suatu tarif preferesial umum yang efektif di kawasan ASEAN dan tidak menambah hambatan-hambatan perdagangan terhadap ekonomi-ekonomi non-ASEAN.
C. Pentingnya Harmonisasi di Bidang Tarif
Ketidak-harmonisan dalam mengklasifikasi barang menyebabkan perdagangan internasional akan mengalami hambatan karena permintaan suatu
barang dari negara pengimpor akan ditanggapi lain oleh negara pengekspor. Hal ini tentu tidak dikehendaki dalam perdagangan internasional. Akibat perbedaan
klasifikasi tarif antara negara di dunia mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam mengantisipasi teknologi, perkembangan masyarakat industri dan pola perdagangan
internasional. Menyadari hal tersebut World Custom OrganizationWCO Organisasi Kepabaeanan Dunia
153
pada tanggal 14 Juni 1986 meluncurkan Harmonized Commodity Description and Coding System HS atau yang di kenal dengan sebutan
Harmonized System HS untuk memberikan kekuatan hukum yang pasti, nomenklatur tersebut di kenal dengan nama konvensi HS. Harmonized System HS
tersebut mulai berlaku secara internasional pada tanggl 1 Januari 1988 dengan tujuan: a.
Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis untuk penetapan tarif pabean di seluruh dunia;
b. Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan statistik perdagangan dunia;
153
Organisasi Pebean Dunia World Custom OrganizationWCO sekarang ini beranggotakan 147 negara yang berkecimpung menangani massalah yang berkaitan dengan kepabeanan dan
perdagangan internasional yang tujuannya adalah utuk menjamin tercapainya tingkat harmonisasi dan keseragaman sistem kepabeanan yang memadai dalam rangka memperlancar perdagangan
internasional.
Universitas Sumatera Utara
c. Memberikan sistem internasional yang resmi untuk pemberian kode,
penjelasan, dan penggolongan barang untuk tujuan perdagangan internasional; d.
Memberikan Pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang diperdagangkan secara internasional;
e. Menggunakan bahasa pabean sehingga dapat dengan mudah dimengerti oleh
importir, eksportir, produsen, pengangkut dan aparat Bea dan Cukai f.
Sistem yang sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan interpretasi yang benar dan sama untuk keperluan negosiasi.
154
Indonesia telah menjadi contracting party dari the International, Convention on the Harmonized Description and Coding System HS Convention. Berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1993 tentang Tentang Pengesahan International Convention on The Harmonized Commodity Description
and Coding System, Beserta Protocol-nya. Sebagai salah satu contracting party dari HS Convention, Indonesia telah beberapa kali menerbitkan dan menyempurnakan
Buku Tarif Bea Masuk Indonesia BTBMI
155
, terakhir BTBMI 2004 yang disusun berdasarkan Amandemen HS 2002 dan ASEAN Harmonised Tariff
NomenclatureAHTN. BTBMI yang berbasis AHTN disusun atas dasar adanya kesepakatan ASEAN untuk menyusun common harmonized tariff nomenclature.
Latar berlakang AHTN itu sendiri antara lain adalah, pertama, Kerjasama ASEAN di
154
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Harmonized System, Indentifikasi dan Klasifikasi Barang, Jakarta : 2005, hlm.6.
155
BTBMI Buku Tarif Bea Masuk Indonesia ini selain digunakan untuk keperluan klasifikasi dan pembebanan tarif bea masuk atas barang impor, dapat digunakan juga untuk klasifikasi
barang ekspor, pungutan yang berkaitan dengan ekspor, statistik perdagangan, dan keperluan lainnya yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
bidang kepabeanan; kedua, Forum pertemuan tingkat ASEAN, ketiga, Pertemuan pembahasan AHTN.
Sebagai salah satu negara ASEAN, Indonesia telah memberlakukan sistem klasifikasi barang berdasarkan ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature AHTN
berdasarkan Protocol Governing the Implementation of the ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature AHTN mulai 1 Januari 2004. World Customs Organization
WCO telah melakukan amandemen HS ke-empat yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2007. Dengan adanya amandemen tersebut maka struktur klasifikasi AHTN
juga harus disesuaikan dengan amandemen HS tersebut dan sekaligus dilakukan penyederhanaan sehingga menjadi lebih harmonis. Konsekuensinya, struktur
klasifikasi tarif yang berlaku selama ini juga harus direvisi sesuai dengan amandemen HS keempat dan perubahan AHTN.
Kebijakan tarif bea masuk yang ideal adalah suatu tingkat tarif yang dapat memberikan perlindungan bagi industri dalam negeri dan sekaligus melindungi
konsumen dari tingginya harga barang serta memberikan dukungan bagi peningkatan penerimaan negara. Dalam kaitan ini, harmonisasi tarif bea masuk dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
156
1 Mengutamakan kepentingan ekonomi nasional, yaitu dengan melihat
implikasi kebijakan tarif bea masuk terhadap seluruh stakeholder;
156
Departemen Keuangan Republik Indonesia, Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahun 2005-2010 untuk Produk-Produk pertanian, Perikanan, pertambangan, Farmasi, Keramik, dan besi-
baja, Jakarta : 2004, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
2 Mematuhi komitmen perdagangan nasional, regional dan internasional di
bidang tarif bea masuk;
3 Menetapkan target tarif bea masuk yang rendah dan uniform pada akhir
periode program, sebagai antisipasi menghadapi era globalisasi ekonomi dan
liberaliasi perdagangan internasional;
4 Mengatur interval tarif yang efektif sehingga tidak membebani biaya
administrasi kepabeanan secara berlebihan;
5 Menghindarkan eskalasi tarif antara produk hulu, antara dan hilir dan
mengarah pada uniform tarif;
6 Mempertimbangkan penerimaan negara dengan mengupayakan tarif terendah
lebih besar dari 0.
Pentingnya tarif yang harmonis, rendah dan seragam uniform dengan pertimbangan bahwa :
1 Tarif bea masuk yang harmonis diperlukan untuk memberikan perlakuan dan
peluang yang sama dan adil bagi seluruh sektor industri untuk berkembang dengan distribusi beban dan manfaat kebijakan tarif yang adil;
2 Tarif bea masuk yang rendah ditujukan untuk mendorong peningkatan
efisiensi dan daya saing industri dalam negeri guna mengantisipasi globalisasi ekonomi AFTA, APEC, WTO dan globalisasi perdagangan intenasional;
3 Mendorong peningkatan efisiensi dan daya saing industri dalam negeri;
4 Memberikan kepastian berusaha bagi investor;
Universitas Sumatera Utara
5 Tarif bea masuk yang uniform dimaksudkan untuk menyederhanakan
administrasi kepabeanan yang dapat meningkatkan efisiensi pengawasan dan pelayanan arus masuk barang serta efisiensi dalam pemugutan bea masuknya
serta mengurangi insentip penyelundupan.
157
Dalam perkembangan terakhir sehubungan dengan telah ditandatanganinya Protocol Governing the Implementation of the ASEAN Harmonized Tariff
Nomenclatur AHTN oleh Menteri Keuangan maka, seluruh negara-negara ASEAN diwajibkan memberlakukan struktur klasifikasi AHTN. AHTN mempunyai struktur 8
digit. Struktur klasifikasi AHTN dini berlaku seragam untuk seluruh negara ASEAN. Indonesia akan menambahkan dua digit terakhir untuk keperluan statistik, sehingga
yang akan diberlakukan adalah struktur klasifikasi berbasis AHTN dengan komposisi 10 digit.
157
Tim Teknis Tarif Bea Masuk dan Pungutan Ekspor, Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk 2005-2010, Jakarta : Depatemen Keuangan, 2004, hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ATURAN TERKAIT PERAN DAN KEDUDUKAN DIREKTORAT
JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PELAKSANAAN DAN PENUNJUKAN TARIF BEA MASUK
A. Peran Kedudukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam