Kriteria Kualitas Gula Gula

11 Sumber gula yang digunakan biasanya berasal dari tanaman, salah satunya adalah tebu Saccharum officinarum. Menurut Santoso 1985 di dalam batang tebu terdapat sukrosa sebanyak 8 – 15 dari berat tebu dan menurut Pyke 1981 tanaman tebu di daerah tropis mengandung 14 – 17 gula sukrosa. Jumlah gula dalam batang tergantung pada varietas, umur panen, iklim dan keadaan tanah. Nira adalah cairan berbuih, keruh dan berwarna kecoklatan hasil perahan dari stasiun gilingan yang kemudian diolah lebih lanjut untuk memperoleh kristal gula. Nira yang diperoleh dari batang tebu umumnya mempunyai pH 5 – 5,6 dan densitasnya 10 o – 18 o brix pada suhu 70 o – 150 o F sehingga mudah terserang mikroorganisme. Nira terdiri dari campuran komponen yang komplek. Komposisi nira tebu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Nira BAGIAN – BAGIAN NIRA PADATAN TERLARUT Gula Glukosa Fruktosa Sukrosa 72.0 – 91.0 2.0 – 4.0 2.0 – 4.0 70.0 – 88.0 Garam Anorganik Organik 3.0 – 4.5 1.5 – 4.5 1.0 – 3.0 Asam Organik Asam Karbonat Asam Amino 1.5 – 5.5 1.1 – 3.0 0.5 – 2.5 Organik selain Gula Protein Getah Lilin, Lemak, Fosfat Pati 0.5 – 0.6 0.3 – 0.6 0.05 – 0.15 0.001 – 0.05 Lain-lain 3.0 – 5.0 Sumber : Meade-chen, Cane Sugar Handbook

1. Kriteria Kualitas Gula

Standarisasi kualitas gula bertujuan untuk melindungi konsumen dari penggunaan makanan yang tidak sesuai standar sedangkan manfaatnya bagi produsen adalah dapat membuat sasaran kualitas produknya dengan jelas dan sesuai keinginan konsumen serta meningkatkan daya saing gula nasional sehingga tuntutan konsumen terhadap peningkatan kualitas dan pelayanan terpenuhi. Kriteria kualitas gula antara satu negara dengan negara lain tidak sama. Hal ini tergantung pada tuntutan konsumen setempat. Biasanya semakin maju negara kriteria kualitas semakin ketat karena berhubungan dengan tingkat kesadaran akan kesehatan P3GI, 2003. 12 Pada awalnya kriteria kualitas gula yang berlaku di Indonesia mengacu pada kriteria lama yang dikenal dengan SHS Superieure Hoofd Suiker dan pada perkembangannya mengalami modifikasi. Kemudian pada masa Bulog, ada 2 macam kualitas gula yaitu SHS I yang lebih putih dengan nilai remisi di atas 60 dan SHS II yang kurang putih dengan nilai remisi 58 – 60. Kemudian gula SHS I diklasifikasikan lagi menjadi SHS IA, IB, IC dan standar. Sejak adanya perubahan tata niaga gula tahun 1998 sebagai dampak era perdagangan bebas maka penjualan gula tidak lagi melalui Bulog tetapi langsung dipasarkan sendiri oleh petani atau pabrik. Hal ini menyebabkan kriteria kualitas SHS tidak digunakan lagi dan di pasaran beredar gula impor. Oleh karena itu atas dasar untuk melindungi konsumen dan menjaga kualitas produk gula nasional maka pada tahun 2001 dibuat standar kualitas gula nasional yang lebih komprehensif yaitu Standar Nasional Indonesia SNI. Ada 3 macam SNI gula yaitu : 1 GKP Gula Kristal Putih; 2 Gula rafinasi dan 3 GKM Gula Kristal Mentah. Kriteria kualitas gula yang digunakan adalah SNI Gula Kristal Putih GKP. Gula Kristal Putih berdasarkan SNI 01-3140.3-2001 terbagi atas 3 grade atau kelas yaitu GKP 1, GKP 2 dan GKP 3. Spesifikasi persyaratan kualitas Gula Kristal Putih berdasarkan SNI disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Syarat Kualitas Gula Kristal Putih SNI 01-3140.3-2001 PERSYARATAN NO. KRITERIA UJI SATUAN GKP 1 GKP 2 GKP 3 1. Warna 1. Warna kristal Min 70 Min 65 Min. 60 2. Warna larutan ICUMSA IU Maks. 250 Maks. 350 Maks. 450 2. Besar jenis butir mm 0,80 – 1,20 0,80 – 1,20 0,80 – 1,20 3. Susut pengeringan bb Maks. 0,10 Maks. 0,15 Maks. 0,20 4. Polarisasi o Z, 20 o C “Z” Min 99,60 Min 99,50 Min. 99,40 5. Gula pereduksi bb Maks. 0,10 Maks. 0,15 Maks. 0,20 6. Abu konduktiviti bb Maks. 0,10 Maks. 0,15 Maks. 0,20 7. Bahan asing tidak larut derajat Maks. 5 Maks. 5 Maks. 5 8. Bahan tambahan makanan : • Belerang dioksida SO 2 mgkg Maks. 30 Maks. 30 Maks. 30 9. Cemaran Logam : 1. Timbal Pb mgkg Maks. 2,00 Maks. 2,00 Maks. 2,00 2. Tembaga Cu mgkg Maks. 2,00 Maks. 2,00 Maks. 2,00 3. Arsen As mgkg Maks. 1,00 Maks. 1,00 Maks. 1,00 Sumber : P3GI, 2003 13

2. Proses Pengolahan Gula