Mi Basah TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung

3. Ekstrusi Pasta Pada umumnya, pasta terbuat dari semolina. Pembuatan pasta cukup sederhana. Air dicampur dengan semolina untuk mendapatkan kadar air 31. Semolina yang telah dicampur air kemudian dimasukan ke dalam ekstruder. Ulir yang terdapat di dalam ekstruder mengadon campuran dan mendorongnya keluar melalui die. Selanjutanya pasta yang keluar melalui die dikeringkan dan dikemas Hoseney, 1998. Pasta diekstrusi pada berbagai bentuk dan ukuran. Kecepatan aliran adonan melalui die sangatlah penting karena adanya fluktuasi kecepatan aliran adonan melalui die dapat menyebabkan variasi pada ukuran produk.

F. Mi Basah

1. Definisi Mi Basah Menurut Astawan 1999, mi basah adalah jenis mi yang mengalami pemasakan setelah tahap pemotongan. Sedangkan menurut Dewan Standarisasi Nasional 1992, definisi mi basah adalah produk pangan yang terbuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mi yang tidak dikeringkan. Mi basah memiliki kadar air maksimal 35 bb. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, ada dua macam mi yaitu mi yang berbasis protein dan mi yang berbasis pati. Bahan baku mi berbasis protein berasal dari gandum. Sedangkan bahan baku mi yang berbasis pati dapat berasal dari kacang hijau, ubi jalar, maupun sorgum Fuglie dan Hermann, 2001. Berdasarkan bentuk produk mi yang ada di pasaran, mi dapat diklasifikasikan menjadi mi basah mentah yaitu mi yang diproses tanpa pemasakan dan pengeringan, mi basah matang yaitu mi basah yang mengalami pemasakan dan tanpa pengeringan, serta mi kering yaitu mi yang mengalami pengeringan Anonim c , 2006. Kualitas mi basah menurut SNI dapat dilihat pada tabel 7. Produk mi umumnya digunakan sebagai sumber energi karena kandungan karbohidratnya relatif tinggi. Tabel 7. Syarat Mutu Mi Basah No. Kriteria uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna Normal Normal Normal 2. Kadar air bb 20 – 35 3. Kadar abu dihitung atas dasar bahan kering bb Maks. 3 4. Kadar protein N x 6,25 dihitung atas dasar bahan kering bb Min. 3 5. Bahan tambahan pangan 5.1 boraks dan asam borat 5.2 pewarna 5.3 formalin Tidak boleh ada Sesuai SNI-022-M dan peraturan MenKes No. 722MenKesPerIX 88 Tidak boleh ada 6 Cemaran logam 6.1 timbal Pb 6.2 tembaga Cu 6.3 seng Zn 6.4 raksa Hg mgkg Maks. 1,0 Maks. 10,0 Maks. 40,0 Maks 0,05 7. Arsen As mgkg Maks 0,05 8. Cemaran mikroba : 8.1 angka lempeng total 8.2 E. Coli 8.3 kapang Kolonig APMg Kolonig Maks 1,0 x 10 6 Maks. 10 Maks 1,0 x 10 4 SNI 01-2987-1992 2. Penggunaan alkali pada mi Berdasarkan warnanya, mi di Asia dapat dibedakan menjadi dua yaitu mi putih yang mengandung garam dan mi kuning yang mengandung alkali. Proses pembuatan kedua mi tersebut sama, yang membedakannya adalah penambahan alkali. Mi alkali ini dapat ditemukan di Jepang, Malaysia, Singapura, Indonesia, Thailand, Taiwan, Hongkong, dan Cina bagian selatan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mi alkali adalah tepung terigu, air, dan garam alkali. Air abu atau alkali berfungsi untuk mempercepat pembentukan gluten, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mi, meningkatkan kehalusan tekstur, dan meningkatkan sifat kenyal. Garam alkali yang umum digunakan di Asia Tenggara adalah Na 2 CO 3 natrium karbonat. Alkali yang digunakan dapat berupa bubuk maupun larutan atau air kansui. Bubuk alkali harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan tepung. Penambahan alkali dapat memberikan aroma yang khas terhadap mi, menyebabkan warna yang lebih gelap, dan meningkatkan kekenyalan mi. Penambahan alkali juga dapat memodifikasi adonan, mempengaruhi derajat gelatinisasi pati, dan mempengaruhi karakteristik pemasakan mi. Pada umumnya pH mi alkali antara 9-11, berbeda dengan mi yang hanya mengandung garam yaitu sekitar 7 Miskelly, 1996.

G. Mi Jagung