Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Aisyiyah Bekonang Sukoharjo
3. Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Aisyiyah Bekonang Sukoharjo
Pola pengasuhan yang digunakan untuk mendidik anak-anak asuh merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Terlebih dahulu pengasuh harus mengetahui karakter yang dimiliki oleh masing-masing anak asuh, baru kemudian bisa memutuskan pola pengasuhan seperti apa yang cocok untuk digunakan dalam mendidik anak asuh. Panti asuhan Aisyiyah ini menggunakan pola pengasuhan yang bersifat demokratis yang mempunyai ciri-ciri orangtua mendorong anak untuk membicarakan apa yang diinginkan. Jadi, panti asuhan memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk berbicara mengenai apa yang mereka inginkan guna melatih keberanian mereka sendiri. Pengasuh tidak akan mendoktrin anak asuhnya seperti halnya ayam yang menuruti keinginan induknya. Akan tetapi panti asuhan memberikan keleluasaan kepada anak asuhnya dalam setiap mengambil keputusan yang akan diambil, dan mereka harus bertanggung jawab sendiri atas keputusan yang telah ambilnya. Dalam hal ini pengasuh juga membimbing anak asuhnya dalam setiap keputusan yang akan diambil. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu kepala panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Pola pengasuhan disini itu kita pilih yang demokratis. Ini kan berarti memberikan hak sepenuhnya kepada anak-anak untuk bertindak, tetapi kita juga selalu membimbing mereka dalam setiap tindakan yang akan mereka ambil. Tapi ya, memang pada dasarnya anak-anak itu pada nurut semua sama ibu-ibu disini. Jadi, kita nggak kesulitan untuk mendidik
mereka.” (Bu Endang/1/3/12)
Berdasarkan pernyataan informan tersebut di atas, pengasuh menggunakan Berdasarkan pernyataan informan tersebut di atas, pengasuh menggunakan
a. Kendala dalam Memberikan Pengasuhan Kepada Anak-Anak di Panti Asuhan Aisyiyah Bekonang Sukoharjo
Dalam menerapkan pola pengasuhan demokratis tersebut bukanlah hal yang mudah bagi pengasuh. Pengasuh banyak mengalami kendala dalam memberikan pengasuhan kepada anak-anak asuh. Karena melihat banyaknya anak-anak yang tinggal di panti asuhan Aisyiyah dengan tenaga pengasuh yang hanya terdiri dari 4 orang. Dan tidak semua pengasuh datang setiap hari ke panti asuhan, karena ada beberapa di antara mereka yang mempunyai pekerjaan sambilan di luar. Pengasuh yang aktif datang setiap hari ke panti asuhan hanya dua orang saja. Maka dari itu, pengasuh merasa kewalahan dalam mendidik dan mengasuh anak-anak. Ditambah lagi dengan karakter masing-masing anak tersebut berbeda-beda satu sama lain. Hal ini menyebabkan pengasuh banyak mengalami kendala dalam mendidik dan mengasuh anak asuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu informan yaitu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Mendidik anak itu bukanlah sesuatu yang gampang. Karena nggak semua anak itu nurut-nurut semua. Ada beberapa anak yang nurut, tapi
ada juga anak yang suka mbangkang. Apalagi kebanyakan dari mereka itu dalam masa-masa puber, masih susah di atur. Ditambah lagi ada pengaruh dari luar, teman sekolah. Maka dari itu, peraturannya di panti asuhan ini nggak boleh bawa HP. Kan anak-anak sekarang pada dikasih HP sama orangtuanya. Tapi saya nggak gitu. Kalau mereka punya HP sendiri nanti malah digunakan buat yang nggak-nggak, buat inilah itulah. Sampe pengurus disini aja nggak boleh bawa HP masuk ke dalam panti, nanti takut kalau anak-anak kepengen punya HP. Kalau mau berkomunikasi dengan teman, disini kita sediakan telepon.” (Bu Ika/8/3/12)
Hal ini sepadan dengan pernyataan informan lain yaitu pengurus lain di panti asuhan Aisyiyah Bekonang: “Hambatan dalam mendidik anak itu pasti ada, semua orangtua juga
pasti mengalami hambatan dalam mendidik anak. Tapi kan disini kita punya peraturan sendiri, dan itu harus ditaati sama anak-anak. Kita pernah beberapa kali mengeluarkan anak dari panti. Ya, itu karena dia sudah melakukan pelanggaran yang berat. Satu kali pelanggaran kita akan kasih peringatan, dua kali pelanggaran kita kasih hukuman, tiga kali pelanggaran berat kita akan langsung kembalikan ke orangtuanya.” (Bu Hadi Rohyan/5/3/12)
Berdasarkan pernyataan informan tersebut diatas, panti asuhan Aisyiyah sudah beberapa kali mengeluarkan anak dari panti asuhan. Hal itu disebabkan karena pihak panti asuhan sudah tidak sanggup lagi mengasuh dan mendidik anak tersebut. Tidak semua anak yang tinggal di panti asuhan itu nurut-nurut dengan pengasuh. Ada beberapa anak yang mbangkang dengan pengasuh. Dan ada beberapa anak yang suka melanggar peraturan. Biasanya jika panti asuhan Aisyiyah sudah memutuskan untuk mengeluarkan anak, maka hal itu di sebabkan karena anak tersebut sudah melanggar beberapa kali peraturan berat.
Selain itu ada beberapa anak-anak di panti asuhan Aisyiyah yang sering melanggar peraturan ringan. Karena setiap anak pasti mempunyai kenakalan sendiri-sendiri. Tidak mungkin seorang anak tersebut akan selalu berada pada jalan yang lurus. Bagi anak yang tinggal di panti asuhan, mereka akan mendapat pengaruh yang lebih besar dari luar. Terutama dari sekolah dan teman bermain. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena masa-masa anak adalah masa yang paling sulit untuk membentuk kepribadian mereka. Adalah wajar ketika anak tersebut melakukan suatu kenakalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu pengurus di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut: Selain itu ada beberapa anak-anak di panti asuhan Aisyiyah yang sering melanggar peraturan ringan. Karena setiap anak pasti mempunyai kenakalan sendiri-sendiri. Tidak mungkin seorang anak tersebut akan selalu berada pada jalan yang lurus. Bagi anak yang tinggal di panti asuhan, mereka akan mendapat pengaruh yang lebih besar dari luar. Terutama dari sekolah dan teman bermain. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena masa-masa anak adalah masa yang paling sulit untuk membentuk kepribadian mereka. Adalah wajar ketika anak tersebut melakukan suatu kenakalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu pengurus di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
Hal ini sepadan dengan pernyataan informan lain yaitu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut: “Kadang itu mereka susah bangunnya, apalagi yang masih SD, kan
masih kecil juga. Sedangkan jam setengah empat mereka harus sudah bangun. Kalau yang besar-besar mereka sudah mapan dewe. Tapi yang kecil itu susahnya minta ampun. Kadang malah saya sendiri yang nyamperin ke kamar buat bangunin anak-anak itu. Lha wong nek dibangunin sama mbak-mbaknya yang lain malah dadi nangis kok. Ya udah, daripada jadi ribut mending saya yang turun tangan sendiri.” (Bu Hadi Rohyan/7/3/12)
Berdasarkan pernyataan informan tersebut diatas, kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak panti masih dalam batas yang wajar. Kenakalan tersebut seperti misalnya pulang telat ke asrama, telat bangun tidur, tidak mengerjakan tugas piket, tidak mau membantu pekerjaan pengurus, dan lain sebagainya. Selama kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak panti masih dalam batas yang wajar, pengasuh hanya akan menegur dan menasehati mereka supaya tidak melakukan kesalahan lagi. Peneliti juga menggali informasi dari anak-anak panti yang telah melanggar peraturan tata tertib yang telah dibuat oleh pengurus. Hal ini dikemukakan oleh informan yaitu anak asuh di panti asuhan Aisyiyah sebagai berikut:
“Saya biasanya kalau telat pulang itu main dulu sama temen sekolah mbak. Kan pulang sekolah jam setengah 2, nanti main-main dulu sama
temen, terus pulang ke rumah itu jam duaan mbak. Nanti bilang ke ibu habis belajar kelompok gitu. Abisnya, temen-temen di sekolah suka ngajak ke warnet buat facebook an mbak.” (Cuci/12/3/12)
Berdasarkan pernyataan dari informan tersebut, informan pernah Berdasarkan pernyataan dari informan tersebut, informan pernah
“Saya pernah ketauan sama ibu Hadi lagi boncengan sama anak cowo mbak. Tapi, dia cuma temen sekolah aja koq mbak. Kan saya jadi pengurus OSIS di sekolahan, terus pas mau tahun ajaran baru ada kegiatan buat pengurus OSIS melakukan kunjungan ke SMP-SMP untuk menarik siswa yang mau masuk ke SMA Negri Mojolaban. Waktu itu saya kebagian kelompok sama cowo mbak. Kan saya juga nggak punya motor, yaudah saya boncengan sama dia. Eh, taunya, ibu
Hadi liat. Yaudah, pas pulang sekolah saya diomelin deh sama ibu.” (Dina/12/3/12)
Berdasarkan pengakuan dari informan tersebut, informan pernah melanggar peraturan yaitu berboncengan dengan laki-laki. Karena menurut peraturan tata tertib panti asuhan, anak-anak perempuan yang tinggal di panti asuhan tidak boleh bersentuhan dengan laki-laki. Karena antara perempuan dan laki-laki yang tidak ada hubungan darah itu bukan muhrimnya. Oleh karena itu, anak-anak perempuan yang tinggal di panti asuhan Aisyiyah tidak boleh saling berhubungan. Bukan hanya itu saja kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak panti. Masih ada kenakalan lain yang pernah dilakukan oleh anak-anak panti. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Ada diantara anak-anak itu yang pernah tidak membayarkan uang SPP ke sekolahan. Kan yang sekolah di MAM Bekonang itu masih harus bayar SPP karena itu kan sekolah swasta. Kalau yang di negeri ya jelas gratis dari pemerintah kabupaten Sukoharjo. Ya, itu uangnya di pake buat apa saya nggak tahu. Apa di pake jajan atau main-main sama temen sekolahnya, saya juga nggak tahu. Tahu-tahu waktu saya “Ada diantara anak-anak itu yang pernah tidak membayarkan uang SPP ke sekolahan. Kan yang sekolah di MAM Bekonang itu masih harus bayar SPP karena itu kan sekolah swasta. Kalau yang di negeri ya jelas gratis dari pemerintah kabupaten Sukoharjo. Ya, itu uangnya di pake buat apa saya nggak tahu. Apa di pake jajan atau main-main sama temen sekolahnya, saya juga nggak tahu. Tahu-tahu waktu saya
Berdasarkan pernyataan dari informan tersebut diatas, dulu pernah ada anak asuh yang melanggar peraturan. Anak tersebut tidak membayarkan uang SPP yang sudah diberikan oleh pengurus ke sekolahan. Anak tersebut tidak membayarkan uang SPP selama dua bulan. Dan uang tersebut tidak diketahui dipergunakan untuk apa. Kemudian pengurus memanggil anak tersebut dan bertanya masalah uang SPP yang tidak dibayarkan selama dua bulan. Akan tetapi anak tersebut tidak mau menjawab pertanyaan pengurus. Kemudian pengurus berusaha untuk menasehati anak tersebut supaya tidak akan pernah melakukan kesalahan itu lagi. Setelah dinasehati oleh pengurus, anak tersebut taubat dan tidak akan melakukan kesalahan itu lagi. Terbukti dengan sampai saat ini anak tersebut tidak pernah terlibat kasus apapun baik di sekolah maupun di dalam asrama panti.