan Kewajiban Masyarakat Masyarakat memiliki hak terkait masalah (Pasal 62, 82, 83)

SDA yaitu informasi terkait pengelolaan SDA,

ganti

kerugian akibat dari

pengelolaan

SDA, manfaat atas pengelolaan sumber daya air, keberatan terhadap rencana pengelolaan sumber daya air, laporan dan pengaduan, dan gugatan ke pengadilan

Dalam hal kewajiban, mengedepankan kepentingan umum melalui perannya atas konservasi, perlindungan dan pengamanan terhadap sumber daya air.

Partisipasi Masyarakat (Pasal 11) Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya.

Pengunaan Air dengan Izin (Pasal 8 Pengunaan air dengan izin diberlakukan dan 9)

bagi pihak – pihak yang mendayagunakan SDA untuk keperluan dilaur dari kebutuhan mendasar atas air.

Pengusahaan Air Tanah (Pasal 9, 37 Pengusahaan air tanah dengan hak guna dan 47)

usaha atas air di dapatkan dengan mekanisme izin oleh pemerintah atau

pemerintah daerah.

Yang memberi izin usaha (Pasal 9) Pemerintah atau pemerintah daerah berwenang dan bertanggung jawab atas izin yang diberikan kepada pemegang hak guna usaha atas air.

Hak dan Kewajiban Pelaku usaha Adanya pelaku usaha kewajiban pelaku (Pasal 26, 45 dan 47)

usaha mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada

setiap wilayah sungai, mentaati ketentuan izin dan pembatasan lingkup akses pengusahaan air, mengikuti pengendalian mutu yang diberlakukan oleh pihak pemerintah, melakukan kegiatan konservasi atas SDA serta ikut berpartisipasi dalam konsultasi publik.

Berdasarkan pokok –pokok pengaturan yang di bahas sebelumnya, UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tersebut lebih lengkap dan kompleks dibandingkan UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Undang - Undang tentang SDA membagi dua Hak atas Air yaitu Hak Guna Pakai Air dan Hak Guna Usaha Air. Di satu sisi, UU SDA menekankan pemenuhan kepentingan masyarakat umum dan dilibatkannya masyarakat dalam pengelolaan air. Namun demikian, UU ini yang membuka peluang bagi pelaku usaha air yang dilakukan dengan mekanisme perizinan yang kemudian memanfaatkan air untuk kepentingan usahanya. Hal itu membuka celah privatisasi atas air dan membatasi akses atas air bagi masyarakat karena air semakin dikuasai oleh swasta yang memiliki modal besar. Akibatnya akses masyarakat terhadap air semakin sulit. Dengan demikian, persoalan tersebut menjadi pertimbangan beberapa pihak pemohon untuk mengajukan judicial review atas UU No. 7 Tahun 2004 tentang SDA terhadap UUD 1945, mengingat hakikat air sebagai hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh negara.