Analisis Hirarki Proses AHP Arah Pengelolaan Sumberdaya

63

4.4.1.4 Konflik antar Nelayan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkalis

Analisis ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan menggambarkan dan menganalisis konflik serta interaksi secara detail yang terjadi antara stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Kabupaten Bengkalis. Stakeholder adalah masyarakat nelayan tradisionalnelayan rawai, pengusaha perikanannelayan nelayan jaring batu bottom gill net, tokoh masyarakat, pemerintah Kabupaten Bengkalis, serta peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pengaturan pengelolaan sumberdaya perikanan.

4.4.2 Analisis Hirarki Proses AHP Arah Pengelolaan Sumberdaya

Perikanan di Kabupaten Bengkalis ke Depan Pemilihan jenis program yang akan dikembangkan dalam arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan melalui pendekatan AHP. Penilaiannya dengan menggunakan Sofware Expert Choice 2000. Alasan digunakannya metode AHP adalah dapat menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai alternatif. Dengan metode ini diharapkan dapat ditarik kesimpulan dari persepsi stakeholder tentang bagaimana arah pengelolaan sumberdaya perikanan dalam meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Kabupaten Bengkalis ke depan. Analisis hirarki proses AHP adalah suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangan suatu masalah. Metode menstruktur masalah dalam bentuk hirarki dan memasukkan pertimbangan- pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. AHP dapat berfungsi tanpa data keras selama pemakai memiliki pemahaman yang baik mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi. Kekuatan AHP terletak pada ancangannya yang bersifat holistik yang menggunakan logika, pertimbangan berdasarkan intuisi, data kuantitatif dan preferensi kualitatif. AHP merupakan model bekerjanya pikiran dengan teratur atau sekelompok pikiran untuk menghadapi kompleksitas suatu masalah. Ini 64 merupakan filosofi untuk mengatur suatu masalah yang dihadapi dan dengan menggunakan pengaturan tersebut untuk membuat suatu keputusan mengenai alternatif yang dianggap terbaik untuk dipilih, seperti bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang langka, menyelesaikan konflik, melakukan perencanaan dan menganalisis biaya dan manfaat. Disamping hal di atas, kekuatan AHP juga terletak pada struktur hirarkinya yang memungkinkan kita peneliti memasukkan semua faktor penting, nyata maupun tak wujud dan mengaturnya dari atas kebawah mulai dengan yang paling penting sampai ketingkat yang berisi alternatif untuk dipilih mana merupakan yang terbaik dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan. Setiap masalah dapat dirumuskan sebagai suatu keputusan berbentuk hirarki. Analisis AHP dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons untuk mendapatkan tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dan dapat dinyatakan dengan jelas proses perbandingan berpasangan ini dilakukan untuk setiap level atau tingkat: tingkat 1 goal, tingkat 2 aktor, tingkat 3 faktor, tingkat 4 dampak, tingkat 5 skenario. Dengan memahami hal-hal tersebut di atas, maka dapat disusun suatu kerangka struktur hirarki dalam arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan yang diinginkan. Keuntungan menggunakan AHP dalam dapat dilihat pada Gambar 3. Menurut Saaty 1994, tahapan analisis data dalam AHP sebagai berikut: 1. Mendifinisikan Masalah dan Menentukan Solusi yang Diinginkan Pendekatan AHP dalam rangka merumuskan arah pengelolaan sumberdaya perikanan ke depan, untuk menyusun analisis perlu diketahui terlebih dahulu identifikasi elemen-elemen yang mempengaruhi pengelolaan sumberdaya perikanan. 2. Membuat Struktur Hirarki Struktur hirarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. Dalam penelitian ini diajukan beberapa identifikasi elemen-elemen yang 65 terkait meliputi tujuan umum, aktor, faktor, dampak serta skenario yang dipandang penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis. 3. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan Matriks perbandingan berpasangan ini menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan didasarkan kepada Judgement pendapat dari para pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki pendapat dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan. Teknik komparasi berpasangan yang dipakai dalam AHP adalah judgement dari narasumber yang memahami permasalahan dipilih sebagai responden dengan cara melakukan wawancara langsung dan menilai tingkat kepentingan satu elemen dan dibandingkan dengan elemen lainnya. Penilaian dilakukan dengan pembobotan untuk masing-masing komponen dengan komparasi berpasangan yang dimulai dari tingkat yang paling tinggi sampai dengan yang terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan Judgement para narasumber berdasarkan skala komparasi 1-9. Nilai skala komparasi digunakan untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif. Skala banding secara berpasangan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Skala perbandingankomparasi berpasangan Saaty 1994 Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya. 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya Satu elemen dengan kuat didukung dan dominasi terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. 66 4. Melakukan Perbandingan Berpasangan Jika vektor pembobotan elemen-elemen kegiatan A1, A2, A3 dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = W1, W2, W3, maka intensitas kepentingan elemen kegiatan A1 dibandingan dengan A2 dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen A1 kegiatan A1 terhadap A2, yaitu W1W2 = a12. Matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 6 Saaty, 1994. Nilai WiWj, dengan i, j = 1, 2, 3,…….n didapat dari partisipasi yaitu para pengambil keputusan yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W W1, W2, W3…….Wn maka diperoleh hubungan : Keuntungan Menggunakan Analisis Hierarki Proses AHP Penyusunan hirarki AHP mencerminkan kecendrungan alami pikiran untuk memilah- milahkan elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. Penilaian dan konsensus AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda. Kesatuan AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beranekaragam persoalan yang tidak terstruktur. Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. Kompleksitas AHP memadukan rancangan deduktif dan induktif berdasarkan sistem dalam memecahkan masalah yang kompleks. Sintesis AHP menuntun kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pikiran linier. Tawar menawar AHP mempertimbangkan prioritas- prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. Pengukuran AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dalam suatu metode untuk menentukan suatu prioritas. Pengulangan proses AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan. Gambar 3 Keuntungan menggunakan AHP. 67 A W = n W Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut: A – n I W = 0 Dimana : I = matriks identitas. Tabel 6 Matriks perbandingan berpasangan A1 A2 A3 An A1 A2 A3 . . An W1W1 W1W2 W1W3……………………………………………W1Wn W2W1 W2W2 W2W3……………………………………………W2Wn W3W W3W2 W3W3……………………………………………W3Wn WnW1 WnW2 WnW3……………………………………………WnWn 5. Matriks Pendapat Individu, Menghitung Akar Ciri, Vektor Ciri dan Menguji Konsisten 1. Matriks Pendapat Individu Formula matriks pendapat individu dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Formula matriks pendapat individu Dalam hal ini C 1 , C 2 , …, C n adalah set elemen pada satu tingkat keputusan dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj. 2. Menghitung akar ciri, untuk mendapatkan akar ciri : A – n I = 0 Dijelaskan dengan menggunakan matriks A : 1 1 1 1 1 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ n a a a a a a 1 1 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ n n n a a a a a a Hasil perhitungan akan didapatkan akar ciri n 1 , n 2 , n 3 C 1 C 2 ……….. Cn C 1 C 2 …. Cn 1 A 12 ………. A 1n 1a 12 1 ………. A 2n … …. ………. … 1a 1n 1a 2n ………. 1 A = aij = 68 3. Menghitung vektor ciri Nilai vektor ciri merupakan bobot setiap elemen untuk mensintesis Judgement dalam penentuan prioritas. Vektor ciri w maka akar ciri n maka rumusnya: A – n I w = 0 ; dengan menggunakan normalisasi w 1 + w 2 + w 3 = 1, maka didapatkan n maksimum = 2, maka perkaliannya sebagai berikut: A – n I w =0 1 1 1 2 1 1 1 3 2 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ w w w a a a a a a Maka diperoleh: 2 1 2 1 2 1 3 2 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − w w w a a a a a a Pada akhir perhitungan diperoleh vektor ciri w 1 , w 2 , w 3 . Vektor ciri dapat memberikan pilihan skenario yang paling optimal. 4. Perhitungan konsistensi Perhitungan CI consistency index yang menyatakan penyimpangan konsistensi dan concistency ratio CR untuk menentukan apakah konsistentidak suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi sebagai berikut: 1 max − = n CI π λ dimana : max π = akar ciri maksimum N = ukuran matriks Indeks konsistensi CI merupakan matriks acakrandom dengan skala penilaian 1-9 dan kebalikannya sebagai indeks random RI. Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai ratio konsistensi CR. RI CI CR = 69 Untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan dapat diukur dari ratio konsistensi CR. Nilai rasio konsistensi CR adalah perbandingan antara indeks konsistensi CI dengan indeks acak RI, dimana nilai-nilai RI telah ditentukan. 6. Matriks Pendapat Gabungan Matriks gabungan merupakan matriks baru yang elemen-elemennya g ij berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai ratio konsistensi CR memenuhi syarat, dengan formula sebagai berikut: m k ij k a ij g 1 π = = Dimana : g ij = rata-rata geometrik m = jumlah responden a ij = matriks individu 1. Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal dapat dilakukan dengan empat tahap, yaitu: 1. Perkalian baris z dengan menggunakan rumus: m J i k a ij VE z 1 π = = = 2. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen, dengan rumus: ∑ = = = = = n i n n j n n j i ij ij eVP a a 1 1 1 π π Dimana eVPi adalah elemen vektor prioritas ke i. 3. Perhitungan nilai Eigen Max, dengan rumus: xVP a VA ij = dengan i Va VA = VP VA VB = dengan i Vb VB = 4. Perhitungan nilai konsistensi CI, dengan rumus: 1 max − = n CI π λ 70 Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui kekonsistenan jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil. 2. Pengolahan Vertikal Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Jika CVij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke i pada tingkat ke j terhadap sasaran utama maka: ∑ = − − = s t ij ij i xVWt i t CH CV 1 1 1 , Untuk : i = 1,2,3,…..p j = 1,2,3,…...r t = 1,2,3,…..s Keterangan : Chij t,i-1 = Nilai prioritas elemen ke j pada tingkat ke I terhadap elemen ke t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh dari pengolahan horizontal. VWt i-1 = Nilai prioritas pengaruh elemen ke t pada tingkat ke i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal. P = Jumlah tingkat hirarki keputusan. R = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i. S = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-1. 3. Revisi Pendapat Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi ratio CR pendapat cukup tinggi lebih dari 0,1 dengan mencari deviasi RMS Rood Mean Square dari baris-baris aij dan perbandingan nilai bobot baris terhadap bobot kolom wiwj dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar, yaitu: ∑ = − = n j j i ij w w a 1 max λ Beberapa ahli berpendapat jumlah revisi terlalu besar sebaiknya dihilangkan responden tersebut. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya. V KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Sejarah Singkat Wilayah Kabupaten Bengkalis secara historis sebelum Indonesia merdeka sebagian besar berada dalam wilayah pemerintahan Kerajaan Siak Sri Inderapura. Setelah diproklamirkan negara kesatuan Republik Indonesia dan diikuti penyerahan kekuasaan oleh Raja Kerajaan Siak Sri Inderapura, maka seluruh wilayah di bawah kekuasan Raja Siak Sri Inderapura termasuk wilayah Kabupaten Bengkalis berada di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahun 1956, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1965 dibentuk kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis berada di bawah Provinsi Sumatera Tengah dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Sumatera Barat. Dengan terbentuknya Provinsi Riau berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 Tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Riau dan Jambi, maka Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis berada dalam wilayah Provinsi Riau. Secara administratif, pada mulanya Kabupaten Bengkalis terbagi dalam 2 dua wilayah pembantu bupati 1 satu kota administratif, 19 kecamatan pembantu, 315 desakelurahan. Akan tetapi setelah pemekaran dan dibentuknya daerah tingkat II yang baru, yaitu Kota Dumai, Kabupaten Siak Sri Inderapura dan Kabupaten Rokan Hilir, maka Kabupaten Bengkalis secara administratif berkurang menjadi 13 kecamatan, 126 desa definitif dan 24 kelurahan. 5.2 Kondisi Geografis Wilayah pesisir dan lautan memainkan peranan penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia yang merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki berbagai sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang beragam. Provinsi Riau dengan luas 329.867,6 km 2 yang terdiri dari 3214 pulau, merupakan provinsi yang memiliki wilayah pesisir dan lautan terluas di Indonesia. Lebih dari setengah dari wilayahnya sekitar 71,3 persen merupakan wilayah pesisir dan lautan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan. Sementara itu, pemanfaatannya sebagai salah satu modal dasar pembangunan masih belum optimal, karena pemanfaatan sumberdaya perikanan Riau masih didominasi oleh usaha perikanan tangkap. Wilayah Kabupaten Bengkalis memiliki letak strategis, karena disamping berhadapan dengan negara tetangga yakni Malaysia yang hanya dipisahkan dengan Selat Malaka, sejak dahulu dikenal sebagai jalur perdagangan internasional yang ramai. Juga daerah ini berada pada posisi segitiga pertumbuhan Indonesia Malaysia dan Singapura IMS-GT dan segitiga pertumbuhan Indonesia Malaysia dan Thailand IMT-GT. Kabupaten Bengkalis salah satu dari 15 Kabupaten di Provinsi Riau yang mempunyai luas wilayah 11.481,77 km 2 dan juga memiliki letak geografis yang strategis dan berbatasan langsung dengan negara Malaysia serta dilintasi Selat Malaka. Terletak dibagian timur Pulau Sumatera, tepatnya antara 2 30`-0 17` Lintang Utara atau 105 52-102 Bujur Timur berada di Pesisir Timur Pulau sumatera, daerahnya terletak di Pulau Sumatera dan dan sebagian lagi merupakan pulau-pulau, dan batas daerah Kabupaten Bengkalis bagian utara berbatasan dengan Selat Malaka, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak Sri Inderapura. Pada bagian barat berbatasan dengan Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Riau. Ketinggian Kabupaten Bengkalis dari permukaan laut berkisar antara 2-6 m. Kabupaten Bengkalis beriklim tropis dengan curah hujan antara 336,2-2792 mmtahun, temperatur udara antara 26 C-32 C. Kabupaten Bengkalis merupakan wilayah yang banyak memiliki sumberdaya alam yang dapat memberikan andil terhadap devisa negara, memberi lapangan kerja dan sebagai mata pencaharian masyarakat. Adapun potensi sumberdaya alam tersebut antara lain minyak bumi, hasil hutan endapan gambut dan juga perikanan. 5.3 Kondisi Sosial-Ekonomi Penduduk di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2005 berjumlah 690.366 jiwa, yang terdiri atas 353.926 jiwa penduduk laki-laki dan 336.440 jiwa penduduk perempuan yang tersebar pada 13 Kecamatan Tabel 8. Adapun Jumlah penduduk di Kecamatan Bengkalis sebanyak 69.449 ribu jiwa 10,0 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Bengkalis. Dibandingkan dengan Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Bantan memiliki jumlah penduduk relatif lebih kecil yaitu 37.515 ribu jiwa 5,4 dari jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Bengkalis. Rendahnya jumlah penduduk tersebut dipengaruhi relatif kecilnya luas wilayah yang ada pada dua kecamatan tersebut yaitu luas Kecamatan Bengkalis hanya seluas 4,4 persen dan Kecamatan Bantan seluas 3,7 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Bengkalis. Tabel 8 Jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis menurut kecamatan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kecamatan Luas Penduduk Km 2 Persentase Jumlah jiwa Persentase Mandau Pinggir Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara Bengkalis Bantan Merbau Rangsang Rangsang Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat 937,47 2.503,00 1 128.00 742,21 896,35 628,50 514,00 424,40 1.348,91 681.00 241.60 849.50 586.83 8,1 21,7 9,8 6,4 7,8 5,4 4,4 3,7 11,7 5,9 2,1 7,4 5,1 238.811 67.890 26.636 17.250 29.779 11.467 69.449 37.515 50.264 28.562 28.094 69.436 15.214 34,6 9,8 3,8 2,5 4,3 1,6 10,0 5,4 7,2 4,1 4,0 10,0 2,2 Jumlah 11 481.77 100,0 690.366 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis 2006 Tingkat pendidikan yang dimiliki penduduk sangat mempengaruhi pembangunan suatu daerah dan begitu juga tingkat pendidikan berhubungan dengan pencapaian peluang kerja. Rendahnya tingkat pendidikan bisa mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran. Ketidaksesuaian antara tingkat pendidikanketerampilan yang dimiliki tenaga kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi permasalahan yang menimbulkan dampak pada perekonomian secara makro. Di Kabupaten Bengkalis, Sebagian besar penduduknya hanya berpendidikan setingkat sekolah dasar yaitu sebesar 29,3 persen Tabel 8. Dari Tabel tersebut juga menunjukkan penduduk yang berpendidikan setingkat SLTP sebesar 21,0 persen, dan setingkat SLTA sebesar 25,2 persen. Sedangkan tingkat pendidikan penduduk di atas SLTA mempunyai posisi yang lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lainnya, dimana hanya sebesar 2,4 persen. Kondisi ini membuktikan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Bengkalis mempunyai tingkat pendidikan relatif rendah tidak sekolah dan setingkat sekolah dasar 50 dari jumlah penduduk. Tabel 9 Distribusi penduduk Kabupaten Bengkalis umur 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan pada tahun 2005 Kelompok Umur Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Tidak Sekolah Setingkat SD Setingkat SLTP Setingkat SLTA SLTA ke atas 20,2 28,2 19,8 28,9 2,9 23,7 30,5 22,3 21,5 2,0 21,9 29,3 21,0 25,2 2,4 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis 2006 Perkembangan perekonomian pada suatu daerah salah satunya dapat dilihat pada laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi dihitung dari besaran pertumbuhan angka distribusi persentase angka PDRB atas dasar harga konstan dan distribusi persentase angka PDRB atas dasar harga berlaku Tabel 10. Dari tabel tersebut menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis pada tahun 2001 sebesar 7,1 persen, tahun 2002 sebesar 6,6 persen, tahun 2003 sebesar 8,1 persen, tahun 2004 sebesar 8,2 persen dan pada tahun 2005 sebesar 7,3 persen. Tabel 10 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis tahun 2001-2004 Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Ekonomi 2001 2002 2003 2004 Pertanian 6,8 5,5 5,0 5,6 Pertambangan dan galian 13,9 8,1 10,7 16,2 Industri pengolahan 9,6 8,6 8,9 8,1 Listrik,air minum dan gas galian 2,1 6,2 4,6 7,1 Bangunan 7,7 5,3 7,4 9,3 Perdagangan hotel, resoran 5,6 6,1 10,8 8,6 Pengangkutan dan Komunikasi 7,9 10,4 8,6 12,2 Keuangan 11,5 12,2 10,3 13,7 Jasa-jasa 7,6 7,1 8,9 11,6 Tingkat Pertumbuhan 7,1 6,6 8,1 8,2 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis 2006 Namun kalau dilihat dari tingkat pertumbuhan sektoral PDRB Kabupaten Bengkalis, sektor pertambangan dan galian mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih besar dari sektor-sektor yang lain. Hal ini dikarenakan di Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu daerah penghasil migas terbesar di indonesia. Sedangkan kalau dilihat tingkat pertumbuhan sektor pertanian yang relatif lebih rendah, hal ini dikarenakan rendahnya pembangunan yang menitikberatkan pada sektor pertanian itu sendiri sehingga mengakibatkan sektor pertanian lambat berkembang dari sektor yang lainnya. Sektor pertanian yang dimaksud adalah sektor pertanian secara umum dimana bagian dari sektor pertanian tersebut juga didalamnya terdapat sub sektor perikanan.

5.4 Kondisi Perikanan

Kabupaten Bengkalis yang berada di daerah pantai pesisir Timur Pulau Sumatera yang memiliki kurang lebih 26 buah pulau yang memiliki perairan cukup luas dengan garis pantai 1355 km Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis 2004. Keadaan geografis yang merupakan wilayah pesisir ini menyebabkan Kabupaten Bengkalis memiliki potensi perikanan yang cukup besar dimana potensi ini merupakan salah satu andalan daerah terutama bagi peningkatan ekonomi masyarakat nelayan. Sebagian besar hasil produksi perikanan dihasilkan dari usaha penangkapan ikan di laut, dengan konsentrasi kegiatan penangkapan di perairan Selat Malaka. Di samping itu produksi perikanan juga didapat dari usaha budidaya, antara lain budidaya laut, kolam serta budidaya tambak Gambar 4. Gambar 4 Hasil perikanan tangkap a dan b, perikanan budidaya c dan d. Berdasarkan Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis Tahun 2005, diketahui potensi perikanan Kabupaten Bengkalis tahun pada 2004 meliputi potensi perikanan tangkap sebesar 18.585 ton, budidaya tambak 14,5 ha, budidaya jaring apung 136.000 kg, kolam pembenihan air laut 3.015.000. ekorth dan air tawar sebesar 6.000.000 ekorth Tabel 11. Potensi ini diperkirakan mampu sebagai salah satu andalan bagi peningkatan kesejahteraan nelayan dan pemasukan devisa daerah. a c b d