Proses Pembinaan Karakter Anak di Panti Asuhan Aisyiyah Bekonang Sukoharjo
a. Proses Pembinaan Karakter Anak di Panti Asuhan Aisyiyah Bekonang Sukoharjo
Proses pembinaan karakter ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Proses pembinaan karakter ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama antara pihak sekolah, Proses pembinaan karakter ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Proses pembinaan karakter ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama antara pihak sekolah,
Dalam kegiatan mengajar di kelas pengembangan nilai atau karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan dalam semua mata pelajaran. Anak-anak panti asuhan Aisyiyah bersekolah di sekolah yang terdapat pengetahuan lebih tentang agamanya. Mereka bersekolah di sekolah SD, SMP, dan SMA Muhammadiyah Bekonang. Sekolah tersebut terdapat pelajaran mendalam tentang agamanya. Diantaranya ada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), ilmu Fiqih, Akidah, Tafsir Quran, bahasa Arab, dan Tajwid. Khusus untuk pelajaran tersebut, pengembangan karakter harus menjadi fokus utama dalam memberikan pembinaan karakter di sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu anak asuh di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Pelajarannya di SMA Muhammadiyah ya seperti sekolah-sekolah lain mbak. Bedanya mungkin ada pelajaran Fiqih, akidah, bahasa Arab, sama tafsir Al Quran. Kalau yang lainnya ya sama kayak lainnya. Matematika, b.Indonesia, b. Inggris, fisika, kimia, ya gitu-gitu deh
mbak.” (Nopiana/14/3/12)
Menurut pernyataan informan tersebut diatas, pelajaran yang terdapat di SMA Muhammadiyah Bekonang sama seperti di sekolah-sekolah lainnya.
Quran, bahasa Arab, dan tajwid. Pelajaran yang lainnya sama seperti sekolah lainnya, yaitu matematika, B. Indonesia, B. Inggris, fisika, kimia, biologi, dan lainnya. Hal ini didukung oleh pernyataan informan lain yaitu salah satu anak asuh di panti asuhan Aisyiyah Bekonang yang juga bersekolah di SMA Muhammadiyah Bekonang sebagai berikut:
“Saya sekolah di SMA Muhammadiyah mbak. Guru-gurunya disana baik-baik semua, walaupun ada yang galak juga. Tiap pagi jam
setengah 7 harus sudah nyampe sekolah, soalnya jam setengah 7 udah bel masuk. Itu jam setengah 7 sampe jam 7 kita diwajibkan baca Al Quran bareng- bareng. Baru jam 7 mulai pelajaran.” (Cuci/14/3/12)
Menurut pernyataan informan tersebut diatas, SMA Muhammadiyah terkenal dengan kedisiplinannya. Pukul 07.30 siswa sudah harus sampai di sekolah untuk melaksanakan kegiatan membaca Al Quran bersama-sama dengan bimbingan guru. Kegiatan membaca Al Quran ini dilakukan selama setengah jam yaitu mulai pukul 06.30 sampai pukul 07.00. Kegiatan membaca Al Quran ini rutin dilakukan oleh semua siswa SMA Muhammadiyah tanpa terkecuali mulai dari kelas X, XI, dan XII. Baru kemudian pukul 07.00 di mulai pelajaran. Guru-guru yang mengajar di SMA Muhammadiyah Bekonang juga terkenal dengan sifat keteladanannya. Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh peneliti, setiap tenaga pengajar yang akan mendaftar menjadi guru di SMA Muhammadiyah harus melewati proses seleksi yang ketat. Guru harus mempunyai akhlak yang baik dan bijaksana supaya bisa menularkannya kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu anak asuh di panti asuhan Aisyiyah Bekonang dan juga bersekolah di SMA Muhammadiyah sebagai berikut:
“Guru-gurunya disana baik-baik semua, walaupun ada yang galak juga. Yang galak itu namanya pak Rosyid mbak, galaknya minta ampun. Kadang kalau telat masuk ke kelas dihukum suruh menerjemahkan kalimat ke dalam bahasa Arab. Saya pernah kena
Arab, saya nggak bisa.” (Cuci/14/3/12)
Berdasarkan pernyataan dari informan tersebut diatas, guru-guru yang mengajar di SMA Muhammadiyah Bekonang terlihat baik-baik semua. Walaupun menurut informan ada beberapa yang memiliki temperamen yang tinggi. Akan tetapi, jauh dari hal itu, guru-guru tersebut mempunyai sifat yang tegas yang bisa membimbing dan mendisiplinkan siswa-siswa. Berikut ini adalah data mata pelajaran yang diajarkan di SMA Muhammadiyah Bekonang adalah sebagai berikut: Tabel 4. Mata pelajaran yang terdapat di SMA Muhammadiyah Bekonang dan SMA Negeri Mojolaban
No
Jenis Mata Pelajaran
SMA Muhammadiyah
SMA Negeri Mojolaban
1 Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
2 Matematika
Matematika
3 Bahasa Inggris
Bahasa Inggris
4 Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
10 Sejarah Islam
12 Bahasa Jawa
Bahasa Jawa
13 Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan
14 Olahraga
Olahraga
16 TIK
TIK
17 Bahasa Arab
Bahasa Arab
18 Ilmu Fiqih
Akuntansi
19 Akidah
20 Tafsir Quran
Tidak semua anak di panti asuhan Aisyiyah bersekolah di SD, SMP, SMA Muhammadiyah Bekonang. Beberapa diantaranya ada yang bersekolah di SD, SMP, dan SMA Negeri Mojolaban. Sama halnya dengan di SMA Muhammadiyah, proses pembinaan karakter terhadap siswa dilaksanakan pada semua mata pelajaran. Pembinaan karakter di sekolah negeri ini difokuskan hanya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk jenis mata pelajaran di sekolah negeri lebih mementingkan pengetahuan yang bersifat keduniawian. Tidak seperti di sekolah Muhammadiyah yang lebih mementingkan pengetahuan tentang agamanya. Akan tetapi hal ini tidak mempengaruhi kualitas guru dalam mengajar dan dalam melakukan pembinaan karakter pada siswa.
Untuk mendukung proses pembinaan karakter pada diri anak, maka selanjutnya peran keluarga juga sangat menentukan dalam keberhasilan pembinaan karakter. Dalam penelitian ini, panti asuhan Aisyiyah berperan sebagai keluarga bagi anak asuh. Karena anak-anak yang tinggal di panti asuhan Aisyiyah jauh dari orangtua dan keluarga. Maka dari itu, orangtua atau keluarga tidak dapat melaksanakan perannya dalam melaksanakan pembinaan karakter kepada anak. Oleh sebab itu, panti asuhan berperan sebagai orangtua dan keluarga bagi anak asuh. Panti asuhan Aisyiyah akan menjalankan kewajibannya dalam membimbing dan mendidik anak asuh. Selain itu panti asuhan Aisyiyah akan menanamkan nilai/karakter kebaikan kepada anak asuh.
asuhan Aisyiyah juga berperan dalam pembentukan kepribadian anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu informan yaitu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Pembinaan karakter pada diri anak-anak itu perlu dilakukan sejak mereka masih kecil. Kan kalau masih anak-anak itu mereka itu belum begitu terpengaruh sama hal-hal yang negatif. Kalaupun ada mbalelo sedikit, masih gampang di bilanginnya. Nggak kayak kalau ngurusin anak yang sudah besar-besar, harus lebih hati-hati, kan beda juga
perangainya.” (Bu Endang/8/3/12)
Berdasarkan pernyataan informan tersebut diatas, pembinaan karakter perlu dilakukan pada anak-anak sejak masih usia dini. Karena anak-anak yang masih kecil belum begitu terpengaruh dengan hal-hal negatif dari lingkungan sekitarnya. Anak-anak yang masih kecil juga masih mudah untuk dinasehati apabila mulai terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik. Berbeda dengan anak-anak dalam usia remaja, mereka akan sulit diatur, dan banyak terpengaruh oleh dunia luar. Maka dari itu untuk mencegah hal-hal yang kurang baik, pembinaan karakter perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Apabila sejak masih anak-anak sudah mempunyai sifat-sifat yang baik, maka ketika sudah menginjak usia dewasa akan terus mewarisi sifat-sifat baik tersebut.
Ada beberapa alasan kenapa panti asuhan Aisyiyah harus melakukan pembinaan karakter kepada anak asuh. Hal ini diutarakan oleh informan yaitu salah satu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Alasan kenapa kita melakukan pembinaan karakter pada anak karena kita menghendaki supaya anak-anak itu biar menjadi wanita yang
muslimah seperti yang dianjurkan dalam agama. Mereka tidak hanya sukses di du nia saja, tapi juga sukses di akherat.” ( Bu Hadi Rohyan/5/3/12)
Hal ini sepadan dengan pernyataan informan lain yaitu salah satu Hal ini sepadan dengan pernyataan informan lain yaitu salah satu
Berdasarkan pernyataan informan tersebut diatas, alasan mengapa panti asuhan ini melakukan pembinaan karakter terhadap anak asuh adalah karena panti asuhan ini menginginkan anak-anak tersebut tumbuh menjadi wanita yang muslimah seperti yang di ajarkan dalam agama. Kalau mereka menjadi wanita yang muslimah, maka diharapkan mereka tidak hanya sukses di dunia saja, tetapi juga sukses di akherat nanti.
Dalam proses pembinaan karakter yang terjadi di dalam panti asuhan Aisyiyah meliputi pendidikan keagamaan dan budi pekerti/akhlak. Pendidikan agama yang terjadi di panti asuhan Aisyiyah meliputi kegiatan membaca Al Quran dan tafsir Al Quran, serta pengajian. Setiap dua bulan sekali akan dilakukan khataman yang akan dilakukan oleh anak asuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu pengurus panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Pembinaan karakter disini meliputi pendidikan keagamaan, ada baca sekaligus tafsir Al Quran. Perhari mereka harus membaca minimal sampe setengah juz, syukur-syukur sehari bisa rampung satu juz. Kalau udah dua bulan, mereka harus sudah harus selesai baca 30 juz,
terus bisa langsung khataman.” (Bu Hadi Rohyan/5/3/12)
Berdasarkan pernyataan informan tersebut diatas, diketahui bahwa proses pembinaan karakter di panti asuhan ini meliputi kegiatan membaca Al Quran sampai khataman. Diharapkan setelah melakukan khataman, anak-anak asuh menjadi bersih jiwanya dan terhindar dari sifat-sifat yang kurang baik. Dengan adanya kegiatan membaca dan tafsir Al Quran, anak-anak panti bisa mempelajari akhlak yang harus dimiliki oleh seorang perempuan dalam Al Quran.
kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak asuh. Karena melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan anak panti, dari sanalah pembinaan karakter mulai ditanamkan pada diri anak asuh. Pengasuh juga menanamkan sikap sopan santun pada diri anak asuh. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan keseharian anak asuh di panti asuhan. Setiap akan berangkat ke sekolah dan pulang dari sekolah, anak-anak selalu berpamitan dengan pengasuh dan mencium tangan mereka. Menurut pengasuh, itu merupakan salah satu contoh perbuatan yang baik yang dilakukan oleh anak asuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu pengurus di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Kita juga menanamkan sikap sopan santun dalam diri anak. Setiap pagi kita selalu membiasakan mereka untuk berpamitan dan mencium tangan pengasuh kalau mau berangkat sekolah dan sepulang dari sekolah. Melihat anak-anak seperti itu, kita sudah merasa senang. Itu kan anak didikan kita, ya kita bangga dengan mereka kalau kita
berhasil mendidik mereka menjadi anak yang baik.” (Bu Hadi Rohyan/5/3/12)
Selain itu, panti asuhan ini juga mengharuskan penghuninya untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama Alus. Tidak terkecuali bagi pengurus dan pengasuh, semuanya wajib berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama Alus. Karena berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama Alus bagi orang jawa itu menandakan menghormati dan menghargai orang yang menjadi lawan bicara kita. Terlebih lagi apabila orang yang kita ajak berbicara adalah orang yang lebih tua dari kita, maka kita harus lebih menghormati orang tersebut. Akan tetapi kondisi anak saat ini tidaklah sesuai dengan harapan kita. Banyak anak yang berbicara tidak menggunakan unggah-ungguh basa yang baik. Hal itu dikarenakan sudah menipisnya tata krama pada diri anak-anak. Oleh karena itu untuk mencegah degradasi moral dan tata krama pada diri anak, panti asuhan memberikan pembinaan karakter Selain itu, panti asuhan ini juga mengharuskan penghuninya untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama Alus. Tidak terkecuali bagi pengurus dan pengasuh, semuanya wajib berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama Alus. Karena berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama Alus bagi orang jawa itu menandakan menghormati dan menghargai orang yang menjadi lawan bicara kita. Terlebih lagi apabila orang yang kita ajak berbicara adalah orang yang lebih tua dari kita, maka kita harus lebih menghormati orang tersebut. Akan tetapi kondisi anak saat ini tidaklah sesuai dengan harapan kita. Banyak anak yang berbicara tidak menggunakan unggah-ungguh basa yang baik. Hal itu dikarenakan sudah menipisnya tata krama pada diri anak-anak. Oleh karena itu untuk mencegah degradasi moral dan tata krama pada diri anak, panti asuhan memberikan pembinaan karakter
“Anak-anak sekarang itu nggak seperti anak-anak jaman dulu. Anak sekarang kalau berbicara itu waton ceplos nggak di pikirkan lebih dulu. Saya juga heran sama anak-anak sekarang, maka dari itu saya nggak kepengen anak-anak panti di sini kayak anak-anak yang ada di luar sana. Terlebih lagi dalam bertutur kata dan bersikap di dalam
masyarakat.” (Bu Ika/8/3/12)
Pengasuh panti asuhan berharap anak-anak panti asuhan Aisyiyah bisa bertutur kata dan bersikap yang baik dalam masyarakat. Karena hal itu akan menjadi patokan untuk bergaul dalam masyarakat. Selain panti asuhan Aisyiyah melakukan pembinaan karakter terhadap anak asuh, selanjutnya adalah peran orangtua di rumah juga mendukung pembentukan karakter terhadap anak. Hal ini diutarakan oleh salah satu informan yaitu merupakan orangtua dari salah satu anak asuh sebagai berikut:
“Nggih dadose sing ngajari lare-lare niku nggih ibu-ibu saking panti asuhan mriko. Mestine to mbak, wong lare-lare niku tileme teng panti mriko, mantuk teng nggriyo we saben kaleh wulan ping setunggal. Dadose wektune katah sing teng panti tinimbang teng nggriyo piyambak. Nggih lare-lare niku angsal pembinaan karakter saking panti asuhan mriko. Yen pas mantuk teng nggriyo tak awasi mbak, bocah ki sregep sholet po ra. Sing penting kan bab sholat niku, ojo
nganti dilalekne.” (Bapak Marimin/27/4/12)
Menurut pernyataan informan di atas, pembinaan karakter paling banyak dilakukan di dalam panti asuhan, karena waktu yang dihabiskan oleh anak-anak lebih banyak di panti asuhan daripada di rumah orangtua. Pembinaan karakter yang dilakukan oleh orangtua di rumah dilakukan dengan cara menanamkan sikap taqwa kepada anak. Informan selalu mengajarkan anak-anaknya untuk melakukan sholat lima waktu. Hal ini didukung oleh pernyataan informan lain yaitu juga merupakan salah satu orangtua dari anak asuh yang tinggal di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut: Menurut pernyataan informan di atas, pembinaan karakter paling banyak dilakukan di dalam panti asuhan, karena waktu yang dihabiskan oleh anak-anak lebih banyak di panti asuhan daripada di rumah orangtua. Pembinaan karakter yang dilakukan oleh orangtua di rumah dilakukan dengan cara menanamkan sikap taqwa kepada anak. Informan selalu mengajarkan anak-anaknya untuk melakukan sholat lima waktu. Hal ini didukung oleh pernyataan informan lain yaitu juga merupakan salah satu orangtua dari anak asuh yang tinggal di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
Menurut pernyataan informan tersebut di atas, yang paling utama yang harus diajarkan oleh orangtua kepada anaknya adalah tentang sikap dan perilaku terutama kepada orangtuanya. Anak-anak harus menghormati dan berbakti kepada orangtuanya. Hal tersebut juga ditambahkan oleh pernyataan informan yaitu merupakan salah satu orangtua dari anak asuh yang tinggal di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Nek pas wonten nggriyo, kulo ngajari Angga ngaji karo sholat mbak. Sak mlarat-mlarate uwong, sing penting kudu isoh ngaji karo sregep salat. Nek bar salat yo kudu ndongakne won g tuwane.” (Pak Pur/28/412)
Menurut pernyataan informan tersebut diatas, orangtua Angga di rumah selalu mengajarkan untuk membaca Al Quran dan rutin melaksanakan sholat lima waktu. Itu berarti menunjukkan bahwa informan menghendaki anaknya mempunyai karakter yang sholehah, karena membaca Al Quran dan rajin sholat lima waktu termasuk ke dalam karakter sholehah. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu orangtua dari anak asuh yang tinggal di panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Kulo niku kepengen lare-lare niku dadi anak sing pinter, manut karo wong tuwone, dadi anak sing sholehah kados sing di omongne mbak e
wau. Nek anak-anak kulo saget dadi anak sing ngoten niku, wah kulo seneng banget mbak.” (Bapak Marimin/27/4/12)
Menurut pernyataan informan tersebut di atas, informan sebagai orangtua dari anak yang masuk ke panti asuhan Aisyiyah berharap anaknya mempunyai karakter yang pintar dan berbakti kepada orangtua serta mempunyai sifat yang sholehah.
Setelah sekolah dan panti asuhan serta orangtua anak asuh berperan dalam pembinaan karakter terhadap anak asuh, selanjutnya giliran masyarakat
adalah lingkungan tempat tinggal dan bergaul bagi anak-anak panti asuhan Aisyiyah. Masyarakat tersebut akan menjadi contoh bagi anak asuh dalam bergaul di dalam masyarakat. Anak-anak panti tidak hanya bergaul di dalam panti asuhan dan sekolah saja, tetapi juga bergaul di dalam masyarakat. Melalui masyarakat, anak-anak panti tersebut akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih. Selain itu, melalui masyarakat, anak-anak panti asuhan akan mengetahui norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Dengan bergaul di dalam masyarakat, akan menumbuhkan sifat sosial dalam diri anak panti. Karena biasanya sifat sosial tersebut akan tumbuh dalam diri seseorang setelah ia bersosialisasi dengan masyarakat sehingga akan menumbuhkan sifat sosial dan menenggelamkan sifat individualisme. Masyarakat merupakan sistem pendidikan karakter ketiga dalam proses pembentukan karakter seorang anak. Oleh karena itu, penting sekali bagi masyarakat memberikan pembinaan karakter pada anak panti asuhan. Masyarakat tersebut harus bisa memberikan contoh berperilaku baik anak-anak panti. Hal ini dikemukakan oleh informan arus bisa memberikan contoh berperilaku baik anak-anak panti. Hal ini dikemukakan oleh informan yaitu salah satu penduduk juga sebagai tokoh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar panti asuhan Aisyiyah Bekonang
“Ya, ngasih contoh yang bagus-bagus aja buat anak-anak itu. Apalagi anak yang masih kecil-kecil. Biasanya anak-anak yang kecil-kecil itu suka niru omongannya orang dewasa. Makanya kita sebagai orang yang lebih tua kalau berbicara sama anak kecil harus pake kata-kata yang halus, bagus, biar mereka juga bisa niru kata-kata yang bagus dari kita. Kan banyak orang-orang sekarang kalo ngomong bahasanya ya gitu, kasar. Kalo sampai di denger sama anak-anak kan nggak baik, nanti mereka malah ikut-ikutan ngomong kayak gitu, ngomong jorok. Makanya sekarang banyak anak-anak yang ngomong jorok itu asalnya karena niru- niru omongannya orang dewasa.” (Parman/15/3/12) “Ya, ngasih contoh yang bagus-bagus aja buat anak-anak itu. Apalagi anak yang masih kecil-kecil. Biasanya anak-anak yang kecil-kecil itu suka niru omongannya orang dewasa. Makanya kita sebagai orang yang lebih tua kalau berbicara sama anak kecil harus pake kata-kata yang halus, bagus, biar mereka juga bisa niru kata-kata yang bagus dari kita. Kan banyak orang-orang sekarang kalo ngomong bahasanya ya gitu, kasar. Kalo sampai di denger sama anak-anak kan nggak baik, nanti mereka malah ikut-ikutan ngomong kayak gitu, ngomong jorok. Makanya sekarang banyak anak-anak yang ngomong jorok itu asalnya karena niru- niru omongannya orang dewasa.” (Parman/15/3/12)
“Biasanya kami mengadakan pengajian rutin sebulan sekali di masjid mbak, bagi anak-anak diadakan TPA. Selain itu, kita juga mengadakan
pengajian yasinan setiap dua minggu sekali tiap malem jumat. Itu semua dilakukan untuk mendidik masyarakat agar lebih tekun dan lebih taqwa. Anak-anak panti asuhan itu juga rajin mengikuti kegiatan- kegiatan tersebut.” (Pak Rahmat/29/4/2012)
Menurut pernyataan informan tersebut di atas, masyarakat di sekitar panti asuhan Aisyiyah melakukan pengajian rutin setiap sebulan sekali, TPA bagi anak-anak yang masih kecil, dan pengajian yasinan rutin setiap dua minggu sekali setiap malam jumat. Anak-anak panti asuhan Aisyiyah juga mengikuti kegiatan keagamaan yang di adakan oleh masyarakat di sekitar panti asuhan Aisyiyah. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan karakter anak yang sholehah terhadap anak-anak panti asuhan Aisyiyah. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu salah satu tokoh masyarakat di sekitar panti asuhan Aisyiyah Bekonang sebagai berikut:
“Karakter, misalnya ya sholehah. Saya liat-liat anak-anak panti itu juga pada pake jilbab semua, ya mungkin di wajibkan sama ibu
pengasuh disana, terus harus rajin beribadah, mempunyai perilaku yang baik. Saya berharap mereka jadi anak yang pinter-pinter, bisa mewujudkan cita-cita yang mereka inginkan. Sebagai orangtua, ya saya seneng kalau melihat anak-anak itu bisa sukses, apalagi dengan latar belakang keluarga yang seperti itu, saya bener-bener salut sama mereka.” (Parman/15/3/12) pengasuh disana, terus harus rajin beribadah, mempunyai perilaku yang baik. Saya berharap mereka jadi anak yang pinter-pinter, bisa mewujudkan cita-cita yang mereka inginkan. Sebagai orangtua, ya saya seneng kalau melihat anak-anak itu bisa sukses, apalagi dengan latar belakang keluarga yang seperti itu, saya bener-bener salut sama mereka.” (Parman/15/3/12)
“Harapannya ya mereka selalu taqwa kepada Allah, pandai mengaji, rajin beribadah, jadi anak yang sholeh dan sholehah.” (Pak Rahmat/29/4/12)
Menurut pernyataan informan tersebut di atas, informan mengharapkan anak-anak di panti asuhan Aisyiyah tumbuh menjadi anak yang taqwa kepada Allah, pandai mengaji Al Quran, rajin beribadah dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah.