Struktur Dasar Jaringan Syaraf Tiruan

26 proses kimia. Sinyal tersebut dimodifikasi diperkuat atau diperlemah di synaptic gap. Kemudian soma atau badan sel akan menjumlahkan sinyal-sinyal input yang masuk. Jika ada input yang masuk maka sel akan aktif dan mengirimkan sinyal ke sel lain melalui akson dan synaptic gap. Untuk lebih jelasnya, susunan neuron biologis ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. Gambar 3. Susunan Neuron Biologis Menurut Medsker dan Liebowitz dalam Septiani 2005 perbedaan terminologis antara jaringan syaraf biologis dan tiruan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Perbedaan Jaringan Syaraf Biologis dengan JST JARINGAN SYARAF BIOLOGIS JARINGAN SYARAF TIRUAN Soma Node atau neuron Dendrit Input Axon Output Synapse Weight ataubobot Kecepatan rendah Kecepatan tinggi Neuron banyak 10 9 Neuron beberapa ± 100 Sumber : Septiani 2005

3. Struktur Dasar Jaringan Syaraf Tiruan

Menurut Marimin 2002, Setiawan 2003, Setiyawan 2003 dan Hermawan 2006 JST merupakan suatu sistem pemrosesan atau pengolah informasi dengan kemampuan belajar, mengingat dan menyelesaikan masalah berdasarkan proses belajar yang diberikan dan mengambil keputusan dengan menirukan cara kerja otak manusia pakar atau ahli. JST mampu mengenali kegiatan dengan berbasis pada data masa lalu. Data masa lalu akan dipelajari oleh JST sehingga mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan terhadap data yang belum pernah dipelajari. Sistem ini memiliki karakteristik-karakteristik yang 27 menyerupai jaringan syaraf biologi yang berupa hubungan antar neuron arsitektur, metode penentuan bobot pada saluran penghubung traininglearning algorithm dan fungsi aktivasi yang digunakan. Menurut Siang 2005 dan Fausett 1994 JST dibentuk sebagai generalisasi model matematika dari jaringan syaraf biologi dengan asumsi bahwa : • Pemrosesan atau pengolahan informasi terjadi pada banyak elemenunsur sederhana neuron. • Sinyal dikirimkan diantara neuron-neuron melalui rantai koneksipenghubung. • Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau memperlemah sinyal. Bobot ini mempresentasikan informasi yang digunakan jaringan untuk memecahkan masalah. • Untuk menentukan output, setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi biasanya non-linier yang dikenakan pada jumlahan input yang diterima. Besarnya output ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas ambang. Gambar 4. Gambaran JST Pada Gambar 4, secara visual JST digambarkan terdiri dari tiga neuron pada layer input dan satu neuron pada layer output. Neuron Y menerima input dari neuron-neuron X 1 , X 2 , X 3 . Nilai aktivasi sinyal output neuron-neuron tersebut adalah x 1 , x 2 , x 3 . Bobot saluran penghubung dari X 1 , X 2 , X 3 ke neuron Y adalah w 1 , w 2 , w 3 . Input jaringan, y_in ke neuron Y adalah jumlah dari bobot sinyal x dari neuron-neuron X 1 , X 2 , X 3 . Y_in = w 1 x 1 + w 2 x 2 + w 3 x 3 Neuron-neuron dalam JST disusun dalam suatu layer yang membentuk suatu arsitektur JST. Umumnya layers tersebut terdiri dari layer input, hidden layer dan layer output. 28 Secara garis besar ada 2 jenis arsitektur JST yaitu jaringan feedforward dan feedback. Jaringan feedforward adalah jaringan yang arah sinyalnya dalam arah maju saja dimana suatu layer tidak memiliki hubungan dengan layer sebelumnya. Pada jaringan feedback arah sinyalnya adalah maju dan mundur yang berasal dari hubungan umpan balik dan arsitektur jaringannya bersifat dinamis. Jaringan syaraf tiruan memiliki 2 macam metode penentuan bobot, yaitu : a. Supervised training merupakan suatu metode penentuan bobot yang menggunakan sepasang kumpulan vektor yaitu vektor pelatihan dan vektor target. Penentuan bobot didasarkan pada perbandingan antara vektor pelatihan dan target sampai output JST sesuai dengan targetnya. b. Unsupervised training merupakan self-organizing JST, artinya menggunakan vektor pelatihan tanpa vektor target. JST memodifikasi bobot sehingga vektor-vektor input yang serupa diklasifikasikan ke suatu unit output yang sama cluster dan konsisten. Jadi, penerapan salah satu vektor pelatihan atau suatu vektor yang serupa akan menghasilkan pola output yang sama. Fungsi aktivasi merupakan karakteristik ketiga JST. Aktivasi suatu neuron pada layer yang sama akan memiliki fungsi aktivasi yang sama. Fungsi ini mentransformasikan total input JST pada suatu neuron untuk menghasilkan sinyal keluaran outgoing activity. Menurut Kosko dalam Kristanto 2004 JST diklasifikasikan dalam 2 definisi, yaitu : • Bagaimana JST menyimpan pengetahuan encode. Berdasarkan encode, dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu : ¾ Supervised atau dibimbing. ¾ Unsupervised atau tidak dibimbing. • Bagaimana JST menanggapi dan memproses data yang masuk decode. Berdasarkan decode, dibedakan menjadi : ¾ Feedforward atau lurus. ¾ Feedback atau umpan balik. 29

4. Metode Pembelajaran JST