8. Kecamatan bebas
Kecamatan bebas adalah kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir tidak terdapat kasus DBD dan persentase rumah ditemukan jentik kurang dari
5.
2.1.4.2. Tujuan Surveilans Demam Berdarah Dengue
Tujuan surveilans DBD secara umum adalah menyediakan data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan
keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang
cepat dan tepat Sedangkan tujuan khusus surveilans DBD adalah sebagai berikut: 1. Memantau kecenderungan penyakit DBD dan kemajuan program pengendalian
DBD; 2. Mendeteksi dan memprediksi serta penanggulangan terjadinya KLB DBD;
3. Menindaklanjuti laporan kasus DBD dengan penyelidikan Epidemiologi PE serta melakukan penanggulangan seperlunya; dan
4. Menyediakan informasi untuk perencanaan kebijakan pengendalian DBD Dirjen PP dan PL, 2011.
2.1.4.3. Sumber Data Surveilans Demam Berdarah Dengue
Beberapa variabel data yang berhubungan dengan pengendalian DBD adalah sebagai berikut Dirjen PP dan PL, 2011: 26: data kesakitan dan kematian
menurut umur dan jenis kelamin, kasus DD, DBD, SSD dari unit pelayanan
kesehatan; data penduduk menurut kelompok umur tahunan; data desa, kecamatan, kabupaten, provinsi yang terdapat kasus DD, DBD, SSD bulanan; data
ABJ kecamatan, kabupatenkota, provinsi hasil dari pengamatan jentik. Data-data tersebut diperoleh dari: laporan rutin DBD, laporan KLB, laporan laboratorium,
laporan hasil penyelidikan kasus perorangan, laporan penyelidikan KLB dan survei khusus, laporan data demografi, laporan data vektor serta laporan BMKG
kabupaten maupun provinsi Dirjen PP dan PL, 2011: 26.
2.1.4.4. Kegiatan Unit Pelaksana Surveilans Demam Berdarah Dengue
Surveilans DBD di Indonesia merupakan surveilans yang dilaksanakan di seluruh unit pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas sampai dengan tingkat
pusat Dirjen PP dan PL, 2003.
2.1.4.4.1. Di Tingat Puskesmas
Surveilans epidemiologi DBD di puskesmas meliputi kegiatan pengumpulan dan pencatatan data tersangka DBD untuk melakukan Penyelidikan
Epidemiologi PE. Di samping itu, di tingkat puskesmas juga melakukan kegiatan pengolahan dan penyajian data untuk pemantauan KLB berdasarkan
laporan mingguan KLB; laporan bulanan kasuskematian DBD dan program pemberantasan DBD; data dasar perorangan penderita DD, DBD, SSD; dan
penentuan stratifikasi desa, distribusi kasus DBD, penentuan musim penularan Dirjen PP dan PL, 2011: 37.
2.1.4.4.2. Di Dinas Kesehatan KotaKabupaten
2.1.4.4.2.1. Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam pengumpulan data di dinas kesehatan kotakabupaten adalah laporan KD-DBD dari rumah sakit, laporan
data dasar perorangan, laporan rutin bulananan K-DBD dari puskesmas, laporan W1 dan W2, laporan hasil surveilans aktif oleh dinas kesehatan kotakabupaten.
2.1.4.4.2.2. Pengolahan, Analisis Data
Dari data yang sudah ada melalui kegiatan pengumpulan data dilakukan pengolahan dan analisis data seperti dibawah ini Dirjen PP dan PL,
2011: 38: 1.
Pemantauan situasi DD, DBD, SSD mingguan menurut kecamatan Pemantauan situasi DD, DBD, SSD mingguan menurut kecamatan
dilakukan dengan menjumlahkan masing masing penderita DD, DBD, SSD setiap minggu. Kemudian berdasarkan data mingguan tersebut dapat
diketahui adanya KLB atau kondisi yang mengarah ke KLB DBD. Bila sudah terjadi KLB maka segera dilakukan penanggulangan KLB DBD dan
melaporkan ke dinas kesehatan provinsi menggunakan formulir W1. 2.
Laporan data dasar perorangan penderita DD, DBD, SSD Laporan data dasar perorangan penderita DD, DBD, SSD
menggunakan formulir
DP-DBD yang
disampaikan tiap
bulan.
3. Laporan mingguan
Membuat laporan mingguan dengan cara menjumlahkan penderita DBD dan SSD tiap minggu menurut kecamatan. Kemudian melaporkan
laporan mingguan ke dinas kesehatan provinsi menggunakan formulir W2. 4.
Laporan rutin bulanan Laporan rutin bulanan dibuat dengan menjumlahkan penderita DD,
DBD dan SSD termasuk beberapa kegiatan lain pemberantasan dan pengendalian DBD setiap bulan. Laporan ini di dilaporkan ke dinas
kesehatan provinsi dengan menggunakan formulir K-DBD. 5.
Penentuan stratifikasi kecamatan DBD Cara menentukan stratifikasi kecamatan yaitu dengan membuat
tabel kecamatan dengan menjumlahkan penderita DBD dan SSD dalam waktu 3 tahun terakhir.
6. Penentuan musim penularan
Cara menentukan musim penularan yaitu dengan menjumlahkan penderita DBD dan SSD perbulan menurut kecamatan. Penentuan musim
penularan disajikan dalam bentuk grafik.
2.1.4.4.2.3. Umpan Balik dan Penyebaran Informasi
Dinas kesehatan kotakabupaten memberikan umpan balik berupa ringkasan laporan dan permintaan perbaikan data kepada rumah sakit maupun
puskesmas.
2.1.4.4.2.4. Indikator Kinerja Program Surveilans DBD Dinas Kesehatan
KabupatenKota Menurut Dirjen PP dan PL 2011: 40 kinerja program surveilans
dinilai baik apabila memenuhi indikator yang ditetapkan oleh menkes melalui Kepmenkes No. 1479MenkesSKX2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Indikator kinerja Dinas Kesehatan Kabupatenkota adalah sebagi
berikut: 1.
Persentase kelengkapan pengiriman laporan puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupatenkota adalah 80.
2. Persentase ketepatan laporan puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupatenkota adalah 80. 3.
Persentase laporan KD-RS yang diterima yang diterima tidak lebih dari 24 jam sejak diagnosis pertama ditegakkan adalah 100
4. Tersedia data endemisitas dan distribusi kasus per kecamatan tabel,
grafik, mapping 5.
Dapat menentukan saat terjadinya musim penularan di kabupatenkota 7.
Dapat melihat kecenderungan penyakit DBD di kabupatenkota 8.
Tersedia data demografi dan geografi kabupatenkota.
2.1.4.4.3. Di Dinas Kesehatan Provinsi
Kegiatan surveilans DBD yang dilakukan di dinas kesehatan provinsi adalah pengumpulan dan pengolahan data, analisis dan umpan balik serta
penyebaran informasi. Sumber data dalam pengumpulan data surveilans
epidemiologi DBD di Dinas Kesehatan Provinsi adalah laporan rutin bulanan dari kabupatenkota, laporan W1, laporan hasil surveilans aktif oleh Dinas Kesehatan
Provinsi, Cross Notification dari provinsi lain dan laporan KDRS Dirjen, 2011: 40. Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupatenkota melakukan analisis bulanan
dan tahunan mengenai perkembangan DBD dan menghubungkannya dengan faktor resiko, perubahan lingkungan serta perencanaan dan pencapaian program.
Dinas kesehatan propinsi memberikan umpan balik bulanan berupa absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke dinas kesehatan provinsi. Sedangkan
dalam melakukan penyebaran informasi setiap bulan, dinas kesehatan provinsi mengirimkan informasi STP puskesmas, RS dan Laboratorium menurut
kabupatenkota menggunakan emailjasa pengiriman Dirjen PP dan PL, 2003:62.
2.1.4.5. Mekanisme Pelaporan Kasus DBD
- K-DBD
- W1
- W2-DBD
RS Pemerintah dan Swasta Unit Pelayanan Kesehatan lain
seperti: Balai Pengobatan, Poliklinik,
Dokter Praktek Swasta, dan lain-lain
- W1
- W2-DBD
- KDRS- DBD
- DP-DBD
- DP- DBD
- K-DBD
- W2-DBD
- W1
Umpan Balik
Umpan Balik
-KDRS-DBD
Umpan Balik
-KDRS-DBD Tembusan
Umpan Balik
Dinas Kesehatan KabupatenKota
Dinas Kesehatan Provinsi
Ditjen PP dan PL
Puskesmas
Gambar 2.1. Alur Pelaporan DBD
Sumber: Dirjen PP dan PL 2011
Mekanisme pelaporan kasus DBD menurut Dirjen PP dan PL 2011 adalah sebagai berikut:
1. Pelaporan dari Puskesmas
Setiap puskesmas melaporkan kasus suspek infeksi Dengue ke Dinas Kesehatan Kab.Kota. Puskesmas wajib melaporkan kasus infeksi
dengue yang dapat didiagnosis oleh puskesmas dalam waktu 24 jam menggunakan form KD-PKM-DBDDP-DBD. Puskesmas dapat merujuk
kasus DD,DBD,SSD yang tidak dapat ditangani pihak puskesmas. Laporan lain yang digunakan oleh puskesmas adalah formulir K-DBD sebagai
laporan bulanan, Rekapan W2 sebagai rekapan mingguan, formulir W1 jika terjadi KLB dan Laporan STPSistem Terpadu Penyakit.
2. Pelaporan dari Rumah SakitUnit Pelayanan Kesehatan Lain
Setiap unit pelayanan kesehatan yang menemukan kasus infeksi Dengue harus melaporkan ke dinas kesehatan kabupatenkota setempat
selambat-lambatnya 24 jam dengan tembusan ke puskesmas wilayah tempat tinggal penderita menggukan form KD-RS. Pelaporan kasus mingguan dan
bulanan merupakan laporan rekapitulasi kasus yang dilaporkan setiap minggunya atau bulannya dari puskesmas dan rumah sakit dengan
menggunakan form W2. 3.
Pelaporan dari Dinas Kesehatan KabupatenKota Pelaporan dari Dinas Kesehatan KabupatenKota ke Dinas
Kesehatan Provinsi menggunakan form K-DBD sebagai laporan bulanan dan menggunakan form W1 bila terjadi KLB serta menggunakan laporan STP.
4. Pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi
Pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Pusat Ditjen PP dan PL Kemenkes RI menggunakan form K-DBD sebagai laporan bulanan dan
menggunakan form W1 bila terjadi KLB serta menggunakan laporan STP.
2.2. KERANGKA TEORI
INPUT
2
SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE DI DINAS KESEHATAN KOTAKABUPATEN
1. Pengumpulan Data: sumber data
1
a. Data Demografi dan klimatologi
1
b. Data kasus DBD perorangan
1
c. Data kasus dan kematian DBD mingguan
1
d. Data kasus dan kematian DBD bulanan
1
2.
Pengolahan data
1,2
a. Pemantauan situasi DD, DBD, SSD mingguan per kecamatan
1
b. menentukan stratifikasi Kec. DBD
1
c. Menentukan musim penularan
1
4. Penyebaran Informasi
1
Petugas surveilans DKK mengirimkan informasi DBD menggunakan email maupun
jasa pengiriman
5
3. Analisis Data
1
a. Menganalisis distribusi penderita dan kematian DBD per Kecamatan, menurut
tahun,umur, jenis kelamin
1
b. Kecenderungan situasi DBD
1
c. Menghitung CFR dan IR
5
OUTPUT
2
PROSES
2
Gambar 2.2. Kerangka Teori
Laporan Kegiatan Surveilans DBD a. Buletin Epidemiologi DBD
2
b. Laporan Bulanan form K-DBD, W2 dan DP-DBD
1,2
c. Laporan Tibulanan DBD
2
DAMPAK
3
1. CFR DBD
1,2
2. IR DBD
1,2
3. ABJ
1
UMPAN BALIK
3
1. Kelengkapan data pelaporan K-DBD, W1 dan W2
DBD, DP-DBD dan KDRS 80
1,2,5
2. Ketepatan waktu pelaporan K-DBD, W1, dan W2 DBD, DP-DBD dan KDRS 80
1,2,5
3. Pedoman evaluasi surveilans epidemiologi:
Pedoman dan Peraturan
Sumber: 1. Dirjen PP dan PL 2011, 2. Ditjen PP dan PL 2003, 3. Notoatmodjo 2007, 4. Dinkes Tegal 2013, 5. KMK RI No. 1479 MENKESSK X2003
2. Material-Machine Sarana dan Prasarana
a. Ketersediaan Formulir Surveilans DBD
1
b. Ketersediaan ATK
2
c. Ketersediaan Perangkat Komputer
2
d. Ketersediaan alat komunikasi
2
e. Ketersediaan Perangkat surveilans lain
5. Methode Metode a. ketersediaan pedoman evaluasi
surveilans DBD b. Ketersediaan SOP surveilans DBD
1. Man Tenaga
a.Jumlah tenaga surveilans DBD
1
b. Ketersediaan tenaga terlatih dalam manajemen program dan teknis P2DBD
3. Money Pendanaan
a.
Jumlah alokasi dana untuk program DBD
b. Sumber Dana Surveilans DBD
1,2
4. Market Sasaran
a Pengguna informasi hasil surveilans DBD
4
b. kebutuhan informasi hasil surveilans DBD
Monitoring dan Evaluasi Surveilans DBD
1,2
4. Atribut surveilans DBD
2
: Kesederhanaan, sensitifitas,
fleksibilitas, ketepatan waktu, kerepresentatifan, NPP, akseptabilitas
2