Sinopsis cerita rakyat『こたろうとははりゅう』Kotaro To Haha Ryu

40 Sinopsis cerita rakyat『こたろうとははりゅう』Kotaro To Haha Ryu

Zaman dahulu kala di negeri Shinano yang saat itu terdiri dari gunung- gunung dan ketika orang-orang ingin tempat untuk tinggal, mereka harus bermandikan keringat membuka lahan. Diantara mereka ada seorang pemimpin muda, gagah dan berkemampuan istimewa. Setiap malam ada seorang gadis cantik yang datang ketempat pemimpin itu, dan tak ada yang tahu asal si gadis, apakah ia seorang manusia ataukah dewi.

Pada suatu malam, saat gadis itu hendak pulang, si pemimpin menyematkan jarum berbenang pada tepi kimono gadis itu. Kemudian benangnya terus memanjang sampai di suatu gua. Ternyata gadis itu adalah jelmaan naga.

Tidak lama kemudian, sang pemimpin meninggal dan ia telah mewariskan keahliannya bercocok tanam pada penduduk. Selain itu juga penduduk sangat menghormati sungai ubugawa yang mengalir di daerah mereka layaknya menghormati para dewa. Oleh sebab itu pada suatu hari, dari arah hulu sungai ubugawa alirannya membawa bayi yang lahir dari hubungan sang pemimpin dengan gadis naga. Meski tak mengetahui hal itu, seorang nenek yang sedang mencuci percaya bahwa bayi itu pastilah anak dewa air. Akhirnya nenek membawa pulang dan merawatnya. Bayi yang bernama Kotaro, meskipun hanya anak naga ia tumbuh sehat dan mempunyai perangai aneh. Setiap harinya hanya makan-tidur, makan-tidur sehingga ia disebut Taro si pemalas.

Suatu hari nenek menyuruh Kotaro mencari kayu bakar di hutan, dan dalam waktu sekejap dengan kehebatannya ia berhasil mengumpulkan potongan kayu hagi dalam satu ikatan dari seluruh penjuru gunung. Karena nenek sangat gembira melihat hal itu, ia lupa pesan Kotaro bahwa jika tali ikatan lepas kayu yang sangat banyak itu akan menimpa nenek.

Akhirnya nenek meninggal tertimpa kayu-kayu itu. Sebelum meninggal nenek berterus-terang bahwa Kotaro bukan anak kandungnya. Akhirnya Kotaro pergi ke hulu sungai ubugawa mencari ibunya, dan ia telah berjalan hingga danau Chikuma yang merupakan sumber sungai tersebut. Di puncak gunung ia bertemu Akhirnya nenek meninggal tertimpa kayu-kayu itu. Sebelum meninggal nenek berterus-terang bahwa Kotaro bukan anak kandungnya. Akhirnya Kotaro pergi ke hulu sungai ubugawa mencari ibunya, dan ia telah berjalan hingga danau Chikuma yang merupakan sumber sungai tersebut. Di puncak gunung ia bertemu

Seandainya danau Chikuma menjadi sebuah ladang tentu hidup penduduk setempat lebih bahagia. Dalam benak Kotaro ingin menolong tapi ia belum menemukan caranya. Beberapa lama kemudian ia bertemu sang ibu. Di tepi danau Kotaro memanggil-manggil ibunya dan dari permukaan danau itu muncullah sesosok wanita cantik.

Setelah memastikan bahwa wanita itu adalah ibunya, kemudian Kotaro memohon pada sang ibu untuk membuat danau ini menjadi sawah, ladang yang luas dan sangat bermanfaat bagi kehidupan penduduk sekitar. Sang ibu nampak kebingungan karena jika tak ada danau ini dimanakah ia akan tinggal.

Kemudian ia masuk kembali ke danau dan ketika Kotaro memanggil, dari dalam percikan air muncullah naga besar, itulah wujud ibu Kotaro yang sebenarnya. Dan sang ibu mengatakan bahwa tanpa danau ini, ia dan Kotaro tak bisa hidup sama-sama. Tapi karena dalam tubuh Kotaro mengalir separuh darah manusia yang peduli dengan kehidupan sesamanya, sehingga sang ibu bersedia mengabulkan permintaan Kotaro dan mencari danau lainnya.

Kotaro yang hidup sendiri meratap untuk bisa ikut dengan ibunya. Naluri keibuan sang naga tersentuh kemudian Kotaro disuruh menaiki punggungnya untuk penunjuk arah dan segera menghancurkan gunung serta menabrak bebatuan. Dengan menggunakan kepala dan tenaga ibu naga menabrak bebatuan sampai berulang kali membuat tubuhnya penuh dengan luka. Akhirnya bebatuan itu hancur dan serpihannya berjatuhan ke bumi, bersamaan dengan air danau yang mengalir keluar.

Melihat hal itu Kotaro dan ibu naga sangat gembira. Setelah gunung diratakan dan air danau Chikuma mengalir keluar, lama kelamaan berubah menjadi persawahan yang menghijau. Dengan mempertaruhkan nyawa, Kotaro dan ibu naga berhasil meratakan gunung dan setelah itu sambil menggali daratan kemudian menghilang di laut utara, dan akhirnya keduanya tak terlihat lagi.