Stasiun Penguapan Proses Pengolahan Gula

19

c. Stasiun Penguapan

Proses penguapan bertujuan untuk : 1 mengubah nira jernih menjadi nira kental atau menguapkan air yang terkandung didalam nira sehingga tercapai konsentrasi mendekati jenuh atau hingga mencapai batas kekentalan 30 - 32°Be dan Brix 60 – 64 sebelum diproses di dalam vacuum pan untuk dikristalkan; 2 memudahkan proses pengkristalan pada stasiun kristalisasi. Bagan alir proses pada stasiun penguapan disajikan pada Lampiran 5. Untuk menguapkan air yang masih terdapat dalam nira encer tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Kecepatan penguapan tinggi waktunya pendek. b. Tidak terjadi kerusakan gula karamelisasi. c. Tidak akan menimbulkan kerusakan baru dalam pengerjaan selanjutnya. Menurut Baikow 1982 proses penguapan dilakukan dalam satu rangkaian beberapa evaporator dan disebut “penguapan bertahap”. Nira jernih diproses dari evaporator satu ke evaporator berikutnya karena peningkatan bertahap pada vacuum evaporator. Evaporator terakhir dari penguapan bertahap tersebut memiliki vacuum maximum yaitu 0.86 – 0.93 kgcm -2 . Uap pemanas dihasilkan di dalam setiap evaporator untuk memanaskan nira dan untuk menguapkan air di dalam evaporator berikutnya. Penguapan bertahap yang terdiri dari 3 evaporator disebut triple effect, empat evaporator disebut quadruple effect dan lima badan evaporator disebut quintuple effect. Proses-proses yang terjadi dalam quadruple effect sebagai berikut : ¾ Non Vacuum • Proses di Evaporator I Nira encer yang telah dipanaskan hingga suhu 105 O C pada tahap sebelumnya, dimasukkan ke dalam evaporator I untuk menguapkan sebagian besar kandungan airnya. Proses penguapan di evaporator I akan menghasilkan uap nira I UNI I dan nira I. Uap pemanas dengan temperatur 120 O C yang semula masuk dalam bentuk uap steam akan keluar dalam bentuk cairan berupa kondensat dengan suhu yang sama. Kondensat yang dihasilkan akan ditampung untuk digunakan 20 lagi sebagai air umpan boiler. Nira yang dihasilkan dari evaporator I memiliki brix = 15 dan belum cukup kental sehingga harus diuapkan kembali pada evaporator II sedangkan uap nira I yang dihasilkan digunakan sebagai uap pemanas pada evaporator II. • Proses di Evaporator II Nira dari evaporator I mengalir ke evaporator II karena adanya perbedaan tekanan. Pada evaporator II ini dihasilkan uap nira II UNI II dan nira II. Nira II memiliki brix 21 dan masih perlu dipekatkan lagi di evaporator III sedangkan UNI II akan digunakan sebagai uap pemanas pada proses penguapan di evaporator III. ¾ Vacuum • Proses di Evaporator III Nira II dengan brix 21 dipekatkan lagi di evaporator III dan uap pemanas yang digunakan adalah UNI II hingga mencapai nilai brix 35. Dari evaporator III akan dihasilkan nira III dan uap nira III UNI III. Nira ini akan dipekatkan kembali pada badan penguap IV. Evaporator III memakai tekanan vacuum sehingga kondensatnya tidak dapat digunakan sebagai air umpan boiler karena mengandung zat gula. Air umpan boiler tidak boleh mengandung zat gula karena dapat mengakibatkan kerak pada pipa-pipa boiler dan hal ini akan sangat berbahaya. • Proses di Evaporator IV Nira III brix 35 dipekatkan lagi di evaporator IV. Penguapan dilakukan dengan proses vacuum dengan tujuan diperoleh nira kental dengan kandungan air sekecil mungkin. Uap pemanas yang digunakan adalah UNI III. Dari evaporator IV akan dihasilkan nira dengan brix 60 dan suhu 61.5 O C. UNI IV akan diembunkan menggunakan kondensor sehingga akan keluar sebagai air jatuhan. Nira kental yang keluar dari evaporator IV akan dialirkan ke sulfitor II untuk mengalami pemucatan bleaching. 21

d. Stasiun Masakan Kristalisasi