Konfigurasi Sistem Antrian Produk Fillet Ikan Beku

46

B. Konfigurasi Sistem Antrian Produk Fillet Ikan Beku

Lini produksi di PT. Global Tropical Seafood secara umum merupakan lini produksi yang bersifat dinamis oleh karena jenis bahan baku yang diterima untuk diproses sesuai dengan jenis produk yang ada tidak selalu kontinu. Oleh karena itu lini produksi yang terbentuk adalah berorientasi pada proses yang akan dikerjakan. Lini produksi fillet ikan beku sendiri oleh perusahaan dianggap sebagai lini produksi yang sifatnya kompleks oleh karena tidak seperti lini produksi lainnya, lini produksi fillet ikan beku menghasilkan lebih dari empat jenis varian produk sebagai akibat dari permintaan konsumen yang beragam. Kondisi aliran bahan di dalam lini produksi fillet ikan beku sesuai tata letak yang diatur perusahaan ialah bahan yang bergerak dari stasiun ke stasiun mempunyai waktu perpindahan yang sangat kecil, yakni dibawah dua detik. Namun terdapat beberapa stasiun yang mempunyai waktu perpindahan bahan yang lebih lama dari dua detik, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 5. Tabel 5. Waktu perpindahan bahan antar stasiun Pengamatan Ke - Waktu Perpindahan Antar Stasiun detik Stasiun Penyisikan Ke Stasiun Filleting Stasiun After Curing Stasiun Panning Ke Stasiun Freezing Stasiun Arahan Produksi Ke Stasiun Filleting Stasiun Arahan Produksi Ke Stasiun Penyisikan 1 10,21 51,25 40,97 48,38 2 11,31 53,15 41,93 52,24 3 10,52 49,57 42,75 49,22 4 13,51 52,28 43,57 53,18 5 14,00 53,65 39,26 54,28 6 10,72 48,47 37,36 49,56 7 11,81 49,22 43,52 54,45 8 12,32 59,24 41,5 49,21 9 10,33 57,45 41,35 56,52 Rata- Rata 11,64 52,70 41,36 51,89 Gambaran ruang produksi di PT. Global Tropical Seafood dapat dilihat pada lay out tata letak pabrik pada Lampiran 16 . Seperti yang telah diketahui sebelumnya jumlah stasiun kerja dalam cakupan sistem produksi fillet ikan beku ialah sebanyak 13 stasiun kerja. Salah 47 satu stasiun kerja tersebut proses kerjanya berupa penyimpanan bahan. Stasiun tersebut ialah stasiun curing, stasiun tersebut melakukan proses berupa penyimpanan bahan yang dilakukan selama satu hari waktu proses, sehingga bahan yang dimasukkan pada hari ini akan diproses ke tahap selanjutnya pada keesokannya. Operator merupakan elemen penting yang menentukan waktu proses atau pelayanan dalam stasiun tersebut. Jumlah operator dalam setiap stasiun tidak berjumlah sama, oleh karena kebutuhan waktu pelayanan kerja yang berbeda, kemampuan skill operator yang ada, serta jumlah peralatan yang tersedia. Khusus untuk stasiun freezing dan stasiun curing tidak menggunakan operator, melainkan mesin sehingga waktu pelayanan ditentukan oleh kapasitas mesin. Selain jumlah operator dalam setiap stasiun kerja, terdapat elemen kapasitas antrian di setiap stasiun kerja yang menentukan panjang antrian yang diizinkan pada stasiun tersebut, jika panjang antrian melebihi kapasitas antrian maka akan ada penolakan terhadap bahan distasiun tersebut. Namun oleh karena sistem antrian disini merupakan sistem antrian produksi maka penolakan tidak mungkin dilakukan karena bahan yang sudah masuk ke dalam sistem antrian harus diproses hingga selesai, jika tidak dilakukan akan menimbulkan kerugian biaya perusahaan akibat bahan baku yang terbuang percuma. Penentuan kapasitas antrian setiap stasiun kerja didasarkan pada kondisi fisik dalam sistem antrian tersebut. Selain kapasitas antrian, disiplin antrian merupakan salah satu elemen penting yang diperhatikan dalam membuat model yang berpengaruh pada pengaturan urutan bahan yang akan masuk terlebih dahulu dalam setiap stasiun kerja. Untuk mengetahui jumlah operator dalam setiap stasiun kerja secara detail beserta kapasitas dan disiplin antrian dapat dilihat pada Tabel 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya antrian dalam sebuah sistem antrian ialah kecepatan pelayanan operator, kapasitas antrian, disiplin antrian dan kecepatan kedatangan bahan baku. Sifat probabilitas kecepatan kedatangan bahan dan kecepatan pelayanan operator merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya antrian pada lini produksi fillet ikan beku. 48 Tabel 6. Jumlah operator, kapasitas dan disiplin antrian kondisi nyata Stasiun Jumlah line Jumlah operator per line Orang Kapasitas antrian per line Kg Disiplin antrian Stasiun Penerimaan 1 5 21000 First In First Out Stasiun Arahan Produksi 1 3 300 First In First Out Stasiun Penyisikan 1 7 800 First In First Out Stasiun Filleting 1 5 10700 First In First Out Stasiun Trimming 2 8 100 First In First Out Stasiun Washing 1 2 100 First In First Out Stasiun Sizing 1 4 100 First In First Out Stasiun Bagging 1 2 100 First In First Out Stasiun Panning 1 6 100 First In First Out Stasiun After Curing 1 5 100 First In First Out Stasiun Freezing - - 5000 First In First Out Stasiun Packing 3 8 500 First In First Out Sifat probabilitas pada kecepatan pelayanan operator dalam sistem antrian lini produksi fillet ikan beku dipengaruhi oleh karena operator merupakan manusia yang kecepatan melayaninya dipengaruhi pada jenis bahan yang masuk, perilaku produktif karyawan, motivasi kerja, kelelahan dan lain sebagainya. Walaupun nilai tengah antara kecepatan pelayanan operator dengan kecepatan kedatangan bahan sama, ketidakpastian dalam interaksi antara kecepatan kedatangan bahan dengan kecepatan pelayanan operator menimbulkan adanya antrian. Antrian yang terjadi dapat menjadi sebuah kerugian akibat menambahnya biaya dari pemakaian es yang lebih banyak, sebagai penjaga rantai dingin dalam produksi. Saat ini harga es tersebut ialah Rp. 90Kg dengan pemakaian 1:1 terhadap bahan baku dan lama pemakaian ideal selama sekitar satu jam. Sistem antrian lini produksi fillet ikan beku di PT. Global Tropical Seafood mengikuti pola antrian kombinasi jalur tunggal dan jalur ganda dengan pelayanan pararel. Pola antrian lini produksi fillet ikan beku di PT. Global Tropical Seafood secara umum dapat dilihat pada Gambar 11 . Kebijakan perusahaan saat ini dalam menentukan jumlah operator di setiap stasiun kerja dilaksanakan secara dinamis oleh karena belum ada standar baku yang dimiliki. Namun khusus untuk stasiun filleting jumlah operator berkisar antara 4 hingga 5 orang, hal ini disebabkan pada stasiun tersebut 49 dibutuhkan keahlian khusus untuk memproses ikan, agar rendemen dan kualitas potongannya baik. Saat ini beban kerja operator di setiap stasiun dapat sewaktu-waktu dialihkan ke stasiun lain sesuai kebutuhan yang berkembang saat kegiatan produksi berlangsung. Dalam kegiatan produksinya pada stasiun kerja arahan produksi terdapat pemisahan aliran bahan yakni bahan baku ikan untuk produksi fillet ikan beku akan masuk ke lini produksi fillet ikan beku sedangkan bahan baku ikan lainnya seperti kerang dan tenggiri akan masuk ke lini produksi masing-masing sesuai produk yang ingin dibuat. Pembagian dibagi berdasarkan bahan yang masuk ke lini produksi non fillet dan lini produksi fillet ikan beku. Perbandingan yang ditetapkan oleh berdasarkan pengalaman produksi ialah 50 akan masuk ke lini non fillet seperti lini produksi steak, WGGS, kerang, butterfly dan lain sebagainya. Bahan baku yang akan masuk ke lini produksi fillet ikan beku ialah sebanyak 50 dari bahan yang keluar dari stasiun arahan produksi. Bahan baku yang masuk ke lini produksi fillet ikan beku sendiri juga akan mengalami pemisahan, yakni untuk bahan baku jenis produk skin on memerlukan proses penyisikan terlebih dahulu sehingga perlu diproses di stasiun penyisikan terlebih dahulu sebelum masuk ke stasiun filleting dan untuk bahan baku jenis skinless akan langsung masuk ke stasiun filleting. Perbandingan bahan baku yang masuk ke stasiun penyisikan dengan ke stasiun filleting langsung ialah 1 : 4. Jika dibandingkan dengan jumlah aliran bahan baku yang keluar dari stasiun arahan produksi maka 50 akan masuk ke lini produksi non fillet, 40 akan masuk ke lini produksi fillet ikan beku stasiun filleting , dan 10 akan masuk ke lini produksi fillet ikan beku stasiun penyisikan. Di dalam lini produksi fillet ikan beku sendiri terdapat pembagian aliran bahan untuk produk fillet smoke dengan injeksi CO dan non smoke tanpa injeksi CO. Pembagian ini terjadi di stasiun stasiun sizing dengan proporsi 1 : 1 untuk bahan masuk ke stasiun panning produk smoke dan stasiun bagging produk non smoke. 50 Gambar 11. Pola Sistem Antrian Lini Produksi Fillet Ikan Beku PT. Global Tropical Seafood Input Output Antrian 1 Antrian 2 Antrian 3 Antrian j Stasiun 1 Operator 1 Stasiun 2 Stasiun i Operator 1 Operator 1 Operator 2 Operator 2 Operator 2 Operator 3 Operator n Operator n Operator n

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Distribusi Data

Analisa distribusi data dilakukan untuk mengetahui sebaran peluang yang akan terjadi di dalam sistem antrian. Waktu pelayanan dan waktu kedatangan merupakan parameter yang diuji distribusi peluangnya untuk mengetahui model antrian yang akan terbentuk. Sampel waktu kedatangan bahan dan sampel waktu pelayanan operator diuji peluang distribusinya untuk mengetahui peluang distribusi populasi sumber data. Waktu kedatangan bahan dan waktu pelayanan operator di ambil dari kombinasi data pengamatan penulis dan data historis perusahaan yang tercatat. Data yang ada diubah menjadi satuan dengan basis yang sama, dalam penelitian ini basis yang diambil ialah Kilogram bahan baku RM, nilai konversi setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Lampiran 3. Data hasil pengamatan waktu kedatangan bahan dan waktu pelayanan operator dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Hasil uji distribusi data tersebut akan menentukan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan antrian yang terjadi. Ketika populasi data memiliki distribusi peluang poisson atau eksponensial maka penyelesaian masalah antrian di selesaikan dengan analisa model antrian baku. Apabila populasi data memiliki distribusi selain poisson atau eksponensial maka analisa antrian dilakukan dengan menggunakan teknik simulasi. Sampel waktu kedatangan bahan dan waktu pelayanan operator yang diambil dari data historis diuji distribusinya dengan menggunakan goodness of fit test dengan metode Kolmogorov-Smirnov K-S. Metode tersebut menguji peluang distribusi data dengan cara membandingkan perbedaan dari fungsi distribusi empiris data sampel dengan fungsi distribusi teoritis secara vertikal nilai statistik D n . Ketika nilai statistik D n lebih besar dari nilai kritis tabel maka distribusi data tersebut akan dianggap tidak sama dengan distribusi data teoritis yang diuji. Analisa distribusi tersebut dilakukan dengan bantuan software Easyfit 3.2. Software tersebut mengurutkan kecocokan distribusi sampel data dengan beberapa distribusi teoritis seperti poisson, eksponensial, normal, lognormal,