BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan permasalah diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1.
Bahwa Kedudukan tarif dalam kebijakan perdagangan internasional sesuai dengan ketentuan WTO, pada dasarnya WTO melegalkan tarif sebagai satu-
satunya instrumen bagi sebuah negara untuk melindungi industri dalam negerinya dan tidak melalui upaya-upaya perdagangan lainnya non-tarif
commercial measures. Ada beberapa alasan penggunaan instrumen tarif dalam perdagangan internasional yakni :
a. Tarif bisa menjadi alat yang digunakan oleh suatu negara ketika harus
membalas praktek perdagangan tidak adil yang dilakukan oleh negara anggota lainnya, walaupun sebenarnya, tarif memberikan proteksi yang
kecil.
b. Tarif merupakan instrumen lebih mudah dan dapat diubah sewaktu-
waktu dibandingkan dengan instrumen non-tarif.
Adapun prinsip-prinsip dasar perdagangan barang yang diatur dalam GATT sebagai berikut :
a. Protection to domestic industry through tariffs. Setiap negara anggota
dapat memproteksi industri dalam negerinya dari pihak asing dalam bentuk tarif. Sedangkan pembatasan kuantitas quantitatif restrictions
seperti kuota tidak diperbolehkan kecuali dalam situasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
b. Binding of tariff. Setiap negara anggota diminta untuk menurunkan dan
menghilangkan bentuk-bentuk proteksi bagi industri dalam negeri dengan cara menurunkan tarif dan menghilangkan hambatan lainnya.
Tarif yang telah diturunkan diwajibkan untuk terus diturunkan dan penurunan tarif tersebut harus didaftarkan pada GATT sehingga menjadi
bagian tidak terpisahkan dari GATT legal system.
c. Most Favoured Nation MFN Treatment. Dasar dari pelaksanaan
prinsip non diskriminasi ini menghendaki penentuan tarif dan persyaratan perdagangan lainnya harus diterapkan tanpa diskriminasi
pada setiap negara anggota.
d. National Treatment Rule. Setiap negara anggota tidak dibenarkan
mengenakan pajak lebih tinggi terhadap produk impor dibandingkan
dengan pajak untuk produk domestik.
Namun ada beberapa pengecualian terhadap prinsip Most Favoured Nation MFN Treatment ini. Pengecualian tersebut yang antara lain, Pertama, perlakuan
preferensi di wilayah-wilayah tertentu yang sudah ada, tetap boleh terus dilaksanakan namun tingkat batas preferensinya tidak boleh dinaikkan. Kedua, anggota-anggota
GATT yang membentuk suatu Customs Union atau Free Trade Area yang memenuhi persyaratan Pasal XXIV GATT. ASEAN terus mengupayakan langkah-langkah untuk
mewujudkan ASEAN sebagai kawasan perdangan bebas melalui pengurangan dan penghapusan hambatan perdagangan baik tarif maupun non-tarif dengan
menggunakan skema Common Effective Preferential Tariff CEPT sebagai
Universitas Sumatera Utara
mekanisme utamanya. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area CEPT-AFTA merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA
melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya
2. Pemerintah indonesia telah ikut serta dalam menandatangani Framework
Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area AFTA pada tanggal 1 Januari
1993 dengan Common Effective Preferential Tariff CEPT sebagai mekanisme utama. Sebagai salah satu negara ASEAN, Indonesia telah
memberlakukan sistem klasifikasi barang berdasarkan ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature AHTN berdasarkan Protocol Governing the
Implementation of the ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature AHTN. Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1993
tentang Tentang Pengesahan International Convention on The Harmonized Commodity Description and Coding System, Beserta Protocol-nya, Indonesia
juga telah menjadi contracting party dari the International, Convention on the Harmonized Description and Coding System HS Convention, World
Customs Organization WCO. Harmonized Commodity Description and Coding System HS atau yang di kenal dengan sebutan Harmonized System
HS yang bertujuan untuk memberikan kekuatan hukum yang pasti dan memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat
secara sistematis untuk penetapan tarif pabean di seluruh dunia .
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai salah satu negara ASEAN, Indonesia memberlakukan nomenklatur
tarif yang harmonis diseluruh negara ASEAN sesuai kesepakatan yang tertuang dalam Protocol Governing the implementation of the ASEAN
Harmonized Tariff Nomenclature AHTN dalam penetapan tarif bea masuknya. Dengan tarif bea masuk yang harmonis akan memberikan
perlakuan dan peluang yang sama dan adil bagi seluruh sektor industri untuk berkembang dengan distribusi beban dan manfaat kebijakan tarif yang adil. Di
Indonesia tugas untuk memungut dan mengamankan penerimaan negara dari sektor impor atau ekspor menjadi tugas dari Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Dengan adanya tarif yang harmonis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Instansi Kepabeanan Indonesia juga dapat mengurangi hambatan dalam
perdagangan internasional dalam rangka mendukung terciptanya perdagangan bebas.
B. Saran