Kelembagaan Lokal dan Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan

35 baik serta mampu berpartisipasi aktif dalam meningkatkan peran sektor perikanan untuk mewujudkan pembangunan perikanan yang berkelanjutan.

2.6 Kelembagaan Lokal dan Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan

Tekanan utama untuk memahami kelembagaan sosial yang membedakannya dengan konsep lain seperti grup, asosiasi dan organisasi adalah berfungsi memenuhi kebutuhan pokok manusia. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, kelembagaan sosial mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: 1 sebagai pedoman berperilaku bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai masalah, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup, 2 untuk menjaga keutuhan masyarakat, serta 3 memberikan pegangan pada masyarakat untuk melakukan kontrol sosial seperti sistem pengawasan terhadap tingkah laku anggotanya Soekanto 1987. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan sumberdaya laut diatur melalui institusi atau kelembagaan lokal yang dinamakan dengan Hak ulayat laut HUL. Secara khusus hak ulayat laut dimaknai sebagai seperangkat aturan mengenai pengelolaan wilayah laut dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya, yang terkait dengan siapa yang memiliki hak atas suatu wilayah, jenis sumberdaya apa yang boleh ditangkap dan bagaimana teknik pemanfaatannya untuk menghindari eksploitasi secara berlebihan Wahyono, et al. 2000. Hak ulayat laut sebagai pranata lokal sebenarnya memuat kearifan tradisional yang merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan adat istiadat yang menuntun perilaku manusia dalam komunitas ekologis yang eksistensi dihayati, disosialisasikan, dipraktikkan dan diwariskan secara turun temurun. Dengan kata lain, kearifan tradisional mencakup pengetahuan dan pemahaman masyarakat adat mengenai konstruksi relasi yang baik diantara komunitas ekologis manusia dan alam. Jadi kearifan tradisional adalah milik komunitas, bersifat praktis dan holistik merupakan aktivitas moral dan bersifat lokal Keraf 2002. Predikat hak ulayat laut sebagai sebuah sistem norma identik dengan kesadaran kolektif yang mempunyai dua sifat utama yaitu pertama berupa kesadaran kolektif yang selalu diwariskan atau disosialisasikan dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. Kedua kesadaran kolektif mengandung kekuatan psikis memaksa setiap individu sebagai anggota kelompok untuk menyesuaikan diri Wahyono, et al. 2000. Banyak bentuk kearifan lokal dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut. Pada komunitas nelayan di Kabupaten Bengkalis dikenal praktek merawai sebagai suatu kelembagaan yang mengatur cara-cara pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Setiap anggota komunitas sangat patuh terhadap pranata tersebut karena sifatnya mengikat dan disertai sanksi. Secara aktual kelembagaan tersebut mengatur penggunaan jenis alat tangkap dan jumlah jam kerja. Nelayan hanya menggunakan alat tangkap rawai sejenis pancing dan bekerja menangkap ikan dalam jumlah jam kerja yang terbatas. Terdapat pula hari-hari terlarang bagi nelayan untuk melakukan aktivitas melaut. Selain itu hal- hal yang berkenaan dengan upacara laut menjadi suatu yang diagungkan dan dilaksanakan secara rutin. Pemahaman tentang kearifal lokal penting dipelajari, menurut Wahyono, et al. 2000 hal ini sangat terkait dengan masalah konflik yang terjadi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan. Konflik yang terjadi diyakini merubah hak ulayat laut, mulai dari isi prakteknya sampai kepada perubahan yang menyangkut semakin melemahnya pelaksanaan hak ulayat laut tersebut. Sumber konflik yang utama adalah peningkatan intensitas eksploitasi, yang terjadi karena perubahan tingkat komersialisasi, perubahan teknologi, kondisi ekologis sumberdaya dan pertambahan penduduk. Aspek lain yang juga berkaitan dengan konflik adalah lingkungan fisik hak ulayat laut, lingkungan politik legal serta alternatif lapangan kerja atau mata pencaharian lain.

2.7 Fenomena Konflik Nelayan dalam Memanfaatkan Sumberdaya Perikanan