Pendidikan Non Formal

c. Pendidikan Non Formal

Panti asuhan ini juga memberikan pendidikan nonformal bagi anak asuh. Pada dasarnya pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

keterampilan yang terdapat di panti asuhan ini, diantaranya adalah keterampilan menjahit, keterampilan menyulam, keterampilan salon, keterampilan membatik, dan keterampilan memasak/boga. Anak-anak asuh diwajibkan mengikuti semua keterampilan yang diberikan oleh panti asuhan. Pemberian keterampilan di panti asuhan Aisyiyah ini sebagai pendidikan tambahan bagi anak asuh. Diharapkan mereka tidak hanya sukses dalam pendidikan pengetahuannya saja, akan tetapi juga sukses dalam keterampilan untuk memanfaatkan kemampuan mereka. Pengurus dan pengasuh panti asuhan berharap setelah mereka keluar dari panti asuhan ini, mereka dapat memanfaatkan keterampilan yang mereka kuasai untuk mencari pekerjaan di luar. Pada peraturannya setelah mereka lulus dari SMA mereka harus keluar dari panti asuhan Aisyiyah, karena pengasuhan panti asuhan Aisyiyah berhenti sampai mereka berumur 17/18 tahun setelah menyelesaikan pendidikan mereka di SMA. Selanjutnya mereka harus keluar dari panti asuhan ini dan mencari pekerjaan sendiri di luar sana. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:

“Kita juga memberikan keterampilan pada anak asuh. Ada keterampilan njahit, mbatik, nyulam, masak atau boga, sama salon. Anak-anak wajib ikut semua kegiatan keterampilan ini. Tapi yang minat banyak itu malah yang njahit. Disini juga sudah punya 4 mesin jahit, sama satu punya saya sendiri. Yang ngajarin njahit itu saya sendiri, karena kebetulan saya juga bisa njahit, jadi bisa ngajarin anak- anak. Masak juga gitu, kan di sini penghuninya anak-anak perempuan semua, jadi sebagai perempuan mereka harus bisa masak sendiri, ya

biar jadi mandiri lah.” (Bu Ika/8/3/12)

Hal ini sepadan dengan pernyataan salah satu informan lain yaitu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut: “Anak-anak itu kita berikan berbagai keterampilan di panti asuhan ini

supaya itu nanti bisa bermanfaat setelah mereka keluar dari sini.

keluar dari sini, karena kita hanya memberikan pengasuhan sampai mereka berumur 17 atau 18 tahun. Usia segitu kan sudah dewasa, selanjutnya mereka harus nyari kerja sendiri di luar sana. Makanya dengan adanya program keterampilan di sini, setidaknya setelah mereka keluar dari sini mereka sudah punya sesuatu yang bisa di pakai untuk nyari kerja, nggak cuma ijazah saja, tapi keterampilan juga punya.” (Bu Endang/1/3/12)

Pemberian pendidikan keterampilan tidak hanya berhenti di panti asuhan saja. Hal itu akan berlanjut setelah mereka keluar dari asrama panti asuhan dan setelah menamatkan sekolah di SMA. Selanjutnya pengurus panti asuhan akan memasukkan anak-anak tersebut ke BRS (Balai Rehabilitasi Sosial). Balai Rehabilitasi Sosial (BRS) ini merupakan lembaga di bawah dinas sosial, dan induknya adalah di Kementerian Sosial. Peran Balai Rehabilitasi Sosial ini adalah untuk memberikan tambahan keterampilan bagi anak-anak yatim piatu. Balai Rehabilitasi Sosial ini bertempat di kabupaten Sukoharjo. Untuk biaya masuk ke BRS ini tidak di pungut biaya atau gratis. Pengurus panti asuhan Aisyiyah ini apabila mau memasukkan anak asuhnya ke BRS ini harus mengajukan formulir pendaftaran terlebih dahulu ke BRS. BRS ini akan memberikan pendidikan keterampilan kepada anak panti. Proses pendidikan keterampilan di BRS ini berlangsung selama empat bulan. Disana, anak-anak akan mendapatkan praktek keterampilan. Setelah keluar dari BRS akan-anak tersebut diharapkan sudah pintar dalam menguasai keterampilan yang mereka dapatkan selama tinggal di BRS. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:

“Anak itu masuk ke BRS, dapat pelatihan selama empat bulan, itu setengah bulan dikasih teori. Keterampilannya kalau di sukarjo baru ada menjahit, salon, bengkel sama otomotif. Itu pokoknya empat bulan di pake untuk praktek terus mbak. Anak itu begitu keluar dari situ harus sudah mahir, nanti kalau sudah keluar di kasih satu mesin jahit.

bayar.” (Bu Ika/8/3/12)

Sesuai dengan pernyataan informan, BRS ini memberikan pendidikan keterampilan kepada anak-anak. Keterampilan yang ada di BRS ini masih terbatas, baru ada keterampilan menjahit dan salon bagi perempuan dan keterampilan bengkel dan otomotif bagi laki-laki. Setelah empat bulan menjalani proses pengajaran keterampilan di BRS, anak-anak tersebut dapat mahir dalam mengembangkan keterampilan yang mereka miliki. Setelah keluar dari BSR, anak-anak tersebut akan mendapatkan satu paket mesin jahit bagi yang memilih keterampilan menjahit. Bagi yang memilih keterampilan salon mereka akan mendapatkan satu paket peralatan dandan.