Sub Model Penyisikan Sub Model Antrian

64 Hasil simulasi antrian menunjukan utilitas kerja operator di stasiun tersebut secara overall pada tiga kali ulangan simulasi ialah sebesar 99,96 , 99,95 dan 99,97 sehingga jika di rata-rata utilitas operator adalah sebesar 99,96 . Nilai utilitas tersebut menunjukan bahwa operator bekerja dengan waktu idle yang minimum. Hasil simulasi analisis antrian menunjukan rata-rata waktu tunggu secara overall ialah pada tiga kali ulangan simulasi ialah sebesar 7827,334 detik , 7873,6 detik dan 7920,789 detik sehingga jika di rata-rata waktu tunggu adalah sebesar 7873,91 detik. Jumlah rata-rata bahan yang menunggu pada tiga kali ulangan simulasi sendiri ialah sebesar 4427,497 kg, 4436,729 kg dan 4432,443 kg. Jika di rata-rata maka bahan yang menunggu ialah sebanyak 4432,223 kg. Hal ini berbeda dengan hasil simulai dari model utamanya, disebabkan asumsi yang digunakan ialah pada simulasi sub model penerimaan ini bahan baku yang datang mempunyai empat jenis penanganan yang berbeda dan lingkup simulasi dikhususkan pada stasiun kerja penerimaan yang sedang menerima kedatangan bahan baku pada kondisi puncaknya dan kontinyu. Waktu tunggu dan jumlah bahan yang menunggu serta utilitas operator memberikan informasi bahwa di stasiun penerimaan pada saat sibuk membutuhkan penambahan sejumlah operator agar sistem produksi berjalan secara efektif.

2. Sub Model Penyisikan

Sub model penyisikan merupakan sub model sistem antrian pada stasiun penyisikan. Analisis parsial yang dilakukan pada stasiun ini dilakukan karena pada dasarnya stasiun ini menerima kedatangan bahan baku berdasarkan dari stasiun arahan produksi yang membagi kedatangan ke stasiun lain stasiun Filleting dan lini produksi lain dan sewaktu-waktu stasiun penyisikan dapat mengerjakan bahan dari penyimpanan bahan baku. Kondisi nyata yang pernah terjadi di perusahaan, stasiun penyisikan sibuk pada pagi hari yang membuat perusahaan mengalihkan sebagian besar operator ke stasiun ini ketika bahan baku datang, namun ketika siang 65 harinya berhenti beroperasi oleh karena bahan baku untuk produk fillet skin on sudah habis. Konfigurasi antrian sub model ini juga mengikuti model utama. Simulasi selama 25200 detik dilakukan untuk melihat kinerja stasiun penyisikan pada keadaan sibuk bahan baku kontinyu. Pengamatan kedatangan pada stasiun ini pun dilakukan pada titik persis sebelum stasiun bahan masuk ke stasiun penyisikan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk distribusi waktu pelayanan sendiri mengikuti data historis seperti yang digunakan pada model utama. Gambar 16. Penulisan model simulasi sub model penyisikan pada program QSS 1.0 dalam bentuk matriks Analisis kedatangan bahan selama tiga kali ulangan simulasi pada Lampiran 9, menunjukkan terjadi penolakan bahan balking sebesar 5777 kg, 5787 kg, dan 5804 kg sehingga jika di rata-rata terjadi penolakan sebesar 5789,33 kg. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat kedatangan di stasiun tersebut melebihi kemampuan kapasitas antrian yang ada sehingga bahan tidak terlayanani. Hasil analisis utilitas pelayanan menunjukan tingkat utilitas operator secara overall selama tiga kali simulasi adalah sebesar 99,67 , 99,65 dan 99,76 yang berarti jika di rata-rata utilitas server pada stasiun ini adalah sebesar 99,69 . Untuk analisis antrian sendiri rata-rata waktu tunggu bahan secara overall ialah pada tiga kali ulangan simulasi ialah sebesar 7429,695 detik , 7456,611detik dan 7524,08 detik sehingga jika di rata-rata waktu tunggu adalah sebesar 7470,13 detik. Data tersebut menunjukan bahwa dalam keadaan sibuk stasiun penyisikan dapat mengalami antrian, antrian bahan dapat memberikan kerugian bagi 66 perusahaan dari naiknya resiko kerusakan bahan. Untuk melihat hasil simulasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.

3. Sub Model Filleting