Evaluasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

28 penyusunan rencana pengelolaan perikanan management plan dilakukan berdasarkan hasil elaborasi data base tentang kondisi sumberdaya ikan dan habitat ekologi melaui kajian REA, serta kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan melalui kajian SEA yang dilakukan pada awal kegiatan proyek. Kajian REA memberikan informasi tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kondisi habitat serta isu yang terjadi dalam konteks pemanfaatan sumberdaya perikanan. Sedangkan kajian SEA memberikan informasi tentang tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan keluarganya. Informasi yang terangkum dalam REA dan SEA selanjutnya dipergunakan untuk menyusun rencana perikanan pantai fishery management plan yang bersifat umum dan rangkaian rencana aksi action plan yang merupakan rangkaian rencana kegiatan. Rencana kegiatan disusun berdasarkan prioritas isu yang ada pada masing-masing lokasi proyek. Begitu halnya dengan implementasi kegiatan yang dilaksanakan di lokasi-lokasi proyek dimulai dan disesuaikan dengan kajian REA dan SEA. Menurut jenisnya di setiap lokasi dilakukan berbagai kegiatan yang termasuk dalam rangkaian kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan, yang disesuaikan dengan kerangka pemikiran proyek Co-Fish Project 1998.

2.4 Evaluasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Secara umum kata evaluasi berarti penilaian hasil dari suatu kegiatan. Evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasikan dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Dwijowijoto 2004 menyatakan evaluasi adalah upaya membandingkan antara apa yang direncanakan dengan hasil yang dicapai. Dari berbagai pengertian di atas dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk membandingkan antara apa yang direncanakan sebelum pelaksanaan program dengan hasil yang dicapai setelah program itu dilaksanakan dengan menggunakan tolok ukur yang telah ditetapkan. Dalam memahami pengertian tentang evaluasi, Dwijowijoto 2004 juga menyatakan secara umum terdapat dua konsep besar yang berhubungan dengan evaluasi yaitu: 1. Konsep evaluasi formatif, dimana evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilaksanakan selama program berjalan untuk memberikan informasi 29 yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program. Misalnya selama program berlangsung, akan melibatkan semua komponen yang terlibat dalam evaluasi, sehingga setiap langkah evaluasi akan menghasilkan umpan balik yang segera kepada para pembuat program yang sangat berguna bagi usaha untuk merevisi hal-hal yang dirasa perlu untuk dilakukan perbaikan. 2. Konsep evaluasi sumatif, adalah suatu konsep evaluasi yang dilakukan pada akhir program yang fungsinya untuk memberikan informasi kepada masyarakat sasaran tentang bagaimana manfaat atau kegunaan dari suatu program yang telah dilaksanakan. Misalnya program pemberdayaan, dimana evaluasi melibatkan semua komponen yang ada akan tetapi evaluasinya dilaksanakan pada akhir program. Proses evaluasi secara sederhana adalah dengan mengumpulkan informasi tentang keadaan sebelum dan sesudah pelaksanaan atau dengan kata lain evaluasi bukanlah hanya sekedar meletakkan hasil-hasil proyek atau kegiatan, melainkan juga menunjukkan dengan jelas hal-hal yang menunjang atau menghambat dari pelaksanaan suatu program Dwijowijoto 2004. Mengingat kurang jelasnya arti evaluasi di dalam analisis kebijakan atau program, Dunn 2003 menyatakan menjadi sangat penting untuk membedakan beberapa pendekatan dalam evaluasi kebijakan atau program, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi teoritis keputusan. 1. Evaluasi Semu Evaluasi semu pseudo evaluation adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri self evident atau tidak kontroversial. Dalam evaluasi semu secara khusus diterapkan macam-macam metode rancangan eksperimental-semu, kuesioner, random sampling, teknik statistik untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan sebagai produk dari variabel masukan dan proses. 30 2. Evaluasi Formal Evaluasi formal formal evaluation merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target dirumuskan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program. Dalam evaluasi formal digunakan berbagai macam metode yang sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik yaitu untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses kebijakan. Meskipun demikian perbedaanya adalah bahwa evaluasi formal menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan dari tujuan dan target yang diumumkan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalam evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan adalah efektifitas dan efisiensi. 3. Evaluasi Keputusan Teoritis Evaluasi keputusan teoritis decision-theoretic evaluation adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi lainnya adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan 31 dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target dimana kinerja nantinya akan di ukur. Menurut Dunn 2003 dalam evaluasi suatu kebijakan atau program, apakah program yang dilaksanakan dapat memberikan dampak yang positif bagi suatu daerah dan masyarakat dimana program tersebut dilasanakan, suatu evaluasi harus memuat kriteria-kriteria sebagai berikut: 1 efektifitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil akibat yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakan suatu tindakan dari program, 2 efisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu, 3 kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan dalam memecahkan suatu masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif suatu program dan hasil yang diharapkan, 4 perataan, berhubungan erat dengan rasionalitas dan menunjukkan pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, 5 rensponsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan atau program dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai dari kelompok masyarakat sasaran, serta 6 ketepatan, secara erat berhubungan dengan rasionalitas subtantif, ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan pogram dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan dari program. Wirayan, et al . 2001 menyatakan didalam implementasinya evaluasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1 evaluasi dampak, 2 evaluasi dalam pengelolaan program, 3 evaluasi proses, serta 4 evaluasi desain. Tujuan dilakukan evaluasi, antara lain untuk: 1 mengetahui kegiatan-kegiatan dari program yang telah dilaksanakan, 2 mengidentifikasi permasalahan- permasalahan yang dihadapi oleh msyarakat, 3 mengetahui usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam mengatasi masalah yang ada. Pada tingkat proyek evaluasi dapat memberikan informasi terhadap pelaksanaan suatu proyek. Berdasarkan informasi tersebut maka pihak pengelola dapat menentukan kebijakan yang diperlukan agar proyek dapat lebih optimal dalam pencapaian tujuan.

2.5 Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir