BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA SEHUBUNGAN
DENGAN HARMONISASI TARIF DILINGKUNGAN AFTA
A. Penggunaan Common Effective Preferential Tariff CEPT Dalam
Perdagangan Bebas Asean AFTA
Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu
agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan preferential
trade, usaha patungan joint ventures, dan skema saling melengkapi complementation scheme antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak
swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan 1976, Preferential Trading Arrangement 1977, ASEAN Industrial Complementation
scheme 1981, ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme 1983, dan Enhanced Preferential Trading Arrangement 1987. Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura
tahun 1992 telah ditandatangani Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade
Area AFTA pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff CEPT sebagai mekanisme utama.
135
Skema Common Effective Preferential
135
Direktorat Kerjasama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Jakarta : Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2007, hlm.41.
Universitas Sumatera Utara
Tariffs For ASEAN Free Trade Area CEPT-AFTA
136
merupakan suatu skema untuk : pertama, mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5,
kedua, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.
137
Pada pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN AEM ke-22 di Bali bulan Oktober 1990 telah meluncurkan ASEAN Preferential Trading Arrangement
ASEAN PTA yang memberlakukan Tingkat Tarif Efektif Bersama Common Effective Preferential Tariff - CEPT antara 5-10 atas dasar produk per-produk,
baik produk ekspor maupun impor guna menghilangkan kendala-kendala perdagangan di antara negara-negara ASEAN. Konsep CEPT ini juga diterapkan pada
pengaturan kerjasama ASEAN di bidang industri. Disamping itu, disepakati juga untuk mengurangi tarif menjadi 0-5 bagi 90 produk pada tahun 2000 serta untuk
mempercepat pemberlakuan tarif 0 dan memindahkan produk-produk yang tidak termasuk dalam pengurangan tarif ke dalam Inclusion List. Negara-negara anggota
baru ASEAN Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam CLMV akan memaksimalkan jumlah produk dengan tarif 0-5 persen mereka masing-masing pada
tahun 2003 bagi Vietnam, 2005 bagi Laos dan Myanmar, serta 2007 bagi Kamboja.
136
Agreement On The Common Effective Preferential Tariff CEPT Scheme For The ASEAN Free Trade Area Singapore, 28 January 1992, Article : 1, CEPT means the Common Effective
Preferential Tariff, and it is an agreed effective tariff, preferential to ASEAN, to be applied to goods originating from ASEAN Member States, and which have been identified for inclusion in the CEPT
Scheme in accordance with Articles 2 5 and 3.
137
Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, AFTA dan Implementasinya Jakarta : Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2009, hlm.1.
Universitas Sumatera Utara
Mereka juga akan memperluas jumlah cakupan produk dengan tarif 0-5 persen pada 2006 bagi Vietnam, 2008 bagi Laos dan Myanmar, serta 2010 bagi Kamboja.
138
Di tingkat nasional, Unit AFTA dipegang oleh Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Departemen Perdagangan Republik Indonesia yang
mempunyai fungsi mempersiapkan produk-produk yang akan dimasukkan dalam Inclusion List IL
139
, Temporary Exclusion List TEL
140
, Sensitive List SL
141
dan General Exception Lists GEL
142
, Jadwal Penurunan Tarif dan Penyusunan CCEM CEPT Concessions Exchange Manual dalam rangka implementasi CEPT-AFTA.
Unit ini juga menjamin pelaksanaan langkah-langkah yang diperlukan untuk pengesahan dan implementasi penurunan tarif. AFTA saat ini telah terbentuk secara
virtual, dimana negara-negara anggota ASEAN telah membuat langkah-langkah maju dalam menurunkan tarif intra-regional melalui mekanisme CEPT for AFTA. Sampai
saat ini tercatat lebih dari 99 persen produk yang masuk dalam daftar IL untuk negara-negara ASEAN-6 Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina,
138
Ibid, hlm. 47.
139
Inclusion List IL : daftar produk yang harus mengalami liberalisasi secepatnya secara terjadwal melalui penurunan tarif dibawah program CEPT 0-5 pada tahun 2002 untuk ASEAN 6;
Vietnam tahun 2006, Laos dan Myanmar tahun 2008, Kamboja tahun 2010, penghapusan hambatan kuantitatif dan hambatan non-tarif lainnya dalam 5 tahun.
140
Temporary Exclusion List TEL : daftar produk-produk sensitif yang dikecualikan sementara untuk dimasukkan dalam skema CEPT dengan alasan belum cukup siap. Produk dari TEL
harus dikurangi atau dihilangkan dengan memindahkan produk tersebut ke IL secara bertahap dalam 5 tahap dalam 5 tahun sejak 1 Januari 1996 sampai dengan 1 Januari 2000.
141
Sensitive List SL : daftar produk-produk pertanian bukan olahan. Produk tersebut harus masuk ke dalam CEPT dengan periodesasi waktu berdasarkan negara sebagai berikut : Brunai,
Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thiland tahun 2003, Vietnam 2013, Laos dan Myanmar tahun 2015, Kamboja tahun 2017, contoh produk : beras, gula, daging, gandum, bawang putih dan cengkeh.
142
General Exception Lists GEL : daftar produk yang dikecualikan dari CEPT karena alasan : keamanan nasional, moral masyarakat, kehidupan dan kesehatan manusia, binatang dan tumbuhan,
barang-barang seni bersejarah dan atau arkeologis.
Universitas Sumatera Utara
Singapura dan Thailand telah diturunkan menjadi sekitar 0-5. Negara-negara CLMV juga tidak ketinggalan jauh dalam pelaksanaan komitmen CEPT dimana
hampir 80 produk mereka telah masuk dalam IL dan 66 dari produk-produk tersebut telah memiliki tarif antara 0-5. Hingga tahun 2006, rata-rata CEPT
ASEAN-6 adalah 1,74, CLMV 4,65 dan ASEAN secara keseluruhan 2,82.
143
Program penurunan tarif masing-masing negara ASEAN-6 dimulai sejak tahun 1993, melalui penyampaian Legal Enactment yang dikeluarkan setiap tanggal 1
Januari. Di Indonesia Legal Enactment tersebut berbentuk Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang CEPT-AFTA Common Effective Preferential Tariff for AFTA.
Pada tahun 1994, sidang Menteri Ekonomi ASEAN memutuskan untuk mempercepat implementasi penuh AFTA menjadi 1 Januari 2003, dengan cakupannya termasuk
produk hasil pertanian. Pada tahun 1998, KTT-ASEAN di Hanoi mempercepat implementasi penuh AFTA menjadi 1 Januari 2002, dengan fleksibilitas. Fleksibilitas
disini berarti bahwa beberapa produk yang dirasakan masih belum siap, dapat ditunda pelaksanaannya sampai 1 Januari 2003. KTT-ASEAN tahun 1998 tersebut juga
menyepakati target-target penurunan tarif sebagai berikut :
144
a. Tahun 2000 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5 sebanyak 85 dari
seluruh jumlah pos tarif yang dimasukkan dalam Inclusion List IL. b.
Tahun 2001 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5 sebanyak 90 dari seluruh pos tarif yang dimasukkan dalam IL.
143
Direktorat Kerjasama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Ibid.,hlm.48.
144
Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, ASEAN Free Trade Area, Gambaran Umum AFTA, Jakarta : Departemen Perdagangan, 2006, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
c. Tahun 2002 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5 sebanyak 100 dari
seluruh pos tarif yang dimasukkan dalam IL, dengan fleksibilitas. d.
Tahun 2003 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5 sebanyak 100 dari seluruh pos tarif yang dimasukkan dalam IL, tanpa fleksibilitas.
145
Negara-negara ASEAN telah memasukkan semua produknya kedalam Inclusion List, kecuali produk-produk yang dikatagorikan sebagai General Exception
GE, Highly Sensitive List HSL dan Sensitive List SL. Produk yang dikatagorikan dalam General Exception adalah produk-produk yang secara permanen tidak perlu
dimasukkan kedalam CEPT-AFTA, karena alasan keamanan nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk melestarikan
obyek-obyek arkeologi dan budaya. Indonesia mengkatagorikan produk-produk dalam kelompok senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak
68 pos tarif sebagai General Exception. Sedangkan produk-produk beras dan gula Indonesia yang dikatagorikan dalam Highly Sensitive List, masih dapat menerapkan
tarif MFN sampai tahun 2010, kemudian mulai dari tahun 2010 sampai waktu yang tidak terbatas dapat menerapkan tarif maksimum 20.
Penurunan tarif dijadwalkan sesuai dengan besatnya tarif yang berlaku dan dilakukan melalui dua jalur yaitu jalur cepat fast track dan jalur normal normal
track. Produk yang termasuk dalam jalur cepat adalah 15 kelompok produk yang tergolong dalam Harmonized Sistem HS pada level 6 digit. Tarif impor pada produk
145
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Implementasi AFTA Sejak 1992 Jakarta : 2002. hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
ini diturunkan hingga maksimal mencapai 5 dalam waktu tujuh hingga 10 tahun. Sendangkan produk lainnya berada pada jalur normal, dimana produk yang dikenakan
tarif di atas 20 persen diturunkan menjadi di bawah 20 persen dalam waktu delapan tahun dan selanjutnya dikurangi 5 persen setiap dua tahun, sehingga pada akhirnya
tarif tertinggi maksimal sebesar 5 persen.
146
Terdapat Kriteria produk untuk dapat menikmati konsesi CEPT-AFTA, Tidak semua produk yang beredar dalam pasar regional ASEAN dapat menikmati konsesi
CEPT-AFTA, yaitu tarif 0-5. Konsesi CEPT-AFTA maksudnya adalah Konsesi yang diberikan, berupa tingkat tarif bea masuk yang lebih rendah dari tarif bea masuk
umum MFN, yang akan diperoleh oleh eksportir apabila mengekspor suatu produk dari suatu negara ASEAN ke negara ASEAN lainnya. Produk yang dapat menikmati
konsesi CEPT-AFTA haruslah memenuhi persyaratan berikut : a.
Tercantum dalam Inclusion List dalam bentuk Legal Enactment di negara tujuan maupun negara asal, sebagai pelaksanaan prinsip Reciprocity timbal-
balik. b.
Memenuhi kandungan ASEAN content minimum 40.
147
c. Menggunakan Surat Keterangan Asal - Form D.
148
146
Joko Siswanto dan Aditya Rachmanto, Menuju Kawasan Bebas Barang ASEAN 2015,Jakarta : Elex Media Kompetindo, 2008, hlm.95.
147
Kebijakan kandungan lokal ini dilakukan melalui penggunaan regulasi kandungan domestik yang bertujuan membatasi impor dan mendorong perkembangan industri domestik.
Pengaturan kandungan domestik secara khusus dilakukan dengan menerapkan ketentuan persentase tertentu dari nilai total suatu produk harus diproduksi di dalam negeri agar produk tersebut dapat dijual
di dapat dijual di pasar dalam negeri.
148
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 94 KMK.011997 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Importasi Barang Dalam Rangka Skema Common Effective
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan kandungan ASEAN 40 yang harus dipenuhi bagi produk- produk untuk mendapatkan konsesi CEPT-AFTA, akan secara otomatis membatasi
produk-produk dari luar ASEAN untuk turut menikmati konsesi CEPT-AFTA ini. Selain itu, opsi-opsi berikut ini dapat dipakai bila produksi dalam negeri Indonesia
mengalami tekanan yang berat dari produk-produk impor ASEAN : a.
Protocol regarding the implementation of the CEPT Scheme Temporary Exclusion List Protocol ini menjadi dasar bagi suatu negara untuk dapat
menunda keikutsertaannya dalam AFTA bagi produk-produknya yang termasuk dalam grup terakhir yang dimasukkan dalam IL di tahun 2000 Last
Tranche. Namun penundaan ini haruslah disertai dengan pemberian kompensasi kepada negara-negara ASEAN yang merasa dirugikan.
b. Article 6 dalam CEPT Agreement Emergency Measures Article 6 ini dapat
dipakai sebagai dasar untuk menerapkan emergency measures berupa hambatan tarif atau non-tarif bagi produk-produk dalam negeri yang
menderita injury, sebagai akibat melonjaknya laju impor produk-produk dari negara ASEAN.
Preferential Tarif CEPT Untuk Periode 1 Januari 1997 sd 31 Desember 2003 Pasal 3 ayat 1 dan 2 : Tarif bea masuk dalam rangka skema CEPT yang lebih rendah dari tarif bea masuk yang berlaku
umum hanya dapat diberlakukan terhadap importasi barang yang dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal Form D yang telah ditandatangani oleh pejabat berwenang di Negara ASEAN yang
bersangkutan Surat Keterangan Asal Form D pada butir 1 tidak diperlukan dalam hal : a. Tarif bea masuk dalam rangka CEPT sama besar dengan tarif bea masuk yang berlaku umum; b. Importasi
barang yang nilai pabeannya tidak melebihi US 200 dua ratus dollar Amerika Serikat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel I Jumlah Pos Tarif dalam Paket CEPT 2003 Tabel I.
149
Country Jumlah Pos Tarif
Percentage
IL TEL GE
SL Total IL TEL
GE SL
Total
Brunei D
6.337 - 155 - 6.492
97,61 - 2,39 - 100,00
Indonesia
7.217 - 68 - 7.285 99,07 - 0,93 - 100,00
Malaysia
10.124 218 53 - 10.395 97,39 2,10
0,51 - 100,00
Philipina
5.642 - 16 - 5.658 99,72 - 0,28 - 100,00
Singapura
5.859 - - - 5.859 100,00 -
- - 100,00
Thailand
9.211 - - - 9.211 100,00 -
- - 100,00
Total ASEAN-6
44.390 218 292 - 44.900
98,86 0,49 0,65 - 100,00
Cambodia
3.115 3.523 134
50 6.822
45,66 51,64 1,96 0,73 100,00
Laos PDR
2.533 856 74
88 3.551
71,33 36,36
2,08 2,48
100,00
Myanmar
4.182 1.224 48
18 5.472
76,43 33,32 0,88 0,33 100,00
Vietnam
6.296 - 139
51 6.486
97,07 11,36
2,14 0,79
100,00
Total ASEAN-4
16.126 5.603 395
207 22.331
72,21 33,02 1,77 0,93 100,00
Total ASEAN-10
60.516 5.821 687
207 67.231
90,01 8,66 1,02 0,31 100,00
Preferensi tarif yang sering juga disebut margin of preference MOP adalah pemberian tarif preferensi kepada semua barang yang berasal dari ASEAN yang
besarnya jauh lebih rendah dari tarif MFN negara-negara ASEAN. MOP dihitung berdasarkan presentase tertentu dari tingkat tarif yang berlaku di negara-negara
ASEAN. Preferensi juga dapat dilihat sebagai pengurangan tarif berdasarkan preferensi untuk produk-produk yang diperdagangkan oleh dan kepada negara-negera
ASEAN sehingga diharapkan akan menstimulasi perdagangan intra ASEAN trade creation karena penurunan harga melalui pengurangan tarif akan menyebabakan
149
Sidang ke-16 AFTA Council, 11 September 2002, Brunei Darussalam : IL=Inclusion List, TEL = Temporary Exclusion List, GE = General Exception, SL = Sensitive List.
Universitas Sumatera Utara
peningkatan permintaan dan selanjutnya akan meningkatkan suplai dari kawasan ASEAN, meskipun trade cration timbul dengan mengorbankan atau menurunkan
daya jual produk negara bukana anggota karena secara relatif akan lebih mahal trade diversion. Selain itu tujuan dari pendirian PTA adalah sebagai reaksi atas tekanan
proteksionisme dari negara-negara maju pada saat itu.
150
B. Penggunaan Common Effective Preferential Tariff CEPT Bukan