Hubungan Prinsip Most Favoured Nation MFN dengan Perlakuan

E. Hubungan Prinsip Most Favoured Nation MFN dengan Perlakuan

Khusus dan Berbeda Special and Differential TreatmentSD treatment dan Status Area Perdagangan Regional Dalam prinsip Most Favoured Nation MFN mewajibkan kepada negara- negara yang meratifikasi GATT agar memberikan kebijakan perdagangan didasarkan atas perlakuan nondiskriminatif. Klausul MFN biasanya diikuti oleh dua sifat cukup penting, yaitu: 1. Reciprocal timbal balik, artinya pemberian MFN ini diberikan dan disyaratkan oleh masing-masing negara. Jadi sifatnya timbal balik; 2. Unconditional tidak bersyarat, artinya negara anggota lainnya dalam suatu perjanjain berhak atas perlakuan-perlakuan khusus yang diberikan kepada negara ketiga. 120 Pelaksanaan prinsip MFN dapat dikecualikan berdasarkan pada aturan dalam GATT, khususnya dalam menyangkut kepentingan negara sedang berkembang. Menurut prinsip MFN ini, semua negara anggota terikat untuk memberikan negara- negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan dan kebijakan impor dan ekspor serta yang menyangkut biaya-biaya lainnya. Namun demikian, ada beberapa pengecualian terhadap prinsip ini. Salah satu pengecualian tersebut adalah diatur dalam Pasal XXIV 121 yang mengatur bahwa apabila anggota-anggota GATT yang 120 Huala Adolf, op.cit., hlm.8. 121 Legal Texts GATT 1947, Artikel XXIV:4, The contracting parties recognize the desirability of increasing freedom of trade by the development, through voluntary agreements, of closer integration between the economies of the countries parties to such agreements. They also recognize that the purpose of a customs union or of a free-trade area should be to facilitate trade Universitas Sumatera Utara membentuk suatu Custom Union atau Free Trade Area tidak harus memberikan perlakuan yang sama kepada negara anggota lainnya. 122 Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization WTO memuat kurang lebih 145 ketentuan khusus, dikenal dengan istilah Special and Differential Treatment SD, bagi anggota-anggota WTO yang berasal dari negara-negara sedang berkembang NSB. Terdapat beberapa komponen pokok dari SD yaitu : hak-hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan; ketentuan-ketentuan hukum WTO kepada negara sedang berkembang yang bertujuan untuk memperbaiki ketimpangan. SD merupakan hak-hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan artinya bahwa SD merupakan klaim-klaim atau hak-hak dan keuntungan- keuntungan, atau perlakuan-perlakuan khusus yang tidak dinikmati oleh pihak lain. Hak-hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan tersebut diberikan secara hukum oleh WTO, dan oleh karena itu merupakan instrumen hukum. Selanjutnya, SD hanya diberikan kepada negara sedang berkembang, dan tidak kepada negara-negara maju. Lebih jauh, SD tersebut dimaksudkan untuk mengatasi ketimpangan, khususnya yang disebabkan oleh perbedaan tingkat pembangunan antara negara-negara maju dan negara sedang berkembang. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, beberapa cara dipergunakan seperti pemberian preferensi perdagangan; diterapkannya prinsip non-resiprositas; pemberian masa between the constituent territories and not to raise barriers to the trade of other contracting parties with such territories. 122 Nandang Sutrisno, Eksistensi Ketentuan Khusus Bagi Negara Berkembang Dalam Perjanjian World Trade Organization, Jakarta : Fakultas Hukum UII, 2008, hlm 1. Universitas Sumatera Utara transisi yang lebih panjang; dan dikenakannya kewajiban-kewajiban yang lebih longgar. Secara ringkas, SD dapat didefinisikan sebagai hak-hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan yang diberikan kepada negara sedang berkembang oleh Perjanjian WTO, bertujuan untuk mengatasi ketimpangan pembangunan ekonomi, melalui berbagai cara yang sah. Sekretariat WTO mengklasifikasikan SD ke dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama, yaitu SD yang ditujukan untuk meningkatkan peluang perdagangan bagi negara sedang berkembang. The Enabling Clause, misalnya, menyatakan bahwa negara maju dapat memberikan preferensi tarif terhadap produk- produk yang berasal dari negara sedang berkembang, menurut the Generalised System of Preferences GSP. 123 Kelompok kedua, yaitu SD yang dimaksudkan untuk melindungi kepentingan-kepentingan negara sedang berkembang. Sebagai contoh, perjanjian tentang Sanitary and Phytosanitary Measures mewajibkan negara- negara anggota WTO untuk mempertimbangkan kepentingan-kepentingan khusus negara sedang berkembang, terutama dalam mempersiapkan dan menerapkan Sanitary and Phytosanitary Measures. 124 Kelompok ketiga, yaitu SD yang memberikan fleksibilitas kepada negara sedang berkembang. Misalnya, Perjanjian Pertanian the Agreement on Agriculture memberikan persentase de minimis untuk memperhitungkan jumlah keseluruhan subsidi domestik yang berjalan sebesar 10 123 Lihat Pasal 1 dan 2a the GATT Contracting Parties decision of November 28, 1979 on Differential and More Favourable Treatment, Reciprocity and Fuller Participation of Developing Countries, GATT, selanjutnya disebut Enabling Clause. 124 Artikel 10 ayat 1 The Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures SPS. Universitas Sumatera Utara persen, lebih tinggi daripada yang diberikan kepada negara-negara maju, yaitu 5 persen. 125 Kelompok keempat, yaitu SD dalam bentuk pemberian masa transisi yang lebih panjang kepada negara sedang berkembang. Perjanjian tentang Trade-Related Investment Measures TRIMs memberikan masa transisi kepada negara sedang berkembang pada umumnya selama 5 tahun dan kepada negara-negara terbelakang atau least-developed countries LDCs, selama 7 tahun. 126 Kelompok kelima, yaitu SD yang berupa bantuan teknis kepada negara sedang berkembang untuk mengatasi kesulitan-kesulitan teknis, financial dan sumber daya dalam melaksanakan perjanjian- perjanjian WTO. Perjanjian tentang Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPs, misalnya, mewajibkan negara-negara maju untuk memberikan bantuan teknis dan financial kepada negara sedang berkembang dan negara-negara terbelakang dalam rangka membantu memfasilitasi negara-negara tersebut dalam mengimplementasikan perjanjian TRIPs secara penuh. 127 Kelompok keenam, yaitu SD yang khusus diperuntukkan bagi negara-negara terbelakang. Salah satu contoh dari SD kelompok ini adalah yang termuat dalam Perjanjian Prosedur Lisensi Impor atau Import Licensing ProceduresILP, menyatakan bahwa dalam mengalokasikan lisensi, pertimbangan khusus harus diberikan kepada importir-importir yang 125 Artikel 6 ayat 4 : The Agreement on Agriculture AA. 126 Artikel 5 ayat 2, The Agreement on Trade-Related Investment Measures TRIMs. 127 Artikel 67, The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPs. Universitas Sumatera Utara mengimpor produk-produk yang berasal dari negara sedang berkembang, khususnya dari negara-negara terbelakang. 128 Dengan SD diharapkan dapat memperkecil ketimpangan perdagangan antara negara maju dan negara sedang berkembang seperti yang selama ini di perjuangkan oleh negara sedang berkembang dalam perundingan-perundingan WTO. SD dapat juga merupakan instrumen untuk tercapainya keadilan dalam perdagangan internasional, hal ini karena SD telah diintegrasikan ke dalam instrumen hukum, yang di dalamnya keadilan merupakan elemen yang esensial. Dalam konteks ini, konsep keadilan sebagai fairness, sebagaimana tercermin dalam A Theory of Justice dari Rawls, layak untuk dipertimbangkan. Berdasarkan teori Rawls, SD sebagai instrumen keadilan harus ditemukan justifikasinya dalam teori keadilan egalitarian the egalitarian theory of justice. Keadilan sebagai fairness, sebagaimana dikemukakan di atas, berasal dari teori liberalisme. Dengan demikian, SD sebagai instrumen keadilan tidak bertentangan dengan paradigma liberalisme, dan bahkan dapat memperkuat eksistensi liberalisme sebagai paradigma utama GATTWTO. 129 Dalam menjembatani tingkat pembangunan ekonomi diantara anggota WTO yang berbeda maka diadakan suatu Perlakuan Khusus dan Berbeda SD treatment bagi negara berkembang. Perlakuan khusus dan berbeda ini dimaksudkan memberikan kesempatan kepada negara berkembang dalam rangka implementasi persetujuan WTO. Perlakuan khusus tersebut misalnya mengenai masa transisi 128 Artikel 3 : 5j, The Agreement on Import Licensing ProceduresILP. 129 Frank J. Garcia, The Law of Peoples: By John Rawls, Houston Journal of International Law, 2001, hlm. 659, 661. Universitas Sumatera Utara penerapan ketentuan WTO dalam peraturan perundang-undangan nasional mereka dan juga penyediaan bantuan teknis dari anggota negara maju serta peningkatan kapasitas bagi para pejabat untuk meningkatkan pemahaman tentang WTO dan implikasinya. Dalam kaitannya dengan Free Trade Area, Persetujuan WTO membolehkan anggota untuk membentuk perjanjian antar pemerintah untuk mendirikan customs union CU, Free Trade AreaRTA Regional Trade Agreement, interim agreement menuju ke pembentukan CU dan FTA dan Perjanjian Integrasi Ekonomi EIA. Dalam membentuk RTA tersebut dijelaskan bahwa masa waktu untuk menotifikasin pembentukannya tidak lebih dari 10 tahun. RTA dewasa ini tidak saja meliputi Perdagangan Barang tetapi juga mencakup perdagangan jasa. Dasar dari pembentukan RTAs dimaksud adalah artikel 24 GATT 1994 untuk perdagangan barang dan artikel V GATS untuk perdagangan jasa yang menjelaskan bahwa article V memberikan anggota WTO dengan perlindungan hukum untuk membentuk EIA. Terdapat bebarapa komponen penting dalam perundingan perdagangan bebas FTA yaitu : 130

1. Remove Tariffs tariff concessions and preferential tariff, Penurunan tarif