4 Siswa belajar dengan mandiri.
5 Siswa termotivasi untuk belajar.
6 Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan
sikap. 7
Siswa lebih memerhatikan pelajaran karena menghayati sendiri. 8
Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas. 9
Melatih siswa untuk menganalisis masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.
10 Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan
perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau kurang memerhatikan.
11 Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi waktu
yang terbatas.
2.1.6 Teori Belajar yang Mendukung Model Reciprocal Teaching
2.1.6.1 Teori Konstruktivisme
Menurut Suyono 2011:105, konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman,
kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Sedangkan menurut Rifa’i 2010:137, inti sari teori
konstruktivisme adalah bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
Tasker yang dikutip oleh Hamzah dalam Suyono, 2011:108 mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme, yaitu:
1. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
2. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara
bermakna. 3.
Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Teori konstruktivisme menetapkan empat asumsi tentang belajar sebagai
berikut Rifa’i, 2010:138 : a.
Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat dalam belajar aktif.
b. Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang
membuat representasi atas kegiatannya sendiri. c.
Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.
d. Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang
mencoba menjelaskan objek yang tidak benar-benar dipahaminya.
2.1.6.2 Teori Vygotsky
Teori pembelajaran sosial Vygotsky dalam Trianto, 2007: 26, berpendapat bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan
kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa
pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek, alat, buku,
dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain dalam Anni, 2009:34. Proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka yang disebut dengan zone of proximal development,
yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini.
2.1.7 Media Pembelajaran