121 Gambar 24 Gedung nelayan Desa Jangkang dan Pambang bantuan Co-Fish
Project yang tidak termanfaatkan oleh nelayan a dan b.
6.1.8.4 Kondisi Program Pengelolaan Lingkungan
Program pengelolaan lingkungan merupakan salah satu upaya Co-Fish Project
dalam menjaga kelestarian lingkungan, dalam pelaksanaannya program ini dilakukan beberapa langkah konservasi dengan cara menanam mangrove sehingga
diharapkan terbangun suatu kawasan pelestarian mangrove Gambar 25.
Gambar 25 Papan himbauan Co-Fish Project dalam menjaga kelestarian
mangrove a, masyarakat tetap memanfaatkan mangrove b dan c.
Dari kondisi yang ada, program ini tidak lama keberlangsungannya bahkan tidak berjalan, hal ini dibuktikan besarnya penggunaan masyarakat terhadap
mangrove baik digunakan sebagai bahan bakar dijadikan arang dan juga sebagai bahan pondasi bangunan serta diperdagangkan ke luar negeri secara ilegal, dan
ada juga kebiasaan masyarakat yang sangat sulit dicegah yaitu memanfaatkan kawasan tanaman mangrove untuk dijadikan kawasan pribadi alih fungsi lahan.
Permasalahan ini menggambarkan tidak berubahnya wawasan masyarakat terhadap usaha menjaga kelestarian lingkungan seperti yang diharapkan dari
pelaksanaan program tersebut Gambar 26. Tidak berjalannya program pengelolaan lingkungan ini dikarenakan beberapa
hal, diantaranya karena selama pelaksanaan Co-Fish Project program ini tidak sepenuhnya disosialisasikan kepada masyarakat bahwa pentingnya menjaga
kelestarian lingkungan. Meskipun telah dilakukan penyuluhan dan pembinaan namun hal itu hanyalah sebatas pada kelompok-kelompok tertentu saja, sehingga
b c
a
122 kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan tersebut hanya selama
keberadaan Co-Fish Project dan kelompok-kelompok tertentu. Disamping permasalahan yang ada, permasalahan lain menjadi penyebab
adalah kurangnya koordinasi antara pihak Co-Fish Project dengan pemerintah desa tentang program tersebut, yang mengakibatkan pemerintah desa tidak ada
yang tahu berapa sebenarnya luas areal mangrove yang ditanam pada masing-masing desa sasaran. Dan penyebab lain karena penanaman mangrove
dilakukan tidak tepat musim, salah pada teknik penanaman, kurangnya pengawasan di lapangan, dilakukan hanya sebatas untuk memenuhi persyaratan
administrasi proyek. Ada beberapa hal unik di beberapa desa sasaran seperti dari laporan kegiatan Co-Fish Project bahwa menanam mangrove seluas 25 ha, namun
informasi dari stakeholder yang tahu persis tentang program pelestarian mangrove tersebut hasil menunjukkan bahwa magrove di tanam tidak seluas yang
dilaporkan.
Co-Fish Project
Program konservasi
sumberdaya Pesisir
konservasi mangrove
Pemerintahan desa
Gambar 26 Kondisi program pengelolaan lingkungan konservasi mangrove yang dilaksanakan oleh Co-Fish Project pada beberapa desa
sasaran di Kabupaten Bengkalis.
Selama Co-Fish, penanaman hanya
dilakukan pihak stakeholde
rkurang melibatkan masyarakat
sehingga masyarakat tetap menebang bakau
Menjaga kelestarian sumberdaya pesisir
Mangrove tidak berjalan maksimal,
meskipun ada hanya sedikit sekali
dan hanya dilakukan oleh
kelompok tertentu
1. Program tdk berjalan baikbanyak bakau yang
sebenarnya sudah ada tapi diakui Co-Fish
menanamnya. 2. Kasus di Muntai Bantan
Air. Laporan Co-Fish menanam 25 Hadesa, di
lapangan tidak demikian. 3. Di Jangkang penanaman
piapi di pantai tidak sesuai musim sehingga tanaman
mati, juga program penanaman mangrove
tidak berjalan.
4. Kelompok yang diberikan dana untuk konservasi
mangrove di Jangkang tidak Berjalan.
5. Banyak di areal mangrove yang papan kampanye Co-
fish tetapi disekitar nya
masyarakat tetap menebang mangrove,
bahkan dijadikan areal usaha disekitar sungai.
Sumber: Survey 2006 Proyek tutup
Desa sasaran Tidak ada
pemerintahan desa yang tahu berapa
sebenarnya luas areal konservasi
mangrove pada masing-masing
desa Konservasi
mangrove Indikasi
kurang koordin
asi
123
Dari kondisi yang ada, baik dilihat dari partisipasi masyarakat sasaran, dan pemerintahan desa selama keberadaan proyek, serta ditinjau dari kondisi program-
program yang ada setelah masa proyek habis, dapat disimpulkan selama keberadaan Co-Fish Project tidak menunjukkan adanya keterlibatan aktif dari
sasaran. Namun keterlibatan yang ada hanya sebatas pada pihak-pihak tertentu. Selanjutnya dari program-program yang ada juga menunjukkan tidak ada suatu
usaha perbaikan serta menjaga keberlanjutannya, atau dengan kata lain seluruh kegiatan Co-Fish Project berhenti seiring habisnya masa proyek Gambar 27.
Co-Fish Project Pemerintahan
Desa
Kurang koordinasi Program-Program :
1. Pembangunan Kelembagaan
2. Pembangunan Sarana dan Prasarana
3. Pelatihan dan Pembinaan
4. Pengelolaan Lingkungan
Gambar 27 Keterlibatan sasaran dan usaha perbaikan serta keberlanjutan program setelah Co-Fish Project selesai di Kabupaten Bengkalis.
Sumber : Survey 2006 Co-Fish Project
Selesai Desa Sasaran
Tidak ada perbaikanKeberlanjutan
Ketua Kelompok Binaan
Hubungan yang kuat Masyarakat
Sasaran
Tidak terlibat secara langsung
124
6.2 Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan 6.2.1
Perubahan Sosial-Ekonomi Sebelum dan Setelah Co-Fish Project
Pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat
nelayan. Untuk itu perlu dilihat bagaimana keadaan masyarakat nelayan akibat dari pelaksanaannya. Keadaan tersebut dalam pembahasan ini dilihat melalui
keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan sebelum dan setelah proyek yang didasarkan atas: 1 Kondisi perumahan, 2 Fasilitas perumahan, 3 Fasilitas jenis
armada penangkapan ikan, 3 jenis pekerjaan selain dari sektor perikanan tangkap, dan 4 Tingkat pendapatan pada rumah tangga keluarga nelayan yang
dilihat pada kondisi setelah Co-Fish Project. Sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut, kondisi masyarakat nelayan sebelum dan setelah Co-Fish Project
hanya bertumpu pada mata pencaharian sebagai nelayan di sektor perikanan tangkap. Jadi perubahan sosial-ekonomi yang terjadi antara sebelum dan setelah
Co-Fish Project pada masyarakat nelayan tidak dipengaruhi oleh mata
pencaharian lain dan hanya bersumber pada mata pencaharian sebagai nelayan di sektor perikanan tangkap. Meskipun ada mata pencaharian lain sifatnya hanya
sebagai mata pencaharian sampingan yang tidak merupakan mata pencaharian sebagai penopang untuk memenuhi kebutuhan nelayan dan keluarga.
6.2.1.1 Kondisi Perumahan