Batasan-batasan dalam pemungutan tarif

4. Prinsip larangan restriksi pembatasan kuantitatif

Ketentuan dasar GATT adalah larangan terhadap restiriksi kuantitatif baik terhadap ekspor mupun impor misalnya dalam bentuk quota ekspor-impor dan linsensi ekspor-impor. Namun dalam pelaksanaannya hal tersebut dapat dilakukan dalam hal : Pertama, Untuk mencegah terkurasnya produk-produk penting di negara pengekspor; kedua, untuk melindungi pasar dalam negeri khususnya yang menyangkut produk pertanian dan perikanan, ketiga, untuk mengamankan atas peningkatan impor yang berlebihan, keempat, untuk melindungi neraca pembayaran luar negerinya. Pengecualian ini diperluas oleh negara berkembang berdasarkan pasal XVII dimana negara berkembang dapat memberlakukan restriksi kuantitatif untuk mencegah terkurasnya valuta asing devisa yang disebabkan oleh adanya permintaan untuk impor yang diperlukan bagi pembayaran atau karena mereka sedang mendirikan atau memperluas produksi dalam negerinya.Hambatan perdagangan non- tarif atau peraturan perpajakan nasional yang diskriminatif dan tindakan-tindakan administratif lainnya sedapat diminimalisir untuk menghindari distorsi perdagangan yang ditimbulkannya. 116

D. Batasan-batasan dalam pemungutan tarif

Pada tahun awal, Putaran Perdagangan GATT mengkonsentrasikan negosiasi pada upaya pengurangan tarif. Pada Putaran Kennedy pertengahan tahun 1960-an dibahas mengenai tarif dan Persetujuan Anti Dumping Anti Dumping Agreement. Putaran Tokyo 1973-1979 meneruskan upaya GATT mengurangi tarif secara 116 Hata, loc.cit., hlm., 62. Universitas Sumatera Utara progresif. Hasil yang diperoleh rata-rata mencakup sepertiga pemotongan dari bea imporekspor terhadap 9 negara industri utama, yang mengakibatkan tarif rata-rata atas produk industri turun menjadi 4,7. Pengurangan tarif, yang berlangsung selama 8 tahun, mencakup unsur “harmonisasi” yakni semakin tinggi tarif, semakin luas pemotongannya secara proporsional. Pada dasarnya perjanjian GATTWTO melalui penghapusan hambatan-hambatan non-tarif melalui konversi hambatan non tarif menjadi tarif saja, sedangkan besarnya tarif yang diberlakukan oleh setiap negara anggota diarahkan untuk diturunkan dimana pelaksanaanya tidak boleh lebih tinggi dari “bound rates” komitmen suatu negara anggota WTO untuk mengikat tingkat tarif tertinggi untuk suatu produk pada tingkat tertentu. Dengan demikian pelaksanaan penerapan tarif terhadap barang impor harus memenuhi persyaratan : 1. Besarnya tarif tidak melebihi ”bound rates” 2. Tarif tersebut diberlakukan tanpa diskriminasi atau disebut MFN basis Most Favoured Nation berarti barang impor yang sejenis yang berasal dari semua negara anggota WTO dikenakan tarif yang sama. 117 Dalam upaya memperluas akses pasar barang dan jasa terdapat kesepakatan untuk mengurangi dan menghapuskan hambatan tarif yang pada dasarnya telah disepakati pada soal Mid-term Review perundingan Putaran Uruguay yang diadakan pada bulan Desember 1988 di Montreal. Hal yang disepakati soal itu adalah mendorong liberalisasi perdagangan dengan menekankan kepada penurunan tarif tinggi dan eskalasi tarif serta memperluas cakupan tarif yang diikat, dengan target 117 Yudha Bhati, Masalah Anti Dumping Dalam GATT-WTO, Jakarta : 2009, hlm., 1. Universitas Sumatera Utara penurunan tarif rata-rata sekitar 30. Selanjutnya dalam Marrakesh Protocol disepakati untuk menurunkan tarif bea masuk dalam 5 tahap dalam waktu 5 tahun dan dimulai pada saat persetujuan pembentukan WTO berlaku. Semua negara juga harus menghapuskan tata niaga impor produk pertanian serta menggantikannya dengan tarif bea masuk tarifikasi. Tarif bea masuk untuk produk pertanian tersebut diturunkan sebesar rata-rata 24 dalam jangka waktu 10 tahun baik setelah maupun tanpa tarifikasi. 118 Ketentuan tarif dalam GATT menjelaskan bahwa negara anggota WTO dalam keadaan normal tidak dapat menaikkan tarif atas produk tertentu melampaui tingkat yang telah dijadwalkan. Apabila suatu negara ingin menaikkan tarif melampaui tingkat tarif yang telah dijadwalkan bound tariff, maka harus dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Salah satu prosedur tersebut antara lain dengan memberitahukan kepada The Council for Trade in Goods, dan melakukan negosiasi dengan anggota-anggota lain yang berkepentingan. Dalam praktek perdagangan internasional, terdapat tiga jenis tarif yang umumnya digunakan yaitu ad valorem atas dasar prosentase atas nilaiharga barang, spesifik atas dasar kuantitas barang impor, dan gabungan ad valorem dan spesifik. Pada saat ini yang paling banyak dipakai adalah ad valorem, apabila terdapat tarif spesifik biasanya dikonversikan ke dalam tarif ad velorem. 119 118 Direktorat Hubungan Perdagangan Multilateral dan Regional, World Trade Organization Sebagai Lembaga Pelaksana Dalam Mewujudkan Liberalisasi Perdagangan Dunia, , loc.cit.,hlm.6. 119 Harum Setiawati dan Gavriyuni Amier, loc.cit.,hlm. 91. Universitas Sumatera Utara

E. Hubungan Prinsip Most Favoured Nation MFN dengan Perlakuan