Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif TGT

9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kolaboratif dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil dengan anggota kelompok yang bersifat heterogen. Ketergantungan positif yang terjalin antar siswa dalam pembelajaran kooperatif diyakini mampu mengajarkan siswa akan pentingnya suatu kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, dimana dalam pembelajaran ini kesuksesan kelompok bergantung pada kesuksesan tiap anggotanya Rusman, 2013: 205. Dengan kata lain, dalam pembelajaran ini siswa memiliki peran sebagai pusat pembelajaran student centered dan dituntut aktif untuk mencapai keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran kooperatif menurut Akbar 2013: 61 ialah pembelajaran yang: 1 baik skor serta penghargaan turnamen maupun tugas yang diperoleh oleh setiap individu adalah milik kelompok, bukan perorangan; 2 antar anggota berkewajiban untuk saling memotivasi dalam pembelajaran; dan 3 didalamnya guru memberikan feedback untuk kelompok. Berdasarkan penelitian yang telah ada, Slavin 2005: 4-5 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang baik dalam mencapai tujuan belajar. Selain itu, Kupczynski 2012: 82 juga menjelaskan bahwa pendekatan student centered pada pembelajaran kooperatif memberikan dampak positif baik terhadap partisipasi profesional kelompok maupun individu.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif TGT

STAD merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif. STAD adalah pembelajaran yang membagi siswa menjadi kelompok beranggotakan 4 orang yang bersifat heterogen. Saat guru menyampaikan materi, setiap siswa di dalam kelompok saling memastikan agar semua kelompok memahami isi materi tersebut, dan pada akhir pembelajaran siswa akan melaksanakan kuis perseorangan Rusman, 2013: 213-214. Slavin 2005: 13 menjelaskan bahwa TGT merupakan metode pembelajaran pertama yang diciptakan oleh Johns Hopkins dan kemudian dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Proses pembelajaran dalam metode ini hampir sama dengan STAD. Aspek pembeda antara STAD dan TGT adalah adanya sesi turnamen pada TGT. Dalam sesi turnamen pembelajaran TGT, siswa memainkan permainan akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi timnya. TGT tersusun atas tiga kata yaitu teams, games dan tournament. Deskripsi dari komponen-komponen TGT menurut Slavin 2005: 166 adalah sebagai berikut. 1. Teams Tim Tim terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, suku dan ras. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk berdiskusi. Pembelajaran melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya dalam turnamen. 2. Games Permainan Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan dan dirancang untuk menguji pengetahuan siswa setelah memperoleh penjelasan materi dan pelaksanaan kerja tim. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. 3. Tournament Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Turnamen berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok. TGT menurut Rusman 2013: 224-225 adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota kelompok yang bersifat heterogen. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Nopiyanita 2013: 139 menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif TGT merupakan model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengusung pembelajaran yang menyenangkan. Wyk 2011: 191 telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TGT mampu memberikan dampak positif terhadap sikap belajar siswa. Perubahan sikap siswa ke arah yang lebih positif tersebut tentunya berpengaruh pada partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran itu sendiri. Sementara itu, dalam penelitian Purwani 2013: 57 didapati bahwa model pembelajaran kooperatif TGT efektif dalam memacu motivasi serta minat siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, implementasi pembelajaran kooperatif TGT dalam penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan aktivitas dan motivasi belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar kognitif mata pelajaran IPA Fisika tema optik siswa SMP kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif TGT