Kondisi Program Pembangunan Kelembagaan

109 kondisi program-programnya. Kondisi ini terjadi juga dikarenakan masalah yang sama, yaitu tidak adanya koordinasi yang jelas antara pihak proyek dengan pemerintah desa setelah masa proyek berakhir.

6.1.8 Keberlanjutan Program Co-Fish Project Setelah Masa Proyek Habis

Salah satu yang menjadi tolok ukur berhasil atau tidaknya suatu program adalah upaya yang dilakukan dalam usaha menjaga keberlanjutannya, sehingga program-program yang telah dilaksanakan dapat secara terus menerus memberikan manfaat setelah pelaksanaan program tersebut berakhir. Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto 20007, program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan perlu ada exit strategi pasca proyek yang didalamnya berupa design sustainablity . Antara lain mencakup operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana, kelompok masyarakat yang telah dibentuk adanya replikasi programproyek oleh pemda, subtitusi aparat yang telah dilatih sebagai tenaga pendamping serta kerangka regulasi lembaga mikro. Pendapat tersebut penting dipertimbangkan, karena selama ini program-program yang ada tidak ada exit strategi secara jelas yang secara bertahap menyiapkan masyarakat dan pemda setelah proyek selesai. Sehingga proyek-proyek yang telah dilaksanakan berhenti dan tanpa berbekas seiring habisnya masa proyek. Pada pembahasan ini dipandang perlu untuk melihat sejauh mana keberlanjutan dari program-program yang dilaksanakan setelah Co-Fish Project selesai, yaitu dengan melihat kondisi program-program yang pernah dilaksanakan, dan apa saja yang menjadi permasalahan dan kendala keberlanjutan dari program- program yang ada tersebut.

6.1.8.1 Kondisi Program Pembangunan Kelembagaan

Dari identifikasi permasalahan yang ada, program pembangunan kelembagaan tidak berjalan lagi setelah proyek berakhir. Permasalahan ini dikarenakan pada pelaksanaan program tersebut menunjukkan adanya ketidaktepatan dalam membaca potensi dan kebutuhan pada masyarakat sasaran, sehingga mengakibatkan kelembagaan yang dibangun tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun sebab-sebab KUB binaan Co-Fish Project kurang berjalan sebagai sumber mata pencaharian alternatif bagi masyarakat nelayan dapat dikemukan beberapa masalah sebagai berikut: 110 1. Pada umumnya anggota KUB hanya di ajarkan bagaimana melakukan teknik produksi, tetapi tentang bagaimana manejemen pengelolaan KUB sangat minim dilakukan, hal ini mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak mendapat jaminan baik itu dari segi pemasaran, kemasan dan kesehatan. Disamping itu juga, permasalahan yang paling penting yang terjadi pada KUB adalah pengelolaan anggota kelompok. Pada umumnya anggota menjadi enggan lagi bergabung karena ketidakjelasan dari pemasaran produk yang mereka hasilkan. 2. Disamping KUB yang telah ada, dengan datangnya Co-Fish Project juga banyak berdiri KUB baru, namun KUB yang baru ini banyak yang bersifat instant sehingga KUB lahir tidak benar-benar dari kebutuhan anggota, tetapi hanyalah untuk kepentingan mendapatkan bantuan. 3. Kurang sekali kerjasama dari instansi terkait dalam membina KUB, seperti harus ada koordinasi antara pihak Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan dinas-dinas terkait lainnya, hal ini mengakibatkan bubarnya KUB yang telah terbentuk. Permasalan ini menunjukkan Co-Fish Project yang dalam konsepnya melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan program yang dijalankannya di lapangan tidak berjalan dengan baik. 4. Sulitnya menembus birokrasi karena kurang pendampingan dan pembinaan, hal ini dapat dilihat dari permasalahan yang ada yaitu sulitnya mendapatkan izin usaha dari Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis, hal ini berakibat sulitnya mengembangkan usaha dalam skala yang lebih besar dan produk tidak dapat pemasaran dengan baik. 5. KUB yang dibangundibentuk disuatu desa tidak bisa berjalan karena tidak ada potensi bahan baku untuk menunjang usahanya, seperti contoh kasus di Desa Muntai pada KUB Muda Bestari yang tujuannya mengolahmemproduksi tepung sagu. Kelompok ini bubar karena di Desa Muntai tidak ada potensi perkebunan sagu yang bisa diolah menjadi tepung. Hal ini tidak sesuai dengan konsep Co-Fish Project dimana dalam 111 membangun KUB sesuai dengan potensi dan kebutuhan yang ada di suatu daerah sasaran. 6. Ketidakjelasan dalam membaca peluang usaha secara ekonomi, seperti diketahui bahwa KUB didirikan dengan tujuan bagaimana sumberdaya yang ada melimpah dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya. Namun kejadian di lapangan peluang ekonomi tersebut sangat minim diperhatikan, seperti contoh juga terjadi kasus pada KUB Karya Cipta dan KUB Sinar Baru di desa Muntai yang mempunyai kegiatan pengeringan ikan segar dan beberapa KUB yang tujuannya memproduksi kerupuk ikan pari dan lomek yang notabenenya dikatakan melimpah hasil produksinya dan harus ditingkatkan nilai jualnya melalui melalui pascapanen dalam bentuk ikan asin pari dan lomek dan memproduksi kerupuk ikan. Kenyataan di lapangan kedua jenis ikan ini sangat jarang ditemui dalam kondisi melimpah dan begitu juga ikan segar lainnya sehingga perlu diolah lebih lanjut untuk meningkatkan harga jual. Dengan kondisi ini mengakibatkan KUB tersebut tidak aktif. Sedangkan prasarana yang dibantu hanya sia-sia dan anggota yang menggantung harapan dari usaha ini bubar. Permasalahan-permasalahan tersebut di atas sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak “AH 52 tahun” salah seorang tokoh nelayan di Desa Muntai sebagai berikut: ”Aduh kacau KUB-KUB yang ada di muntai ini, alat-alat ade tapi tak bisa diolah, macam mane tidak, alat-alat tersebut tidak bisa beproduksi, macam mesin sagu dibantu Co-Fish Project batang sagu bukan ade di muntai, begitu juge ikan lomek dan pari bukan sempat dibuat ikan asin, disamping tunggu musim kalau adepun ikan tersebut tak sempat diolah, sego aje habis dibeli orang. Jadi alat-alat tersebut tak befungsilah, anggotapun entah kemane”. 7. Belum pastinya tindak lanjut pembinaan keberlanjutan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis setelah Co-Fish Project berakhir, yang mengakibatkan KUB yang telah terbentuk dalam kondisi kebuntuan dan pembubaran. Permasalahan di atas sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak ”Z 34 tahun” salah seorang anggota LSM yang selama pelaksanaan Co-Fish 112 Project juga diikutsertakan sebagai pendamping dalam pembangunan kelembagaan masyarakat nelayan sebagai berikut: ”Sekarang ini Co-Fish Project telah habis masa proyeknya, tapi sejauh ini yang kita lihat KUB-KUB yang ada hampir tidak jelas lagi keadaannya, meskipun ada yang berjalan aktif tapi sangat kecil sekali, seharusnya pemerintah harus cepat menindaklanjuti program seperti ini lagi, kalau tidak semua yang telah diusahakan hanyalah sia-sia dan sekedar menghabiskan dana”. Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang aparat pemerintahan desa Selatbaru yaitu Bapak ”J 32 tahun” sebagai berikut: ”Pada intinya Co-Fish Project mempunyai tujuan sangat bagus, tapi disini kita bicara tentang perubahan perilaku, masyarakat sebagai nelayan tangkap bukan pekerjaan tapi telah membudaya. Merubah budaya harus konfrehensif, tidak bisa hanya mengandalkan bagaimana target proyek tercapai, seperti pembangunan kelembagaan dalam bentuk pendirian kelompok dan pemberian bantuan saja, tapi telusuri dan bimbing masyarakat secara sistematis dan berkesinambungan serta melibatkan semua pihak”. Secara terperinci, kondisi serta permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha bersama KUB binaan Co-Fish Project setelah masa proyek habis di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 30. Program pembangunan kelembagaan mempunyai peranan sangat penting dalam upaya memperbaiki kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan, yaitu bagaimana masyarakat nelayan yang selama ini hanya mengandalkan pencaharian dari sektor perikanan tangkap dapat berubah dengan diperkenalkan mata pencaharian alternatif. Tetapi hal tersebut jauh dari harapan dan tujuan, KUB yang banyak terbentuk hanya sementara, sebatas keberadaan Co-Fish Project. Alur permasalahan penyebab bubarnya KUB binaan Co-Fish Project setelah masa proyek habis dapat dilihat pada Gambar 16. 113 Tabel 30 Kondisi serta permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha bersama KUB binaan Co-Fish Project setelah masa proyek habis di Kabupaten Bengkalis No Nama dan Alamat KUB Kondisi Masalah 1 Camar Putih Desa Meskom Kec. Bengkalis Berjalan baik Pemasaran belum baik 2 Karya Mandiri Desa Meskom Kec. Bengkalis Berjalan baik Perlu perbaikan kemasan, pemasaran belum baik 3 Mekar Desa Penampi Kec. Bengkalis Macet Tidak ada pembinaan lanjut 4 Sejahtera Desa Penampi Kec. Bengkalis Macet Kurang pembinaan, pemasaran tidak jelas 5 Makmur Desa Penampi Kec. Bengkalis Macet Kurang pembinaan, pemasaran tidak jelas 6 Gembira Desa Penampi Kec. Bengkalis Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 7 Harapan Nelayan Desa Penampi Kec Bengkalis Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 8 Surya Darma Desa Penampi Kec Bengkalis Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 9 Saroja Desa Tameran Kec. Bengkalis Macet Kurang pembinaan, pemasaran tidak jelas 10 Melati Desa Tameran Kec. Bengkalis Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 11 Usaha Bhakti Wanita Desa Pambang Kec. Bantan Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 12 Pantai Madani Desa Pambang Kec. Bantan Berjalan baik Perlu penambahan modal, kurang perhatian keuangan dari Pemda 13 Sumber Rezeki Desa Pambang Kec. Bantan Macet, Sudah punya izin Diskes Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran. 14 Camar Laut Desa Pambang Kec. Bantan Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 15 Bunga Desa Desa Pambang Kec. Bantan Macet, sudah punya izin Diskes Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 16 Belukap Prabot Desa Pambang Kec. Bantan Macet Kurang modal, pembinaan 17 Karya Cipta Desa Pambang Kec. Bantan Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran 18 Sedia Menanti Desa Muntai Kec. Bantan Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran, izin macet di Diskes 19 Muda Bestari Desa Muntai Kec. Bantan Bubar Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran, manajemen 20 Bina Baru Desa Selatbaru Kec. Bantan Macet Perlu penambahan modal, kurang perhatian keuangan dari Pemda 21 Mekar Sehati Desa Selatbaru Kec. Bantan Bubar Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran, manajemen 22 Mekar Serumpun Desa Selatbaru Kec. Bantan Macet Tidak jelasnya bahan baku, pembinaan, pemasaran, manajemen 114 Sumber: Survey 2006

6.1.8.2 Kondisi Program Pelatihan dan Pembinaan