Kumpulan Sinopsis Karya Sastra Jepang

2 Sinopsis 『心』Kokoro 4 (Rahasia Hati) karya 夏目漱石 Natsume Sôseki 5

Aku kali pertama bertemu dengan Sensei pada saat menikmati liburan musim panas di Kamakura 6 . Setelah beberapa lama Aku bergaul dengan Sensei,

aku banyak merasa kecewa karena sikapnya selalu dingin dan acuh. Tetapi meskipun demikian, karena tahu bahwa sikap Sensei itu tidak mempunyai maksud jahat, membuat aku tidak ingin berpisah dengannya. Sepulangnya dari Kamakura, selang beberapa hari aku pergi ke rumah Sensei, pada saat itu Sensei tidak ada di rumah. Menurut keterangan istrinya, sebulan sekali Sensei pergi berziarah ke suatu kuburan yang ada di Zoshigaya. Setelah mendapat penjelasan dari nyonya rumah, aku pun pergi ke sana dan dapat bertemu dengan Sensei. Sensei terkejut melihat kedatanganku. Dalam perjalanan pulang, Sensei mengatakan bahwa

Pada suatu hari, dengan maksud akan membicarakan isi sebuah buku, Aku kembali mengunjungi Sensei. Tetapi karena Sensei tidak ada, maka sambil menunggu Sensei pulang, aku dan nyonya rumah berbicara tentang Sensei. Nyonya rumah mengatakan bahwa Sensei adalah seorang lulusan Universitas, tetapi Sensei tidak bekerja. Pada waktu masih muda, Sensei mempunyai seorang teman kuliah yang akrab. Pada waktu temannya hampir lulus tiba-tiba S meninggal dunia. Sejak saat itulah, sikap Sensei berubah.

Pada suatu ketika, Aku menerima sepucuk surat yang isinya mengatakan bahwa ayahku jatuh sakit. Aku merasa khawatir dan kuputuskan untuk segera pulang. Akan tetapi uang persediaanku sudah habis, untuk itu Aku meminjam uang dari Sensei, lalu aku pun segera pulang. Setelah penyakit ayahku agak baik,

Aku kembali lagi ke Tokyo 7 . Aku menceritakan perihal penyakit ayahku kepada Sensei. Sensei tahu banyak tentang penyakit ayahku, sehingga Sensei

menceritakan tentang macam-macam kemungkinan mengenai penyakit tersebut. Aku merasa senang karena waktu liburan tiba, untuk itu aku mengajak Sensei pergi berjalan-jalan. Pada waktu itulah untuk pertama kalinya Sensei bertanya tentang kekayaan orang tuaku. Aku tidak mengerti mengapa Sensei berkata demikian. Aku merasa aneh karena Sensei yang tidak bekerja dapat membiayai hidup sehari-hari bersama istrinya, kemudian Sensei bercerita tentang warisan, dan Sensei menganjurkan kepadaku agar aku membereskan warisan bagianku, karena kalau orang tua sudah meninggal, hal warisan tersebut akan menjadi persoalan yang rumit. Selain itu, meskipun orang itu saudara kita, tetapi kalau dibujuk dengan uang, mereka akan menjadi orang yang jahat. Hal itu merupakan hal yang biasa dalam kehidupan manusia.

Pada waktu bercerita tentang warisan, Sensei kelihatan menyimpan rahasia kekecewaan yang begitu mendalam. Karena itu Aku bertanya kepada Sensei,

“Apakah anda pernah mengalami kekecewaan karena warisan? “. Sensei menjawab “Ya, saya mengalaminya dua puluh tahun yang lalu. Saya dikhianati oleh paman saya sendiri ”. Sensei menambahkan, “Sewaktu kedua orang tua saya masih ada, mereka bersikap baik, tetapi setelah kedua orang tua saya meninggal dunia, mereka berubah menjadi jahat dan licik yang tak tahu diri ”. Merasa tidak puas dengan pembicaraan Sensei mengenai warisan, Aku meminta kepada Sensei untuk menceritakan masa lalunya. Sensei menjanjikan bahwa pada suatu waktu akan menceritakan masa lalunya, tentang suka dan duka yang mewarnai masa lalunya hingga sekarang.

Waktu ujian pun tiba dan Aku pun berhasil lulus, kemudian Aku kembali ke kampung halamanku. Orang tuaku menyambut gembira dan bermaksud akan mengundang tetangga untuk merayakan hal itu. Dan karena ayahku mendengar bahwa Tenno jatuh sakit, maka ayahku menjadi sedih sehingga ayahku membatalkan rencananya. Ketika Aku bermaksud kembali ke Tokyo untuk mencari pekerjaan, penyakit ayahku kambuh lagi, sehingga Aku membatalkan keberangkatanku.

Pada kesempatan lain Aku menerima surat dari Sensei, Aku begitu rindu pada Sensei. Meskipun ayahku dalam keadaan sakit, akhirnya Aku kembali juga ke Tokyo. Surat itu menceritakan tentang masa lalunya dan Sensei menjanjikan untuk menceritakannya sebelum Aku pulang ke kampung halaman. Diantaranya surat itu berisikan, bahwa Sensei ditinggal mati oleh kedua orang tuanya ketika berumur dua puluh tahun karena menderita sakit yang sama yaitu Typhus. Ibunya sebelum meninggal memohon kepada pamannya untuk memeliharanya. Sensei ditinggal sendiri, maka tiada jalan lain Sensei ikut pamannya. Sesuai kehendak ibunya, Sensei pun dikirim ke Tokyo dan masuk perguruan tinggi.

Sensei yang masih begitu kuat, tidak saja percaya kepada pamannya, tetapi juga merasa sangat berterima kasih, apalagi Ayahnya pernah memuji pamannya, karena itu Sensei tidak meragukan pamannya. Selama Sensei berada di Tokyo, rumah peninggalan orang tuanya di desa dihuni oleh pamannya. Pamannya terikat Sensei yang masih begitu kuat, tidak saja percaya kepada pamannya, tetapi juga merasa sangat berterima kasih, apalagi Ayahnya pernah memuji pamannya, karena itu Sensei tidak meragukan pamannya. Selama Sensei berada di Tokyo, rumah peninggalan orang tuanya di desa dihuni oleh pamannya. Pamannya terikat

Setelah satu semester belajar di perguruan tinggi, pada waktu liburan musim panas Sensei pulang ke kampung halamannya. Pada waktu itu semua anak pamannya yang bersekolah di kota datang ke rumah yang ada di kampung. Sensei merasa senang melihat keadaan rumahnya yang ramai dan penuh suasana riang itu. Tetapi ada satu hal yang membuat Sensei merasa sedih yaitu paman dan bibinya mendesaknya agar segera kawin. Alasan pamannya mendesak cepat kawin adalah supaya Sensei menggantikan ayahnya yang telah tiada. Tetapi karena Sensei masih terlalu muda, hal itu tidak terlalu dipikirkannya.

Pada akhir tahun kuliah, Sensei kembali lagi ke kampung halamannya. Pada saat itu pun, pamannya dengan alasan yang sama mendesaknya untuk segera kawin dan calon yang ditunjuk pamannya itu adalah anak pamannya sendiri. Sensei menganggap anak pamannya itu sebagai adiknya, juga tidak ada rasa cinta. Akhirnya Sensei pun menolak desakan pamannya itu. Sensei mulai mencurigai sikap pamannya setelah mendengar desas-desus dari temannya bahwa pamannya memelihara gundikdi kota dan usaha dagangnya mengalami kemunduruan. Karena itu Sensei mengadakan pembicaraan mengenai soal warisan kepada pamannya. Tetapi karena pamanya selalu menghindari pembicaraan itu, maka tidak pernah mencapai suatu penyelesaian yang diharapkan.

Sejak saat itu, terhadap paman dan juga terhadap orang lain pun, Sensei tidak menaruh kepercayaan terutama mengenai hal yang berhubungan dengan uang. Sensei merasa benci pada pamannya sehingga memutuskan untuk pergi dari rumahnya dan tidak ingin bertemu lagi dengan paman dan keluarganya. Mengenai harta warisan, karena tidak ada jalan lain yang dapat ditempuhnya, maka Sensei meminta pertolongan temannya untuk membereskan. Akhirnya, persoalan itu dapat diselesaikan oleh temannya. Dengan bunga hasil penjualan harta warisan itu, Sensei keluar dari asrama sekolah dan tinggal pada suatu keluarga yang terdiri dari ibu (Okaasan) dan anak gadisnya (Ojosan). Setelah lama tinggal lama pada keluarga itu, hubungan Sensei dengan ibu dan anak gadisnya semakin akrab, terutama anak gadisnya mulai timbul perasaan cintanya.

Pada suatu hari, ada teman sekampungnya belajar di perguruan tinggi yang sama dengan Sensei. Temannya mengalami kesulitan uang karena berselisih paham dengan orang tuanya. Untuk mengatasi biaya hidupnya, maka temannya itu bekerja sebagai guru pada suatu sekolah. Kegiatannya begitu padat, sehingga kesehatannya tidak diperhatikan lagi. Sensei merasa kasihan melihat keadaan temannya itu dan mengajaknya untuk tinggal bersama. Teman Sensei, K namanya adalah seorang yang hanya mempunyai hobi membaca buku. Untuk merubah sikap K yang demikian itu, setiap kali Sensei berkumpul dan berbicara dengan nyonya dan anak gadisnya itu, Sensei selalu mengajak K untuk ikut serta. Lambat laun sifat K berubah menjadi periang. K pun sama halnya dengan Sensei, setelah tinggal lama pada keluarga itu, hubungannya dengan anak gadis itu menjadi akrab pula.

Suatu ketika ada peristiwa yang kurang menyenangkan bagi Sensei, yaitu ketika Sensei melihat K sedang asyik berbincang dengan anak gadis yang namanya dikenal dengan sebutan Ojosan. Kejadian itu membuat Sensei sedih dan susah karena Sensei merasa bahwa mungkin Ojosan lebih menyukai K daripada dirinya. Sejak saat itu, Sensei cemburu pada K. Pada suatu hari ketika Okusan dan Ojosan pergi ke rumah familinya, Sensei dan K berada di rumah. Pada waktu itu K berbicara mengenai Okusan dan Ojosan, K tidak mengetahui bahwa Sensei mencintai Ojosan, K pun berkata kepada Sensei bahwa dirinya mencintai Ojosan. Mendengar hal itu Sensei terkejut dan sejak saat itu K merupakan saingannya sehingga menyebabkan Sensei kurang makan dan tidur karena memikirkan hal tersebut.

Pada kesempatan lain, ketika Sensei sedang membaca buku di perpustakaan, K datang menghampirinya lalu mengajak Sensei berjalan-jalan. Pada saat itulah K meminta pendapatnya mengenai masalah cintanya dengan Ojosan. Akan tetapi karena Sensei juga mencintai Ojosan, maka Sensei tidak memberikan pendapatnya malahan Sensei memojokkan K pada posisi sulit.

Pada suatu hari, Sensei memohon pada Okusan agar dirinya direstui untuk mengawini Ojosan. Okusan mengabulkan permintaan Sensei sehingga Sensei merasa lega hatinya. Okusan meminta pada Sensei agar tidak memberitahukan persoalan itu kepada K. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Sensei merasa berdosa Pada suatu hari, Sensei memohon pada Okusan agar dirinya direstui untuk mengawini Ojosan. Okusan mengabulkan permintaan Sensei sehingga Sensei merasa lega hatinya. Okusan meminta pada Sensei agar tidak memberitahukan persoalan itu kepada K. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Sensei merasa berdosa

Dua bulan setelah kematian K, Sensei lulus dari unversitas dan enam bulan kemudian Sensei kawin dengan Ojosan. Perasaan berdosa atas kematian K terus menghantuinya. Sejak ditipu oleh pamannya, Sensei tidak mempercayaai manusia dan selalu menilai buruk terhadap orang lain, tetapi terhadap dirinya sendiri Sensei tidak berpikir demikian. Sensei merasa bahwa dirinya sebagai orang yang berbudi baik. Akan tetapi setelah kematian K perasan itu pun hilang sendiri dan Sensei menyadari bahwa dirinya pun sama dengan pamannya.

Sensei merasa benci pada dirinya sendiri, akhirnya hidup Sensei tidak bergairah lagi dan selalu bersikap dingin terhadap istrinya sendiri. Setahun telah lewat, akan tetapi persoalan selalu merisaukan hatinya. Untuk menghilangkan perasaan itu, Sensei berusaha menghibur diri dengan banyak membaca buku dan minum sake. Akan tetapi perasaan risau menghantui pikirannya dan tidak pernah hilang dari dirinya.

Selang beberapa bulan, mertuanya jatuh sakit dan menurut Dokter yang merawatnya, penyakit yang dideritanya itu tidak mungkin dapat disembuhkan lagi dan akhirnya mertuanya meninggal dunia. Setelah mertuanya meninggal dunia, kini hanya tinggal Sensei dan istrinya. Istrinya berkata bahwa di dunia ini, hanya Senseilah satu-satunya tempat menggantungkan hidupnya. Sensei merasa kasihan terhadap istrinya sehingga Sensei memperlakukan istrinya dengan penuh perhatian. Tetapi perasaan berdosa atas kematian K selalu membayangi hidupnya seakan-akan terkurung dalam penjara dan seakan-akan hidupnya dalam keputus asaan penuh kegagalan. Sensei tidak dapat melepaskan diri dari perasaan tidak tenang dalam jiwanya, akhirnya Sensei pun bertekad memilih cara untuk mati seperti yang dilakukan oleh K yaitu mati dengan jalan bunuh diri.

3 Sinopsis 『坊ちゃん』Bocchan 8 karya 夏目漱石 Natsume Sôseki

Bocchan sering terlibat permasalahan karena sifatnya sering naik darah, dan juga suka melAkukan sesuatu tanpa berpikir panjang karena didorong oleh egonya yang tinggi. Sejak kecil Bocchan sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya konyol, namun cukup berbahaya, seperti menjatuhkan tubuhnya dari lantai dua di sekolahnya, atau pun memotong jari tangannya sendiri. Ini semua dilakukannya hanya karena ia tidak mau dianggap pengecut oleh temannya. Belum lagi perkelahian-perkelahian dengan teman-temannya, ataupun dengan kakaknya sendiri, karena memang diantara mereka tidak pernah terjadi kecocokan.

Kedua orang tuanya pun merasa jengkel dengan sifat Bocchan yang dianggap selalu menyusahkan orangtuanya, sehingga Bocchan merasa bahwa perlakuan kedua orangtuanya kepadanya dirasa berat sebelah apabila dibandingkan dengan perlakuan orang tua kepada kakaknya. Namun walaupun Bocchan merasa bahwa ia hampir dapat dimengerti oleh siapapun karena sifatnya tersebut, Kiyo, pengasuhnya bertindak sebaliknya. Ia sangat mengasihi Bocchan, bahkan selalu membelanya ketika ia dimarahi oleh ayahnya karena bertengkar dengan kakaknya. Kiyo selalu mendorong Bocchan dengan penuh kasih sayang, memberikan perhatian yang tidak pernah didapatkannya dari kedua orangtua maupun kakaknya.

Setelah kedua orangtua meninggal, kakak Bocchan menjual rumah mereka dan hasilnya dibagi dua. Bocchan akhirnya menggunakan uang penjualan rumah sebagai biaya pendidikan, namun ia merasa bingung memilih sekolah yang akan dimasukinya, karena ia hampir tidak menyukai bidang apapun. Akhirnya, ketika ia melintas di depan sekolah IPA Tokyo, ia melihat pengumuman pendaftaran siswa baru, dan didorong oleh sifatnya yang tanpa pikir panjang, Bocchan memutuskan untuk masuk sekolah IPA tersebut.

Tiga tahun kemudian Bocchan lulus dari sekolah tersebut dengan hasil sedang, kemudian ia mendapat tawaran untuk mengajar di sekolah menengah di pulau Shikoku sebagai guru matematika, dengan gaji 40 yen sebulan. Sekali lagi,

Bocchan menjadi guru matematika di Sekolah Menengah di Shikoku. Sebagai guru, gerak-gerik Bocchan yang pemarah sering menjadi sasaran permainan murid-muridnya. Gerak-geriknya selalu diawasi sehingga Bocchan menjadi semakin marah dan makin tidak menyukai murid-muridnya. Murid-murid Bocchan juga tidak menyukainya karena sikapnya yang sulit mengambil hati murid-muridnya.

Di sekolah ini, Bocchan mendapat bersahabat dengan guru matematika yaitu Hotta, yang disebutnya sebagai “si Landak”. Bocchan juga memberi nama julukan bagi guru-guru di sekolah tersebut. Kepala sekolah di sebutnya “si Cerpelai ”. Wakil Kepala Sekolah disebutnya “si Baju merah”, guru bahasa Inggris disebut “si labu hijau” guru kesenian yang menjadi kaki tangan Wakil Kepala Sekolah dipanggilnya “si Badut” dll. Bocchan merasa kecewa dengan peraturan sekolah yang mengharuskan dia bertindak hati-hati dan harus menjadi tauladan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, karena ia harus memberi pengaruh yang baik kepada murid-muridnya. Bocchan merasa tidak sanggup melakukan hal itu karena sifatnya mudah marah, maka iapun menyesal menerima tawaran guru.

Walaupun Bocchan memiliki sifat yang mudah marah, namun ia adalah orang yang jujur dan membenci ketidakadilan. Sikap ini ditunjukkan ketika setiap guru mendapat giliran tugas jaga malam, sedangkan Wakil Kepala Sekolah menjalin hubungan cinta dengan tunangan teman guru bahasa Inggris. Bocchan merasa bahwa sikap Wakil Kepala Sekolah sungguh tidak dibenarkan, karena dengan kekuasaannya dan uang telah merebut tunangan guru bahasa Inggris. Bukan itu saja, untuk memuluskan rencana busuknya, ia membuat situasi yang Walaupun Bocchan memiliki sifat yang mudah marah, namun ia adalah orang yang jujur dan membenci ketidakadilan. Sikap ini ditunjukkan ketika setiap guru mendapat giliran tugas jaga malam, sedangkan Wakil Kepala Sekolah menjalin hubungan cinta dengan tunangan teman guru bahasa Inggris. Bocchan merasa bahwa sikap Wakil Kepala Sekolah sungguh tidak dibenarkan, karena dengan kekuasaannya dan uang telah merebut tunangan guru bahasa Inggris. Bukan itu saja, untuk memuluskan rencana busuknya, ia membuat situasi yang

Bocchan sangat membenci Wakil Kepala Sekolah karena ia pernah diadu domba dengan Hotta sehingga ia membenci Hotta. Bocchan menganggap Hotta telah menghasut murid-murid untuk mempermainkan Bocchan, padahal hal tersebut tidak benar. Wakil Kepala Sekolah adalah orang munafik. Di depan orang banyak dia tampak alim, menjaga sikapnya, terhormat dan selalu tampak memiliki moralitas yang tinggi namun sebenarnya di balik itu Wakil Kepala Sekolah memiliki kebiasaan yang tidak baik yaitu pergi berkencan diam-diam dengan tunangan guru bahasa Inggris atapun pergi ke Ikagin dan bermalam dengan seorang Geisha. Hal itu diketahui setelah Bocchan mengetahui dengan mata kepalanya sendiri.

Pada suatu hari yang ditetapkan, Bocchan dan Hotta bermaksud menjebak Wakil Kepala Sekolah yang selalu ditemani sabatnya guru kesenian ketika berkencan dengan Geisha langganannya, akhirnya mereka terpergok dan tidak dapat mengelak. Pada akhirnya Bocchan dan Hotta berhenti dari sekolah tersebut dan kembali ke Tokyo.

4 Sinopsis 『門』Mon karya 夏目漱石 Natsume Sôseki

Sõsuke, seorang pegawai negeri biasa dan tinggal di Tokyo. Ia menikah dengan Oyone, seorang gadis yang baik hati namun belum juga mempunyai anak. Sõsuke juga mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Koroku, pelajar SMU. Sepeninggal ayahnya, Koroku tinggal dan dipelihara oleh pamannya yang bernama Saeki. Ketika itu, Sõsuke sedang kuliah di luar kota sehingga tidak dapat menjaga adik dan harta keluarga. Paman dan bibiknyalah yang mengurus semua

Setelah menikah dengan Oyone, Sosuke tinggal dan hidup berpisah dari keluarga Saeki, dan Korokupun tidak ikut serta tinggal dengan kakaknya, ia tetap tinggal dengan keluarga Saeki. Sõsuke hanya sesekali berkunjung ke keluarga Saeki untuk mengetahui keadaan adiknya, Koroku serta keluarga Saeki. Setiap kali berkunjung tidak pernah sampai menginap, terlihat sepertinya Sõsuke tidak merasa nyaman dan ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu. Hal seperti itupun dialami oleh paman Saeki.

Semuanya berjalan dengan lancar, sampai pada suatu saat, ketika paman Saeki meninggal dunia, dan tiba-tiba Koroku datang mengunjungi kakaknya dan membawa berita bahwa ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena tidak ada biaya seperti yang telah dikatakan oleh bibinya. Hal itu membuat Sõsuke terkejut, karena ia merasa bahwa harta peninggalan orang tuanya lebih dari cukup untuk membiayai sekolah Koroku. Sõsuke berjanji kepada Koroku untuk mengurus hal itu dan berencana akan bertemu dengan bibinya dalam waktu dekat untuk membicarakannya.

Walaupun sudah berjanji kepada Koroku, namun Sõsuke merasa agak enggan untuk bertemu dengan bibinya. Akhirnya, ia menulis surat terlebih dahulu dan dalam suratnya, ia menanyakan hal tersebut kepada bibinya. Ternyata suratnya, tidak mendapat balasan, dan karena desakan Koroku, maka Sõsuke pergi ke rumah Sakai untuk menanyakan perihal biaya sekolah Koroku. Tetapi, jawaban yang diterima oleh Sõsuke dari bibinya membuatnya sangat terkejut. Bibinya berkata bahwa harta keluarga Sõsuke dan Koroku sudah lama habis dan yang tersisa hanyalah sebuah lukisan. Bibinya pun berkata bahwa harta keluarga Sõsuke habis digunakan untuk membayar hutang-hutang ayah Sõsuke setelah ia meninggal dunia. Saat itu Sõsuke tidak mengetahuinya karena sedang kuliah di luar kota. Bibinya juga menambahkan bahwa sekarang ini ia tidak dapat membiayai sekolah Koroku lagi karena uangnya sedang digunakan Yasunosuke untuk membuat bengkel baru. Menurut pendapat bibinya, karena Koroku masih Walaupun sudah berjanji kepada Koroku, namun Sõsuke merasa agak enggan untuk bertemu dengan bibinya. Akhirnya, ia menulis surat terlebih dahulu dan dalam suratnya, ia menanyakan hal tersebut kepada bibinya. Ternyata suratnya, tidak mendapat balasan, dan karena desakan Koroku, maka Sõsuke pergi ke rumah Sakai untuk menanyakan perihal biaya sekolah Koroku. Tetapi, jawaban yang diterima oleh Sõsuke dari bibinya membuatnya sangat terkejut. Bibinya berkata bahwa harta keluarga Sõsuke dan Koroku sudah lama habis dan yang tersisa hanyalah sebuah lukisan. Bibinya pun berkata bahwa harta keluarga Sõsuke habis digunakan untuk membayar hutang-hutang ayah Sõsuke setelah ia meninggal dunia. Saat itu Sõsuke tidak mengetahuinya karena sedang kuliah di luar kota. Bibinya juga menambahkan bahwa sekarang ini ia tidak dapat membiayai sekolah Koroku lagi karena uangnya sedang digunakan Yasunosuke untuk membuat bengkel baru. Menurut pendapat bibinya, karena Koroku masih

Mendengar penjelasan bibinya, segeralah Sõsuke terdiam dan merasa bingung dengan hal itu. Sesampainya di rumah, Sõsuke segera berunding dengan istrinya membicarakan biaya sekolah Koroku. Sebagai seorang kakak Sõsuke merasa bahwa merupakan tanggung jawabnya lah membiayai sekolah ataupun memberi uang saku setiap bulannya. Namun, keadaan ekonomi Sõsuke hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ia dan istrinya pun hidup sederhana karena hal itu. Maka akan makin beratlah kehidupan Sõsuke jika ia harus membiayai Koroku.

Seperti pada umumnya orang Jepang, Sõsuke bekerja selama tujuh hari dalam seminggu. Hari liburnya hanyalah hari Minggu. Setiap harinya, ia harus pergi ke kantor pagi-pagi dan pulang ke rumah malam hari. Begitulah rutinitasnya, oleh karena itu ia menjadi kurang dapat bersosialisasi dengan tetangga maupun dengan keluarganya. Ia menjadi kehilangan gairah untuk menikmati hidup ataupun merasakan adanya perubahan di sekitar tempat tinggalnya. Di setiap hari Minggu, yang dilakukannya adalah bangun lambat dari biasanya, kemudian pergi ke pemandian umum di sekitar rumahnya dan menghabiskan waktunya di rumah, berbincang-bincang dengan istrinya. Terkadang, pada sore harinya ia pergi berjalan-jalan menikmati suasana sore dan akan kembali untuk makan malam yang telah disediakan oleh istrinya. Sõsuke tidak mempunyai hobi atau kesenangan pada suatu hal atau benda tertentu. Hari-harinya dihabiskan untuk bekerja.

Perkawinannya dengan Oyone telah berjalan beberapa tahun, namun mereka belum dikaruniai seorang anak pun. Sudah beberapa kali Oyone hamil tapi selalu mengalami keguguran. Tentu saja Sõsuke merasa kecewa akan hal itu, tetapi bisa menerima keadaan istrinya. Ia pun selalu mendampingi dan merawat Oyone selama istrinya hamil dan selalu membesarkan jiwa Oyone ketika mengalami keguguran. Pertemuan antara Sõsuke dan Oyone terjadi ketika Sõsuke masih kuliah di Kyoto. Ia dikenalkan oleh Yasui, sahabatnya yang terlebih dahulu mengenal Oyone. Sepertinya Yasui juga menaruh hati kepada Oyone, tetapi tampaknya Oyone lebih memilih Sõsuke daripada Yasui, hal itupun diketahui oleh Sõsuke. Persahabatan yang terjalin selama kuliah pun menjadi retak. Hal itu lebih Perkawinannya dengan Oyone telah berjalan beberapa tahun, namun mereka belum dikaruniai seorang anak pun. Sudah beberapa kali Oyone hamil tapi selalu mengalami keguguran. Tentu saja Sõsuke merasa kecewa akan hal itu, tetapi bisa menerima keadaan istrinya. Ia pun selalu mendampingi dan merawat Oyone selama istrinya hamil dan selalu membesarkan jiwa Oyone ketika mengalami keguguran. Pertemuan antara Sõsuke dan Oyone terjadi ketika Sõsuke masih kuliah di Kyoto. Ia dikenalkan oleh Yasui, sahabatnya yang terlebih dahulu mengenal Oyone. Sepertinya Yasui juga menaruh hati kepada Oyone, tetapi tampaknya Oyone lebih memilih Sõsuke daripada Yasui, hal itupun diketahui oleh Sõsuke. Persahabatan yang terjalin selama kuliah pun menjadi retak. Hal itu lebih

Sõsuke tinggal mengontrak di sebuah rumah milik keluarga Sakai. Suatu hari, Sõsuke diundang oleh keluarga Sakai untuk makan malam di rumah mereka. Rumah keluarga Sakai ramai dengan tawa anak-anak, berbeda sekali dengan suasana rumah Sõsuke yang sepi. Sõsuke seperti menemukan suasana baru. Akhirnya ia sering berkunjung ataupun memenuhi undangan keluarga Sakai untuk makan malam ataupun hanya untuk minum the. Mereka berbincang banyak hal dan hubungan merekapun menjadi dekat.

Sampai suatu hari, ketika Sõsuke berkunjung ke rumah Sakai, ia diberitahu bahwa anak keluarga Sakai akan datang dengan temannya yang bernama Yasui untuk menginap dan merayakan tahun baru bersama. Sakai juga mengatakan bahwa teman anaknya adalah seorang sarjana lulusan universitas Kyoto dan sudah pernah berkunjung. Tetapi belum pernah bertemu dengan Sõsuke. Mendengar hal itu, Sõsuke terkejut dan merasa tidak nyaman berada di rumah Sakai, apalagi Sakai mengundang Sõsuke untuk makan malam dengan anaknya serta Yasui. Untungnya, Sakai tidak menanyakan dari universitas mana Sõsuke dulu belajar, sehingga Sakai tidak menaruh curiga karena tiba-tiba Sõsuke terburu-buru pulang dengan alasan ia sedikit merasa capek.

Adanya masalah biaya sekolah Koroku dan masa lalunya dengan Yasui membuat Sõsuke bingung, gelisah dan takut menghadapi hal tersebut. Ketika pergi ke kantor, di atas kereta api ia bertemu dengan seseorang yang sedang membaca buku tentang Zen. Sõsuke tertarik dengan buku itu, dan menanyakan apakah orang itu menjalankan ajaran Zen. Namun, ternyata orang itu hanya sedang mencoba memahami ajaran Zen lewat buku yang dibacanya. Atas anjurannya, jika Sõsuke ingin mengenal lebih jauh tentang Zen maka ia bisa memberikan nama dan alamat seorang rahib di sebuah kuil Zen.

Sõsuke pun akhinya pergi ke kuil Zen tersebut dan tinggal selama sepuluh hari di sana. Rahib itu bernama Gido. Ia sudah tinggal selama beberapa tahun di Sõsuke pun akhinya pergi ke kuil Zen tersebut dan tinggal selama sepuluh hari di sana. Rahib itu bernama Gido. Ia sudah tinggal selama beberapa tahun di

Tidak banyak hal yang didapat Sõsuke selama tinggal di kuil Zen. Ia pun tidak mendapatkan satori sebagai output Zen, namun ia belajar untuk mengendalikan dirinya dan belajar berani menghadapi segala masalah yang ada.

Setelah pulang dari kuil, Sosuke terlihat lebih tenang dan yang terpenting ia berani untuk bertemu dengan Yasui, namun ternyata Yasui tidak jadi datang ke rumah keluarga Sakai. Persoalan biaya sekolah Koroku akhirnya terpecahkan. Yasunosuke akan berbagi biaya sekolah Koroku dengan Sõsuke jika Sõsuke memintanya. Sõsuke pun setuju dengan keputusan itu dan akhirnya segala permasalahan terselesaikan dengan baik. Atas ketekunan kerjanya selama ini, Sõsuke menerima kenaikan gaji yang membuatnya lebih bersemangat untuk menatap masa depannya.

5 Sinopsis 『 は か い 』 Hakai 11 (Melanggar Nasihat) karya 島 崎 藤 村

Shimazaki Tôson 12

Ushimatsu Segawa berencana pindah tempat penginapan dari jalan Takaju ke kuil Rengeji. Penyebab dia merencanakan pindah adalah karena Ohinata, seorang Eta kaya berasal dari distrik, dikucilkan. Ohinata tinggal bersama dengan Ushimatsu.

Berita bahwa Ohinata adalah Eta membuat penginapan menjadi gempar, dan para penghuni penginapan menuntut kepada wanita pemilik penginapan agar Ohinata dikeluarkan dan mencela Ohinata sebagai “tidak jujur“. Ushimatsu merasa kasihan pada Ohinata dan Ushimatsu merasa ketakutan, karena dia pun merasakan senasib dengan Ohinata. Dia pun seorang Eta, seorang ”rakyat jelata“, berasal dari kelas masyarakat yang terbuang. Yang mereka tahu bahwa Ushimatsu adalah pemuda berasal dari Shinshu Utara, seorang pemuda yang tumbuh diantara tebing-tebing Chiisagata.

Pada usia dua puluh dua tahun, Ushimatsu lulus dari Sekolah Guru di Nagano dan mengajar di Iiyama. Meskipun Ushimatsu adalah Eta, tak seorang pun yang mengetahuinya. Ushimatsu tetap teguh pada pesan ayahnya untuk merahasiakan jati dirinya.

Peristiwa Ohinata keluar dari tempat penginapan memberikan kepedihan dalam diri Ushimatsu. Kepergian Ohinata merupakan kemenangan bagi para penghuni penginapan, penghinaan yang kejam, kebencian untuk Ohinata yang pasti mengutuk takdir yang diterimanya, takdir yang tak dapat dielakkan, bahwa Eta dapat dikenali cepat atau lambat, dan juga tidak mungkin terjadi pada diri Ushimatsu sebagai Eta.

Kenyataan dirinya sebagai Eta mermbuatnya mengagumi karya-karya Inoko Rentaro yang ingin merubah nasib Eta. Inoko Rentaro adalah mantan gurunya di sekolah guru Nagano yang terusir karena Rentaro adalah Eta. Ushimatsu mengagumi perjuangan Rentaro yang gigih merubah nasib Eta sama dengan manusia lainnya. Itu sebabnya ia selalu membeli buku-buku karya Inoko Rentaro secara diam-diam maupun membaca karya-karya Rentaro membuatnya merasakan kepahitan, bahwa dia pun Eta.

Dalam perjalanan pulang ke Nezu utuk melaksanakan pemakaman ayahnya, Ushimatsu bertemu dengan Rentaro bersama istrinya dan pengacara Ichimaru sedang melakukan perjalanan ke Ueda. Ushimatsu merasa terkejut dan senang dengan pertemuannya. Di Ueda, Rentaro dan istrinya serta Ichimura turun, sebelum berpisah Rentaro berjanji akan mengunjungi Ushimatsu dan berpikiran untuk menceritakan siapa sebenarnya dirinya.

Selesai pemakaman ayahnya, Rentaro mengunjungi di Rezu. Rentaro menceritakan banyak hal pada Ushimitsu, tentang kampanye pemilihan calon Diet (DPR) yang diikuti oleh Ichiimura dan Takayanagi Risaburo, menantu seorang Eta kaya yang menikah karena uang. Rentaro takkan membiarkan orang licik seperti Takayanagi menang dalam pemilihan. Mereka menjadi sahabat, menghabiskan waktu bersama-sama dan selama itu

Ushimatsu masih merasakan keraguan dalam dirinya kepada Rentaro. Ushimatsu tidak berani melanggar perintah ayahnya semasa hidupnya meski di dalam hatinya Ushimatsu ingin menceritakan kepada Rentaro bahwa dia pun juga Eta.

Setelah dua minggu berada di Nezu, Ushimatsu ke Iiyama. Dalam perjalan kembali ke Iiyama, dia bertemu dengan Takayanagi Risaburo, calon anggota Diet (DPR) yang menikah dengan putri Rokuzaemon, seorang Eta kaya. Karena takut seandainya Ushimatsu yang mengetahui rahasia istrinya tersebut, Takayanagi meminta pada Ushimatsu untuk tidak membocorkan rahasia kepada istrinya yang Eta dan mengancam akan membeberkan rahasia Ushumatsu, seandainya Ushimatsu membocorkan rahasia dirinya. Ushimatsu tidak menghiraukan perkataan Takayanagi, Ushimatsu mengatakan bahwa dia tidak mengenal Takayanagi dan istrinya.

Berita tentang kedatangan Takayanagi Risaburo dan para dewan kota, serta berita kedatangan Ichimura dengan Inoko Rentaro sebagai juru bicaranya telah tersebar di kota Iiyama. Ushimatsu berkeinginan untuk menemui Rentaro. Namun berita lain lebih mengejutkan Ushimatsu, Rentaro diserang dan ditemukan tergeletak dipinggir jalan dekat gerbang Hofukuji, Ichimura menemukan Rentaro dalam keadaan tewas. Kemataian Rentaro membuka mata hati Ushimatsu. Ushimatsu menyesali diri, karena selama ini dia tidak mengatakan sejujurnya kepada Rentaro, bahwa dia adalah Eta.

Ushimatsu tak ingin lagi merahasiakan jati dirinya kepada teman-teman gurunya dan murid-muridnya dan Ushimatsu tak ragu lagi melanggar perintah ayahnya, mengakui sebenarnya dia adalah Eta. Akhirnya Ushimatsu memberitahu kepada murid-muridnya bahwa guru yang mengajar mereka selama ini adalah Eta.

Ushimatsu mengucapkan salam perpisahan dan meminta maaf kepada murid- muridnya karena selama ini dia tidak jujur pada mereka.

Seusai acara kremasi Rentaro, Ushimatsu mengadakan acara perpisahan dengan para sahabatnya, Ginnosuke, O-Shio yang dicintainya selama ini didalam hati. Ushimatsu merencanakan pergi ke Texas bersama Ohinata untuk memulai hidup baru. Kepergian Ushimatsu diiringi oleh sahabat-sahabat dan murid- muridnya yang tetap menyayangi gurunya meskipun gurunya adalah seorang Eta.

6 Sinopsis 『家』Ie 13 (Keluarga) (1911) karya 島崎藤村 Shimazaki Tôson

Pada saat makan malam, seperti biasa tradisi yang masih berlaku dalam keluarga besar Hashimoto Tatsuo adalah karyawan dan para pesuruh selalu melakukan makan malam bersama dengan seluruh keluarga karena mereka dianggap menjadi bagian keluarga Hashimoto Tatsuo. Sebagai seorang kepala keluarga, Tatsuo bertanggung jawab atas usaha keluarga, ia sering menghabiskan waktunya untuk kepentingan keluarga, Ia sering mengawasi dan terjun secara langsung mengurusi perusahaan obat milik keluarga supaya semangat para karyawannya tetap tinggi. Sekilas orang menganggap Tatsuo adalah seorang figur kepala keluarga yang sempurna, meskipun tidak ada seorang pun manusia yang sempurna.

Shota adalah pewaris keluarga Hashimoto dan ia merupakan anak laki-laki satu-satunya dari pasangan Hashimoto Tatsuo dan Otane, apalagi adik perempuannya bernama Ozen pada waktu kecil menderita sakit demam yang sangat tinggi sehingga menjadi cacat mental. Sebagai orang tua, Tatsuo dan Otane sangat resah dengan tingkah laku Shota, meskipun Shota merupakan cerminan Tatsuo pada waktu muda, yaitu sama-sama memberontak terhadap kekangan keluarga. Mereka ingin Shota menjadi penerus keluarga Hashimoto. Dalam hal memilih istri pun harus sesuai dengan kedudukan keluarga dan harus mematuhi aturan-aturan keluarga. Namun Shota adalah pemberontak dan pelamun yang hampir-hampir menghancurkan keluarga besar Hashimoto. Dalam keluarga

Hashimoto status sosial masih menjadi pertimbangan untuk menentukan seseorang calon istri untuk Shota. Pilihan sendiri dianggap tidak memenuhi sarat tersebut. Meskipun aturan seperti itu tidak disukai Shota, tetapi ia harus mematuhi aturan tersebut.

Tetapi ketika Tatsuo sedang pergi berdagang, ia terpikat oleh seorang Geisha, dan Tatsuo mulai kehilangan kendali sehingga ia memilih pergi dengan Geisha tersebut dan meninggalkan keluarganya dan tidak pernah kembali lagi. Kepergian tersebut membuat keluarga Hashimoto menjadi berantakan, walaupun begitu ia masih tetap dihormati oleh keluarganya meskipun mereka tahu Tatsuo pergi dengan seorang Geisha. Sejak kepergian Tatsuo, semua kepentingan ditanggung oleh saudara-saudaranya yang masih mampu memberikan uluran tangan, meskipun hal itu terasa menjadi beban yang sangat berat.

Shota dididik dengan cermat dan selalu diingatkan akan tugas-tugasnya sebagai penerus keluarga Hashimoto tanpa harus menyalahkan ayahnya. Untuk kepentingan keluarga, Shota terpaksa harus meninggalkan sekolahnya di Tokyo dan ia menikah dengan Toyose, seorang gadis pilihan keluarganya. Setelah berita kepergian Tatsuo yang tidak bertanggung jawab diketahui oleh keluarga Toyose, keluarga Toyose melarangnya untuk menemui Shota. Toyose menghadapi pilihan yang sulit yaitu memilih keluarga atau suaminya. Pada akhirnya Toyose lebih memilih suaminya.

Setelah kepergian Tatsuo, Shota harus menggantikan tugas ayahnya untuk membangun kembali perusahaan yang hampir bangkrut. Meskipun ia sendiri tidak menyukai pekerjaan itu, karena menanggung beban keluarga yang berat itu, dan tidak memikirkan kesehatannya sendiri mengakibatkan ia menderita sakit yang cukup parah dan akhirnya membuat ia meninggal karena sakit.

7 Sinopsis 『網走まで』Abashiri Made (Sampai Abashiri) karya 志賀直哉

Shiga Naoya 14

Pada bulan Agustus pada saat panas-panasnya musim panas, Aku pergi ke tempat kawannya di Nikko dengan naik kereta api yang berangkat siang pukul 4 lebih 20 menit. Di Ueno, Aku naik kereta api menuju Aomori. Karena banyak orang yang mau naik maka Aku naik di gerbong paling depan. Dan tanpa diduga ternyata masih kosong. Sebelum kereta api diberangkatkan, petugas stasiun yang memakai topi berpita merah menyuruh penumpang yang belum naik untuk segera naik. Tak lama kemudian seorang ibu berambut tipis, berkulit putih, berumur sekitar 26 tahun menggendong seorang anak dan menuntun tangan seorang bocah masuk ke gerbong dimana Aku berada.

Perempuan itu mengambil tempat duduk di samping jendela berhadapan dengan Aku, menghadap ke cahaya matahari sore. Dan anak laki-lakinya yang baru berumur 7 tahun ingin duduk disitu. Ibu anak itu melarangnya karena kalau kepanasan nanti pusing sedangkan perjalanan masih jauh. Walaupun begitu anak itu tetap ingin duduk di samping jendela. Akhirnya, Aku mempersilakan anak itu mendekat ke jendela duduk di samping tokoh aku biar tidak kepanasan. Aku merasa aneh melihat anak itu karena telinga dan hidung anak itu dijejali kapas.

Setelah tiba di Urawa, perempuan itu mendapat tempat duduk di depanku dan menyuruh anaknya pindah di sebelahnya. Karena kepindahan ibunya, bayi yang dari tadi terlelap tidur akhirnya terbangun dan menangis. Perempuan itu membujuk bayinya agar diam dengan memberinya kue “embun taman”. Tetapi bayinya masih belum berhenti menangis. Sehingga perempuan itu kemudian menyusui bayinya. Ketika bayinya sudah tidak rewel, gantian anaknya yang berumur tujuh tahun membuatnya repot lagi. Tapi ibu itu dengan sabar mengurus kedua anaknya. Dan ketika tokoh aku turun di stasiun Utsunomiya, ibu itu menitipkan dua lembar kartu pos kepada Aku untuk dimasukkan ke kotak pos. Sebelum memasukkan ke kotak pos, Aku sempat melihat bahwa kartu pos itu yang satu ditujukan untuk laki-laki dan yang satu untuk perempuan.

8 Sinopsis 『かみ そり』 Kamisori (Pisau Cukur) karya 志 賀 直 哉 Shiga Naoya

Akibat masuk angin Yoshisaburo terbaring di tempat tidur di tokonya Tatsudoko di daerah Azabu, Roppongi. Ia terus memikirkan Gen dan Kenta, yang sebulan lalu ia usir dari toko cukur miliknya. Gen dan Kenta adalah rekan sesama magang di toko cukur ini. Usia Yoshisaburo lebih tua dua- tiga tahun. Majikan mereka sangat mengagumi keahlian Yoshisaburo dalam menggunakan pisau cukur. Karena itu majikannya memberikan anak perempuan satu-satunya untuk untuk dipersunting oleh Yoshisaburo. Selain itu ia memberikan toko cukur miliknya kepada Yoshisaburo.

Yoshisaburo terkenal akan keterampilannya menggunakan pisau cukur. Sebenarnya ia adalah orang yang tidak sabaran, tetapi dalam hal mencukur, ia sangat teliti, ia merasa tidak puas jika dagu orang yang ia cukur apabila diraba terasa masih kasar. Para langganan mengatakan bahwa hasil cukuran Yoshisaburo awet.

Setelah dua tahun lalu diusir oleh Yoshisaburo, Gen dan Kenta datang lagi. Yoshisaburo sulit menolak permohonan dari mantan rekan magangnya untuk bekerja di toko cukur miliknya itu. Tetapi ternyata dalam dua tahun, sifat Gen semakin buruk. Ia bekerja tidak sungguh-sungguh dan ia pun sering mengajak Kenta untuk main-main ke tempat perempuan nakal di daerah Kazumi, langganan para tentara. Selain itu, Kenta yang sebelumnya adalah orang yang jujur terbujuk juga oleh Gen untuk mencuri uang milik toko. Sebenarnya Yoshisaburo sangat kasihan kepada Kenta, tetapi kalau sudah ketidak-jujuran masalah uang, rasanya tidak perlu lagi yang ada dimaafkan. Karena itu keduanya diusir lagi dari toko cukur. Saat ini, yang bekerja membantu di toko cukur adalah Kanejiro, seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun bermuka pucat, dan selalu tampak tidak bersemangat. Selain Kanejiro, yang membantu di tok cukur adalah Gin berusia 13 tahun berkepala benjol.

Suhu badan Yoshisaburo yang tinggi membuat dia gelisah memikirkan pekerjaan yang tidak mungkin bisa diselesaikan. Yoshisaburo sering mngatakan bahwa, kalau sedang tidak enak badan, tidak akan bisa mengasah dengan baik. Tetapi kali ini ia mengasah pisau dengan keadaan tangan gemetar karena suhu Suhu badan Yoshisaburo yang tinggi membuat dia gelisah memikirkan pekerjaan yang tidak mungkin bisa diselesaikan. Yoshisaburo sering mngatakan bahwa, kalau sedang tidak enak badan, tidak akan bisa mengasah dengan baik. Tetapi kali ini ia mengasah pisau dengan keadaan tangan gemetar karena suhu

Yoshisaburo selama ini tidak pernah membuat goresan luka dimuka pelanggannya. Tetapi pada suatu hari ketika dia mencukur tenggorokan salah satu pelanggannya hingga terluka. Yoshisaburo merasakan dari ujung rambut sampai kepala ujung kaki ada sesuatu yang lewat dengan sangat cepat. Ternyata yang lewat dengan sangat cepat adalah keletihan dan kejemuan dirinya. Seluruh jiwa dan ragnya seperti terhisap oleh luka yang dibuatnya. Ia memegang pisau cukur dengan bagian tajamnya di bawah, kemudian menusukkannya ke bagian tenggorokan pelanggan. Mata pisau menancap dalam dan si pelanggan tidak bergerak lagi. Yoshisaburo hampir tak sadarkan diri badannnya ambruk. Ia tertidur dengan lelap.

9 Sinopsis 『ちじんの愛』Chijin no Ai (Cinta Bodoh) karya 谷崎潤一郎 Tanizaki Junichiro 15

Kawai Joji, adalah seorang suami yang sangat mencintai istrinya, yaitu Naomi. Pertemuan mereka kali pertama terjadi pada tahun 1918 di sebuah kafe, dimana Naomi (15 tahun) bekerja sebagai salah seorang pelayan dan Joji (28 tahun) adalah seorang insinyur yang bekerja di sebuah perusahaan swasta. Naomi berasal dari keluarga miskin dimana keluarganya tidak perduli kepadanya. Orang tua Naomi hendak menjadikannya sebagai geisha, namun dia menolak dan memilih bekerja sebagai pelayan di kafe. Sedangkan Joji berasal dari keluarga cukup berada yang mampu menyekolahkannya sampai lulus Universitas.

Joji tertarik kepada Naomi karena kepolosan, wajah dan tubuh Naomi yang tidak seperti wanita Jepang pada umumnya karena Naomi lebih cenderung sebagai wanita Barat. Joji meminta pada Naomi untuk berhenti bekerja, sebagai gantinya Joji mengajak Naomi untuk tinggal bersamanya dan membiayai kursus

Bahasa Inggris dan musik. Mereka kemudian tinggal serumah dan diantara mereka terjalin hubungan persahabatan yang akrab. Joji memenuhi kebutuhan Naomi dan Naomi mengurusi semua urusan rumah tangga Joji.

Akibat sering bertemu, Joji akhirnya mencintai Naomi dan kemudian menikahinya. Setelah menikah, ternyata Naomi menjadi malas dan tidak memperdulikan urusan rumah tangganya, melainkan lebih mementingkan kehidupan di luar rumah. Dia menyukai gaya hidup mewah dan kebarat-baratan. Naomi memaksa Joji untuk bersama-sama mengambil kelas dansa untuk mengenal lebih kebudayaan Barat. Selain itu selama menikah dengan Joji, Naomi selalu menuntut Joji untuk membeli barang-barang mahal untuknya demi memperindah penampilannya. Selain itu, Naomi kurang melayani Joji, bahkan sebaliknya Jojilah yang mengerti melayani Naomi seperti memandikan Naomi, mencukur bulu-bulu Naomi dan sebagainya.

Naomi jarang berada di rumah. Kendati demikian, Joji kurang mengetahui kegiatan Naomi di luar rumah. Kemudian Joji mengetahui bahwa ternyata Naomi berselingkuh dengan dua orang teman kursus dansanya bernama Kumagai dan Hanaga. Kedua orang tersebut usianya hampir sama dengan Naomi.

Joji sangat marah megetahui hal tersebut, namun karena rasa cintanya yang sangat besar kepada Naomi, dia bersedia memaafkan Naomi dan menerima kembali dengan syarat bahwa Naomi tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut dan memutuskan hubungan dengan teman selingkuhnya tersebut .Pada awalnya Naomi menunjukkan rasa penyesalannya dengan lebih banyak tinggal di rumah dan lebih menurut kepada Joji. Namun karena kurang percaya kepada Naomi, Joji tetap mengawasi Naomi dan kemudian dia mengetahui bahwa Naomi masih tetap menjalin hubungannya dengan Hamada. Joji benar-benar marah dan mengusir Naomi dari rumahnya. Naomi merengek-rengek kepada Joji untuk meminta maaf namun usaha tersebut tidak dihiraukan oleh Joji. Akhirnya Naomi meninggalkan rumah dan selama meninggalkan rumah, Naomi tinggal di rumah temannya, seorang berkebangsaan Amerika yang kemudian diketahui merupakan salah satu teman kencan atau selingkuhannya.

Joji mengetahui bahwa selama menikah Naomi, Naomi sering menjalin asmara dengan pria idaman lain. Joji sangat kecewa mendengar hal tersebut.

Namun, walaupun dia berusaha dengan keras untuk melupakan Naomi dan berusaha memperbaiki hidupnya tanpa Naomi, namun dia gagal. Joji merasa benar-benar tersihir dan terpikat oleh Naomi. Kumudian dia berusaha mencari Naomi, namun gagal.

Pada suatu hari, Naomi datang ke rumah untuk mengambil barang- barangnya. Rupanya dia memang sengaja tidak menyuruh orang lain untuk mengambil barang-barangnya, karena dia ingin menggoda dan mempermainkan perasaan Joji. Setelah datang berkali-kali, Joji akhirnya meminta Naomi untuk kembali padanya karena Joji masih mencintainya. Naomi bersedia kembali lagi kepada Joji dengan syarat bahwa Joji tidak lagi mengekang Naomi dengan memberikannya kebebasan bergaul dengan siapa saja, serta memberikannya kepercayaan penuh dan terus –menerus memenuhi hidupannya. Joji menyetujui semaua syarat –syarat yang diberikan oleh Naomi. Namun sikap dan perilakunya terhadapnya tidak berubah. Dia masih saja berhubungan dengan pria lain. Bahkan dia juga menolak ketika Joji mengajaknya membentuk rumah tangga yang sebenarnya yaitu dengan mempunyai seorang anak. Naomi tidak ingin terbebani oleh kehadiran seorang anak. Bagi Naomi hubungannya dengan Joji lebih cenderung kepada hubungan persahatan yang akrab, bukan hubungan suami –istri.

10 Sinopsis 『春琴抄』Shunkinshô 16 (Wajah Shunkin) (1933) karya 谷崎潤一

郎 Tanizaki Junichiro

Shunkin adalah anak perempuan keluarga Mozuya pedagang obat-obatan di Dosho Machi Osaka. Shunkin, gadis kecil yang cerdas, cantik dan tingkah lakunya seperti bangsawan. Setelah mengalami kebutaan pada usia 8 tahun, Shunkin yang semula belajar menari, beralih belajar musik koto, samisen dan segala macam bentuk seni suara. Dia sangat tekun berlatih dan meskipun dia berguru musik, tetapi karena bakatnya dia mampu menjadi pemusik yang handal.

Sasuke adalah pelayan keluarga Mozuya. Sejak usia dua belas tahun, Sasuke telah dipercaya untuk menjadi pengurus Shunkin. Seringkali Shunkin

Setelah lama Sasuke belajar tanpa sepengetahuan orang, akhirnya diketahui oleh majikannya. Setelah mendengarkan permainan samisen Sasuke, Shunkin tertarik untuk mengajari Sasuke. Shunkin melatihnya dengan keras, bahkan sering kali memukulnya sampai terluka dan menangis bila Sasuke melakukan kesalahan. Orang tua Shunkin merasa cemas akan sikap dan watak Shunkin yang demikian.

Sebagai pelayan, Sasuke sangat sabar dalam mengurus Shunkin, sehingga orang tua Shunkin pernah menyarankan agar Shunkin menikah dengan Sasuke, tapi Shunkin menolak keras. Sampai suatu hari Shunkin hamil tapi dia tidak mau mengakui siapa ayah bayinya. Semua orang menduga Sasukelah yang telah menghamili Shunkin. Shunkin menyangkal dan dengan sombongnya dia berkata bahwa dia tidak mau menikah dengan pelayan. Setelah bayi itu lahir, terbukti wajah bayi itu mirip dengan Sasuke, tapi Shunkin tetap tidak mengakui bahwa ayah bayi itu adalah Sasuke. Shunkin bahkan tidak mau merawat bayinya itu dan memberikannya pada orang lain.

Setelah kematian gurunya, Shunkin pun menjadi guru. Dia lalu meninggalkan orang tuanya, berpindah tempat tinggal di Yodoyabashi. Sasuke turut serta untuk tetap menjadi perawat Shunkin. Shunkin terkenal sebagai guru yang sangat terkenal sifat kerasnya. Meskipun hidup bersama dengan Sasuke, tapi Shunkin menolak untuk menikah dengan Sasuke secara resmi. Ia sangat tegas dan keras menempatkan kedudukan Sasuke sebagai pelayan.