Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan

133 tangkap yang ada pada rumah tangga nelayan. Dimana semakin kecilnya tingkat pendapatan keluarga dibawah 1 juta rupiah yaitu 4,5 persen, begitu juga terjadi peningkatan pendapatan pada 1-2 juta rupiah sebesar 69,0 persen dan pendapatan di atas 2 juta rupiah menjadi 26,5 persen. Keputusan untuk meningkatkan pendapatan selain dari sektor perikanan merupakan upaya dan pilihan karena adanya desakan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, sedangkan ketersediaan sumberdaya perikanan sudah mulai menurun dan tidak ada kepastian penghasilan yang didapat. Tabel 39 Pendapatan total rumah tangga nelayan setelah Co-Fish Project Pendapatan Total Rumah Tangga per Bulan Rp Persentase 1 Juta 4,5 1-2 juta 69,0 2 juta 26,5 Total 100,0 Sumber: Diolah dari data survey 2006

6.2.2 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan

Selain menjelaskan keadaan masyarakat sasaran sebelum dan setelah Co- Fish Project , juga dilihat tingkat kesejahteraan nelayan setelah pelaksanaan Co- Fish Project , hal ini dimaksud untuk memperkuat kesimpulan bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan Tabel 40. Dari Tabel tersebut, menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan sebagian besar masih tergolong rendah sebesar 87,1 persen, nelayan dengan kesejahteraan sedang 12,9 persen, dan tidak ada yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi. Tabel 40 Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan setelah Co-Fish Project Tingkat Kesejahteraan Persentase Rendah 87,1 Sedang 12,9 Tinggi 0,0 Total 100,0 Sumber: Diolah dari data survey 2006 Kondisi rendahnya kesejahteraan masyarakat nelayan ini kalau dihubungkan dengan nilai Indeks pembangunan manusia IPM Kabupaten Bengkalis yang dikategorikan menengah ke atas tidak tercermin pada keadaan kesejahteraan masyarakat nelayan di Kabupaten Bengkalis. Kondisi ini 134 membuktikan rendahnya kesejahteraan nelayan bila dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Menurut Kusnadi 2002 kesejahteraan nelayan yang rendah sudah menjadi hal yang lumrah, dan merupakan ciri-ciri umum kehidupan masyarakat nelayan terutama nelayan tradisional. Tingkat kehidupan mereka dipandang sedikit di atas migran atau setaraf dengan petani kecil. Bahkan jika dilihat secara seksama dengan kelompok masyarakat di sektor pertanian, nelayan khususnya nelayan buruh dan nelayan kecil atau nelayan tradisional dapat digolongkan sebagai lapisan sosial paling miskin. Seiring dengan pendapat tersebut, kondisi masyarakat nelayan yang miskin memang sudah tercermin dari laporan Departemen Perikanan dan Kelautan 2004 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin saat ini mencapai 24 persen atau 47 juta jiwa, dan 60 persen diantaranya merupakan masyarakat pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Menurut Dahuri 1999, kemiskinan masyarakat nelayan bersifat multidimensi, karena disebabkan tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan serta infrastruktur. Selain itu, juga disebabkan kurangnya kesempatan dalam berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, masalah ini menyebabkan posisi tawar masyarakat pesisir menjadi semakin lemah. Pada saat yang sama, permasalahan kemiskinan yang dihadapi masyarakat nelayan juga dikarenakan kebijakan pemerintah yang selama ini kurang berpihak pada masyarakat nelayan sebagai salah satu pemangku kepentingan di wilayah tersebut. Kondisi inilah yang secara keseluruhan menjadi pelengkap yang mempengaruhi masyarakat nelayan tetap pada kondisi terkebelakang. Jadi dari kondisi yang ada, meskipun terjadi peningkatan yang terjadi antara sebelum dan setelah Co-Fish Project, namun perubahan yang ada tersebut tidak berarti menunjukkan tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan.

6.2.3 Tingkat Pendapatan Nelayan Sasaran dan Non Sasaran Co-Fish Project