Sinopsis 『眠れる美女』Nemureru Bijo 32 (Rumah Perawan) (1960) karya 川端康成 Kawabata Yasunari

21 Sinopsis 『眠れる美女』Nemureru Bijo 32 (Rumah Perawan) (1960) karya 川端康成 Kawabata Yasunari

Eguci mengetahui adanya rumah perawan dari seorang kenalan, dimana kenalannya pernah mengunjungi rumah perawan itu. Tempat itu dikhususkan bagi lelaki-lelaki tua untuk mencari kenikmatan dan mimpi indah dengan berada di dekat perawan-perawan telanjang dalam keadaan ditidurkan, tetapi dengan syarat harus mematuhi peraturan rumah peraduan itu, yaitu tidak boleh menggagahi

眠 れる美女 (the) Sleeping Beauty

て人生 こうりょ そのものを考慮 しているのである。 Among those who claim that The House of Sleeping Beauties to be Kawabata's best work are

Yukio Mishima and Edward Seidensteiker. One old man, Eguchi, visits a secret inn five times. At the inn are drugged sleeping young women. Eguchi spends his evening looking at the girls, remembering the experiences as well as being reminded of the experiences of his soon to end life. At the root of this novel is Eguchi's desire to escape death through some kind of salvation which he believes the girls can offer him, however he fails to find that salvation, and the story ends tragically for one of the girls. It was Kawabata's desire that this work appear in the same hard cover edition as One Arm, and the two stories have a great deal of common points. Most interesting is the fact that the two works both feature men who spend the night, closed off from the world, with women (or in the case of One Arm simply a part of a woman) who cannot speak to him or hold any kind of opinion. In both works it's difficult to distinguish dream from reality. As the world sleeps the main characters in both works are busy contemplating life itself.

perawan dalam keadaan tidur dan dilarang berbuat tidak senonoh. Ketika memasuki rumah peraduan itu, Eguci disambut seorang perempuan tua (40 tahun), pengurus rumah peraduan yang bertugas melayani dan menjamu sebelum dan sesudah lelaki-lelaki tua berada bersama perawan.

Pada kunjungan pertama, Eguci merasa asing dengan suasana rumah itu. Kali pertama, Eguci hanya mengamati keadaan di setiap ruangan. Dia merasakan kecemasan karena khawatir perawan yang ditidurkan itu bagaikan mayat seseorang mati lemas, sehingga dia merasa ragu-ragu memasuki kamar untuk menemui gadis itu. Setelah Eguci memasuki kamar perawan, dia mendapati seorang gadis (20 tahun) sedang tidur pulas. Eguci merasakan perasaannya hidup kembali, dia merasakan kelaki-lakiannya, dia teringat pada saat masih muda bersama kekasih-kekasihnya. Dalam tidurnya, dia mengalami mimpi dua kali. Pertama, dia bermimpi dalam pelukan seorang perempuan berkaki empat melilitnya, dan mimpi kedua anaknya melahirkan seorang bayi cacat dan mengerikan. Eguci berpikir kenapa setelah mencari kenikmatan semu dia juga bermimpi buruk pula.

Setelah empat belas hari dari kunjungan pertama, Eguci ditelepon perempuan pengurus rumah perawan untuk tawaran kunjungan kedua. Eguci tidak lagi merasakan keasingan seperti kunjungan pertama melainkan rasa ketidaksabaran dan rasa mabuk kepayang. Dia dibukakan pintu oleh perempuan pengurus rumah perawan dan Eguci bertingkah laku seperti seorang langganan lama. Perempuan pengurus rumah perawan itu menyediakan seorang perawan yang lebih berpengalaman. Pada kunjungannya ini dia teringat anak –anaknya yang telah menikah, dan salah satu anaknya pernah menjadi rebutan dua lelaki sehingga kehilangan keperawanannya.

Delapan hari setelah kunjungan kedua, Eguci datang lagi ke rumah peraduan. Antara kunjungan pertama dan kunjungan kedua terpaut hanya dua minggu, sedangkan kunjungan kedua dengan ketiga terpaut selang waktu hanya satu minggu. Rupanya Eguci sudah tergoda akan kemolekan gadis yang ditidurkan. Pemberitahuan kali ini terlalu cepat, sehingga perempuan pengurus rumah peraduan hanya dapat memberikan seorang perawan usia enam belas tahun dalam taraf latihan karena masih baru dan masih kecil. Eguci tidak menyukai Delapan hari setelah kunjungan kedua, Eguci datang lagi ke rumah peraduan. Antara kunjungan pertama dan kunjungan kedua terpaut hanya dua minggu, sedangkan kunjungan kedua dengan ketiga terpaut selang waktu hanya satu minggu. Rupanya Eguci sudah tergoda akan kemolekan gadis yang ditidurkan. Pemberitahuan kali ini terlalu cepat, sehingga perempuan pengurus rumah peraduan hanya dapat memberikan seorang perawan usia enam belas tahun dalam taraf latihan karena masih baru dan masih kecil. Eguci tidak menyukai

Setelah beberapa hari, Eguci pergi lagi ke rumah perawan yang merupakan kunjungan keempat. Seperti kunjungan ketiga, Eguci datang tanpa memberitahu pada pengurus rumah perawan, sehingga Eguci mendapatkan gadis masih perawan. Dalam kunjungan ini, Eguci merasa heran karena selama empat kali datang dia mendapatkan keempat gadis-gadis masih perawan.

Setelah beberapa lama dia tidak berkunjung ke tempat itu, pada malam tahun Eguci kembali datang ke rumah peraduan. Dalam kunjungan yang kelima, Eguci ditemani oleh dua gadis, dimana satu kecil berkulit putih dan satu lagi besar berkulit hitam. Dia teringat pada ibunya, dimana Eguci pada waktu itu berusia tujuh belas tahun. Tiba-tiba dia tersadar dari tidurnya dan diketahui gadis besar berkulit hitam badannya dingin dan tidak bernapas lagi. Gadis itu mati di samping Eguci.