Peran Kedudukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam

BAB IV ATURAN TERKAIT PERAN DAN KEDUDUKAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PELAKSANAAN DAN PENUNJUKAN TARIF BEA MASUK

A. Peran Kedudukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam

Harmonisasi Tarif Bea Masuk Indonesia telah menjadi anggota World Customs Organization WCO, yang sebelumnya dekenal dengan nama Customs Cooperation Council CCC sejak april 1957. Sebagai anggota WCO, Indonesia telah menunjukkan bahwa peran serta yang aktif dalam kegiatan WCO dan telah banyak menarik manfaat dari organisasi ini. Berbagai bantuan teknis dalam rangka menunjang pelaksanaan sistem dan prosedur kepabeanan internasional telah diterima oleh Indonesia. Tugas pokok dan fungsi direktorat jenderal bea dan cukai adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 158 Instansi Kepabeanan adalah suatu organisasi yang keberadaannya amat essensial bagi suatu negara, demikian pula dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 158 http:www.beacukai.go.idbout_ustugas.php diakses pada tanggal 30 September 2009. Universitas Sumatera Utara Instansi Kepabeanan Indonesia adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting dari negara dalam melakukan tugas dan fungsinya diantaranya untuk : a. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya community protector; b. Melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang tidak sehat dengan industri sejenis dari luar negeri trade facilitator; c. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara maksimal untuk kepentingan penerimaan keuangan negara revenue collector; d. Memberantas penyelundupan 159 . Dinegara-negara berkembang, maupun Negara tertinggal kegiatan impor atau ekspor justru dijadikan alasan untuk dipungutnya bea dan pajak yang menjadi sumber penerimaan Negara. Indonesia sebagai Negara berkembang juga mempunyai Institusi Kepabeanan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai .Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai diantaranya adalah pemungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara maksimal untuk kepentingan penerimaan keuangan negara. 160 159 Keputusan Presiden Nomor : 59 Tahun 1993, Tanggal : 7 Juli 1993 Tentang : Pengesahan International Convention On Mutual Administrative Assistance For The Prevention, Investigation And Repression Of Customs Offences, konvensi ini mengatur kerjasama international di dalam pencegahan dan pemberantasan berbagai bentuk penyelundupan dan pelanggaran dalam bidang pabean Customs Administration 160 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, Pasal 1 ayat 1. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 35 Tahun 1993, Indonesia telah Menjadi Contracting party dari International Convention on the Harmonized Commodity Description and Coding System. 161 Sebagai salah satu contracting party dari HS convention. Indonesia telah beberapa kali menerbitkan dan menyempurnakan BTBMI, terakhir dalam bentuk BTBMI 2007 berdasarkan amandemen HS 2006. Untuk penetapan tarif bea masuk dan bea keluar, barang dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang. 162 Klasifikasi barang adalah penggolongan barang secara sistematis untuk dasar pengenaan bea masuk. Indonesia sendiri menggunakan Buku Tarif Bea Masuk atau BTBMI sebagai referensi praktis klasifikasi barang dan tarif bea masuk. Sebagai salah satu negara ASEAN, Indonesia berkehendak untuk memberlakukan nomenklatur tarif yang harmonis diseluruh negara ASEAN sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Protocol Governing the Implementation of the ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature AHTN mulai Januari 2004. Negara- negara anggota ASEAN juga harus menyederhanakan dan mengharmonisasikan prosedur kepabeanannya agar efisien dan mempercepat pengeluaran barang-barang yang diperdagangkan di ASEAN. Penyederhanaan dan harmonisasi prosedur pabean di ASEAN harus sesuai dengan standard dan praktek-praktek yang direkomendasikan 161 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1993 Tentang Pengesahan International Convention on The Harmonized Commodity Description And Coding System, Beserta Protocol-nya. Sebagai tindak lanjutnya struktur Klasifikasi barang dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia BTBMI mengacu kepada sistem klasifikasi dari HS Convention. 162 Ibid., Pasal 14 ayat 1. Universitas Sumatera Utara dalam Kyoto Convention, 163 sebagaimana diubah, yang berada dibawah naungan Cutoms Cooperation Council CCC atau WCO. 164 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 545KMK.012003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Impor, menetapkan nomenklatur tarif berdasarkan AHTN. Agar Keputusan Menteri Keuangan ini dapat dilaksanakan secara optimal, maka dipandang perlu untuk menerbitkan referensi praktis berupa Buku Tarif Bea Masuk Indonesia BTBMI 2004 yang materi pokoknya disusun berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tersebut. 165 BTBMI itu sendiri merupakan referensi praktis bagi pegawai bea cukai, masyarakat usaha, maupun instansi teknis terkait yang digunakan sebagai dasar penetapan bea masuk BM dan pajak dalam rangka impor PDRI, serta ketentuan larangan dan pembatasan terhadap barang yang diimpor ke dalam daerah pabean Indonesia. 166 163 Kyoto convention adalah konvensi tentang Penyederhanaan dan Harmonisasi Prosedur Pabean. Konvensi ini merupakan instrument harmonisasi customs technique yang meliputi segala aspek hukum kepabeanan. Konvensi ini disebut sebagai KyotoConvention karena penyelenggaraannya dilakukan di kota Kyoto, Jepang pada tanggal 18 Mei 1973 yang mulai berlaku tahun 1974. Tujuan dari konvensi tersebut adalah : i menghilangkan perbedaan yang ada dalam prosedur dan praktek pabean diantara contracting party yang dapat menghambat perdagangan internasional dan pertukaran barang dan jasa internasional lainnya, ii memenuhi kepentingan perdagangan internasional dan pabean untuk kemudahan, penyederhanaan dan harmonisasi prosedur dan praktek kepabeanan, iii memastikan adanya standar yang tepat dalam pengawasan pabean, iv menjadikan pabean mampu menjawab perubahan-perubahan besar dalam dunia usaha, serta metode dan teknik administratif. 164 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 130 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Asean Agreement on Customs Persetujuan ASEAN di Bidang Kepabeanan, Pasal 6 ayat 1. 165 Badan Pendidikan dan Latihan Bea dan Cukai, Tarif, Nilai Pabean, Bea Masuk BM, BM Anti Dumping, Bea Masuk Imbalan, Bea Masuk Tindakan Pengamanan dan Fasilitas Kepabeanan, Jakarta : Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, 2008, Hlm.3. 166 http:www.beacukai.go.id diakses 20 Juli 2009. Universitas Sumatera Utara Sistem penomoran BTBMI 2004 yang kemudian diganti dengan BTBMI 2007 terdapat pada kolom pertama ‘PosSubposPos Tarif’ yang mencatumkan nomor possubpos, BTBMI 2007 disusun dalam 9 kolom, yang terdiri atas Kolom pertama adalah kolom PosSubposPosTarif yang mencantumkan nomor possubpos sebagai berikut : 1. 4 empat dan 6 enam digit pertama berasal dari teks Harmonized System- World Customs Organization HS-WCO; 2. 8 delapan digit berasal dari teks AHTN; 3. 10 sepuluh digit merupakan teks berasal dari uraian barang dalam bahasa Indonesia, kecuali : 1.1. yang 2 digit terakhirnya 00 misalnya 1702.30.20.00 berasal dari teks AHTN; 2.2. yang 4 digit terakhirnya 00.00 misalnya 1702.50.00.00 berasal dari teks HS-WCO. 4. 4 empat, 6 enam dan 10 sepuluh digit pada bab 98 merupakan teks berasal dari uraian barang dalam bahasa Indonesia. 167 BTBMI 2007 juga merupakan referensi praktis berkaitan dengan persentase tarif Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Penjaualan Atas Barang 167 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 110PMK.0102006 Tanggal 15 Nopember 2006, Tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor dan Surat Edaran Direktur Bea dan Cukai Nomor SE-37BC2006 Tentang Petunjuk Penggunaan Buku Tarif Bea Masuk Indonesia 2007 BTBMI 2007. Universitas Sumatera Utara Mewah PPnBM. BTBMI 2004 juga memuat referensi tentang jenis-jenis barang yang terkena ketentuan larangan dan pembatasan.

B. Peran dan Kedudukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam