13 keberhasilan atau tidak, apakah relevan, efisiensi, efektif, bagaimana
pengaruhnya terhadap masyarakat sasaran, serta bagaimana keberlanjutannya. Hal tersebut penting untuk merumuskan bagaimana arah kebijakan yang ideal
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis. Dilihat dari setiap permasalahan yang ada khususnya permasalahan dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis melalui proyek yang dilaksanakan, hal ini akan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai
pelaksanaan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis, untuk itu dirasakan perlu dilakukannya suatu penelitian tentang: Kajian Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Co-Fish Project dan Dampaknya Terhadap Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Bengkalis”.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis?
2. Apakah ada perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan
akibat dari pelaksanaan Co-Fish Project? 3.
Bagaimana peran kearifan lokal dan konflik yang terjadi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten
Bengkalis? 4.
Bagaimana arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis.
2. Menganalisis perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan
akibat dari pelaksanaan Co-Fish Project. 3.
Mendiskripsikan peran kearifan lokal dan konflik yang terjadi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis
4. Merumuskan persepsi stakeholder tentang arah pengelolaan sumberdaya
perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan.
14
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya arah pendekatan pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai langkah alternatif
khususnya dalam proses dan pelaksanaan program peningkatan sosial-ekonomi masyarakat. Disamping itu, diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan referensi
dan masukan dalam rangka memahami karakteristik, potensi, dan aspirasi masyarakat yang dapat diakomodasi dalam mengevaluasi kebijakan pembangunan
daerah, khususnya di Kabupaten Bengkalis.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Indonesia
Sumberdaya perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui pengelolaan sumberdaya perikanan memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati Abubakar 2004.
Mengingat sifat dari sumberdaya perikanan yang dikenal dengan open access yang memberikan anggapan bahwa setiap orang merasa memiliki sumberdaya
tersebut secara bersama common property. Sehubungan dengan masalah tersebut Anwar 2005 menyatakan bahwa pada kenyataan sumberdaya yang bersifat
“open access resource” akan terjadi pengurasan sumberdaya yang dapat mengakibatkan kerusakan dari sumberdaya itu sendiri. Hal ini terjadi karena
semua individu baik nelayan maupun pengusaha perikanan akan merasa mempunyai hak untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara sesuka hati
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum, tanpa terlalu memikirkan bagaimana menjaga dan memelihara kelestariannya. Oleh karena itu
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan perlu dipikirkan bagaimana kelestarian serta keberlanjutan dari sumberdaya perikanan tersebut.
Murdiyanto 2004 menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan suatu rangkaian tindakan yang terorganisir untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan terutama untuk memanfaatkan dan memelihara sumberdaya perikanan secara berkelanjutan sustainable. pengelolaan sumberdaya perikanan
adalah merupakan proses yang terpadu antara lain meliputi kegiatan pengumpulan informasi, melakukan analisis, menyusun perencanaan, melakukan konsultasi,
pengambilan keputusan, menentukan alokasi sumberdaya, perumusan dan pelaksanaan serta evaluasi. Pengelolaan sumberdaya perikanan menyangkut
berbagai tugas yang kompleks yang bertujuan untuk menjamin adanya hasil dari sumberdaya alam yang optimal bagi masyarakat setempat, daerah dan negara,
yang diperoleh dari memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Secara umum pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan yang
diterapkan di Indonesia masih bersifat sentaralistik Satria 2002. Dengan
15 demikian dapat diartikan dengan sistem ini proses pengelolaan sumberdaya
perikanan semuanya diatur oleh pemerintah baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan. Sedangkan kelompok masyarakat nelayan yang
dalam hal ini sebagai pengguna dari sumberdaya perikanan tersebut hanya menerima informasi tentang hasil-hasil kebijakan dari pemerintah. Kebijakan
seperti ini dalam penerapannya sering menimbulkan kelemahan. Sehubungan dengan fenomena tersebut, Satria 2002 juga menyatakan bahwa pengelolaan
sumberdaya perikanan yang berbasis sentralistik memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1 aturan-aturan yang dibuat kurang terinternalisasi kepada
masyarakat serta dalam pelaksanaanya sangat sulit diterapkan sehingga dalam hal ini sasaran yang diharapkan tidak tercapai, dan 2 biaya transaksi yang harus
dibayar dalam pelaksanaan dan pengawasan sangat besar, hal ini berimplikasi lemahnya penegakan hukum.
Terdapat berbagai kesenjangan yang masih mewarnai pembangunan perikanan di Indonesia baik secara nasional maupun lokal. Berbagai prasarana
yang dibangun oleh pemerintah, seperti pembangunan pelabuhan perikanan dan tempat-tempat pendaratan ikan yang tersebar di berbagai wilayah belum
memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai model pengaturan dan kebijakan yang diambil belum dapat menyentuh secara
baik terhadap permasalahan mendasar yang ada. Hal tersebut diakibatkan pendekatan yang digunakan selama ini masih merupakan pendekatan top-down.
Yahya 2005. Selanjutnya Murdiyanto 2004 menyatakan pola pengelolaan sumberdaya
perikanan oleh pemerintah seringkali menghadapi kendala berupa tidak dipatuhinya aturan yang telah diterbit dan ditetapkan. Aturan yang ada menjadi
mandul, tidak dapat dijalankan karena dianggap tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat nelayan sebagai pengguna sumberdaya, pemaksaan pemberlakuan
aturan sering berakibat terjadinya konflik antara pihak pemerintah sebagai pengelola dan nelayan sebagai pemanfaat sumberdaya. Masalah ini pada
gilirannya pemerintah akan menanggung kerugiaan yang timbul akibat kegagalan mencapai tujuan pengelolaan yang diperparah dengan hilangnya segala energi
16 berupa dana biaya dan tenaga yang telah dikerahkan untuk merancang dan
menjalankan proses pengelolaan secara sia-sia. Disamping kelemahan-kelemahan di atas, pengelolaan sumberdaya
perikanan yang bersifat sentralistik juga dapat menimbulkan masalah dalam bentuk kelemahan-kelemahan dalam implementasinya, Nikijuluw 2002
menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan dalam pengelolaan sumberdaya secara sentralistik antara lain: 1 ketidakberdayaan dalam mencegah
terjadinya kelebihan eksploitasi sumberdaya perikanan. Hal ini disebabkan karena keterlambatan dalam pelaksanaan peraturan yang sudah diterapkan karena
dibutuhkan waktu dalam peroses sosialisasi serta pelaksanaan, 2 kesulitan dalam penegakan hukum. Hal ini disebabkan kurangnya aparat dan fasilitas pendukung
untuk melakukan pengawasan serta pengendalian di tingkat lapangan, 3 sering terjadi pertentangan antara peraturan yang diterbitkan pemerintah dengan aturan
secara informal yang dianut ditingkat masyarakat setempat, sehingga menyebabkan timbulnya kemelut sosial di tengah masyarakat, 4 administrasi
serta birokrasi yang tidak efektif yang menyebabkan biaya transaksi menjadi tinggi, 5 wewenang yang terdistribusi pada berbagai institusi, hal ini dapat
mengakibatkan ketimpangan dalam pelaksanaannya, serta 6 data dan informasi yang disampaikan pemerintah sering kurang benar dan tidak akurat, sehingga
tidak benar-benar menggambarkan realita di lapangan. Dari beberapa uraian tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pengelolaan sumberdaya perikanan di Indonesia yang terjadi selama ini belum dapat memberikan manfaat yang optimal bagi sumberdaya perikanan serta
masyarakat nelayan yang dalam hal ini sebagai pengguna sumberdaya perikanan. Tetapi sebaliknya terjadi pengurasan yang tidak memikirkan kelestarian terhadap
sumberdaya perikanan itu sendiri. Dalam mencari langkah untuk mengeliminir serta mengatasi
permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tersebut, Satria 2002 menyatakan perlu dicari suatu konsep dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan yang berbasis masyarakat yang bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada pembangunan manusia, dimana sistem
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan program pengelolaan sumberdaya
17 perikanan berada ditangan organisasi yang ada di lingkungan masyarakat itu
sendiri, sehingga pembangunan yang diprogramkan benar-benar dirasakan atau dimiliki oleh masyarakat. Sependapat dengan pandangan tersebut, Murdiyanto
2004 menyatakan bahwa pemberdayaan komunitas nelayan harus dilakukan dengan tepat dan harus berangkat dari kultur yang ada. Penekanannya harus
kepada peningkatan kesadaran akan masalah dan potensi yang ada di dalam dan sekitar masyarakat. Disamping itu juga, Nikijuluw 2002 mendefinisikan
pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat sebagai suatu proses pemberian berupa wewenang, tanggung jawab, serta kesempatan kepada masyarakat untuk
aktif dalam pengelolaan sumberdaya dengan terlebih dahulu memahami kebutuhan, tujuan serta aspirasinya. Seiring dengan pendapat tersebut Murdiyanto
2004 menyatakan pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis komunitas merupakan model pengelolaan dimana dalam melakukan pengaturan pemanfaatan
dan pemeliharaan sumberdaya perikanan masyarakat setempat mengambil tanggung jawab utama signifikan.
Menurut Kusumastanto,
et al . 1998 ciri-ciri dan sifat pengelolaan
sumberdaya perikanan yang berbasis masyarakat antara lain: 1 pengelolaan sumberdaya alam cenderung berkelanjutan, 2 struktur pihak yang terlibat
sederhana, hal ini dapat mempermudah dalam penerapan kebijakan atau program di lapangan mudah dilaksanakan, 3 bentuk pemanfaatan yang terbatas dan
termasuk skala kecil, 4 tipe masyarakat dan kegiatannya relatif homogen, karena komponen pengelolaannya berasal dari masyarakat itu sendiri, dan 5 rasa
kepemilikan dan ketergantungan terhadap sumberdaya alam tinggi. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dengan pengelolaan sumberdaya
perikanan yang berbasis masyarakat diharapkan mampu untuk memacu peran sektor perikanan untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan pembangunan.
Untuk mendukung kelancaran dalam penerapan proses pengelolaan sumberdaya perikanan yang berbasis masyarakat, Mustamin 2003 menyatakan dalam
melibatkan masyarakat lokal diperlukan pengetahuan, ketrampilan, perekonomian yang memadai dan partisipasi masyarakat. Untuk itu peran lembaga formal dan
informal yang dalam hal ini sangat menentukan dalam mempersiapkan
18 masyarakat sebagai langkah awal sebelum penerapan suatu bentuk pengelolaan
yang melibatkan masyarakat setempat. Berhubungan dalam rangka memacu peran sektor perikanan di masa yang
akan datang, maka pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan telah menetapkan empat misi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, yaitu:
1 peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, perikanan dan kelautan khususnya nelayan dan petani ikan kecil, 2 peningkatan peran sektor perikanan
dan kelautan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, 3 pemeliharaan dan peningkatan daya dukung serta kualitas lingkungan perairan, serta 4 terciptanya
stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa Dahuri 2000. Harapan-harapan tersebut bukan merupakan hal yang mudah dalam
proses pencapaiannya dengan berbagai macam permasalahan mendasar yang masih tersimpan, namun dengan keyakinan dan kekuatan yang digalang dari
semua pihak, maka sumberdaya perikanan Indonesia dengan keanekaragaman diversity yang melimpah dengan jumlah stok yang sangat besar akan tetap
memberi harapan dan peluang yang terbuka lebar untuk mewujudkan misi tersebut. Sesuai dengan pendapat Yahya 2005 bahwa pemanfaatan sumberdaya
perikanan yang dilakukan melalui kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan oleh masyarakat dapat dilakukan secara lestari dan berkelanjutan sustainable
resource exploitation apabila didukung dengan kebijakan pengelolaan yang baik
pada semua lapisan.
2.2 Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir